Pengertian Cetana dan Acetana

HINDUALUKTA-- Cetana berasal dari bahasa sankerta dari akar kata “Cetas” yang berarti jiwa, kesadaran, kepribadian.sedangkan Acetana sendiri karena terdapat” A” yang berarti tidak atau tanpa sehingga berarti tanpa jiwa, tanpa kesadaran, dan tanpa kepribadian.

Cetana dan Acetana dalam Wrhaspati Tattwa, 6 (percakapan Vrhaspati dan Mahesvara) adalah kenyataan yang tertinggi meliputi dua hal: sadar (cetana dan tidak sadar (acetana). Kedua unsur ini ada pada semua tattva dan untuk mendapatkannya diperlukakn usaha yang sunggu-sungguh.

Menurut Mahesvara dalam Wrhaspati Tattwa ke-Dua hal itu harus di ketahu oleh manusia. Cetana berarti pengetahuan (jnanasvabhava), tidak terpengaruh oleh ketidak sadaran, dan bersifat abadi (nitya), artinya tetap kokoh, tidak dapat disembunyikakn. Itulah yang disebut Cetana. Sedangkan Acetana artinya tanpa pengetahuan, ibaratkan batu. Itulah yang dinamakan acetana. 

Menurut sastra Cetana adalah unsur kejiwaan atau kesadaran atau kepribadian tertinggi yang bersifat kekal abadi, tidak berawal dan tidak berakhir, suci murni, Tidak pernah lupa selalu ingat dan menjadi sumber atau benih atau sumber kejiwaan atau kesadaran alam semesta beserta segala makhluk. Sedangkan Acetana adalah unsur tanpa jiwa atau kesadaran yang bersifat tidak kekal abadi, slalu lupa atau awidya dan menjadi benih material alam semesta beserta segala mahluk.

Selanjutnya Cetana itu ada tiga jenisnya yaitu Paramasiwa Tattwa, Sadasiwa Tattwa,dan Siwaatman Tattwa yang disebut cetana telu, tiga tingkatan kesadaran. Ketiganya tidak lain adalah Ida Sang Hyang Widhi sendiri yang telah berbeda tingkatan kesadarana.

Mengenai hal ini juga tardapat dalam sloka 6 yaitu:
Atemu pwekang cetana lawan acetana, ya ta mangdadyaken sarvatatva, lwirnya,pradana tattwa trigunatatwa,buddhitatwa, ahangkara tattwa, bahyendriatattwa,karmendriyatatwa , pancamahabhutatattwa,nahan yang sarvatattwa ngaranya, ya ta kawruhananta temen-temen, nihan laksananya pajarangkwe ri kita, telu pratyeka ning cetana, lwirnya,paramasivatattwa, sadasivatattwa,sivatattwa, nahan yang cetana telu ngaranya mapalenan.
Terjemahannya:
Apabila Cetana dan Acetana bertemu maka akan lahirlah seluruh tattwa , yaitu tattwa asal (pradadatattwa), trigunatattwa, buddhitattwa, ahankaratattwa, tattwa indra luar, (bahyendriya), Karmendryatattva, pancamahabhutatattva. Semua itu dinamakan sarwatattva. Engkau hendaknya benar-benar mengerti semuanya. Ada tiga bentuk cetana : Paramasivatattva, Sadasivatattwa, dan Svatattwa. Itulah ketiga bentuk Cetana.

Dari uraian diatas didapat bahwa keadaan Ida Sang Hyang Widha berada dalam tiga bentuk kesadaran yang disebut dengan Cetana telu yaitu tiga unsur kesadaran Tuhan. Diantaranya Paramasiwa, Sadasiwa, dan Siwaatman.

Paramasiwa memiliki tingkat kesadaran tertinggi, Sadasiwa menengah dan Siwaatman yang terendah. Tinggi rendahnya tingkat kesadaran itu tergantung pada kuat tidaknya pengaruh Maya. Paramasiwa bebas dari pengaruh Maya. Sadasiwa mendapat pengaruh sedang-sedang saja. Sedangkan Siwaatma mendapat pengaruh paling kuat.

Mengenai penjelasan tentang Paramasiwatattwa terdapat dalam Wrhaspatittwa sloka 7-10 sebagai berikut:
Aprameya bhatara,tan pengen-angenan, apa hetu, ri kadadinyan ananta, tan pahingan,anirdesyam, tan patuduhan,ri kadadinyan tan palaksana, anaupamyam, tatan keneng lara, ri kadadinyan alilang ,suksma ta sira, ri kadadinyan tan wenang in upalabdhi,wyapaka ta sira sarwagata, kahibekan tikang rat denira, sahananya kabeh, nityomideng sadakala, ri kadadinyan tan paangkan, druwam, menget ta sira, ri kadadinyan tan polah, umideng, sadakala, awyayam, tatan palwang, ri kadadinyan paripurna, Isvara ta sira, Iswara ngaranya ri kadadinyan prabhu ta sira, sira ta pramana tan kapramanan, nahan yang paramasivatattwa ngaranya.
Terjamahannya:
Iswara tidak dapat diukur, tidak berciri, tidak dapat dibandingkan, tidak tercemar, tidak tampak, ada dimana-mana, abadi, tetap, dan tidak berkurang. Ia tidak dapat di ukur dalam arti tanpa akhir. Ia tidak berciri karena Ia tidak mempunyai ciri. Ia tidak dapat dibandingkan, karena tidak ada yang lain seperti Dia. Ia tidak tercemar, karena ia tidak bernoda.

Ia tidak tampak karena ia tidak bisa dilihat. Ia ada dimana-mana, karena Ia ada dalam segala benda. Ia abadi karena ia tidak berbentuk. Ia tetap Karena Ia tidak bergerak.

Ia tidak berkurang karena Ia tetap utuh. Ia tetap tenang. Sivatatatwa ini meliputi seluruhnya.

Tuhan adalah tidak dapat dibayangkan, Apremaya.Mengapa demikian? Karena bersifat ananta yaitu bersifat terbatas. Anidesya artinya tidak dapat diberi batasan karena Ia mempunyai ciri.Anaupamya artinya tidak dapat dibandingkan, Karena tidak ada yang menyamainya. Anamaya artinya tidak dapat kena penyakit atau sakit, karena Ia suci. Ia suksma karena ia tidak dapat dilihat. Ia sarvagata karena Ia ada dalam segalanya. Ia memenuhi seluruh jagad raya. Ia tetap, yaitu selalu tenang, karena Ia tidak punya asal mula. Ia dhruva yaitu kokoh, karena ia tidak bergerak, tetap stabil. Ia avyaya yaitu Ia tidak pernah berkurang, karena Ia selalu utuh. Ia adalah Isvara. Ia disebut Iswara karena Ia sebagai guru.Ia mengatur seluruhnya, namun tidak diatur, (oleh siapa-siapa). Inilah yang dinamakan Paramasiwatatattwa.

Sang Hyang widhi Paramasiwa adalah kesadaran tertinggi yang sama sekali tidak terjamah oleh belenggu Maya Karena itu Ia disebu "Nirguan Brahman". Ia adalah perwujudan sepi, suci murni, kekal abadi, tanpa aktivitas.

Brahman atau Ida Sang Hyang Widhi bersifat Immanent dan juga Trasendent. Imanent artinya bahwa beliau hadir dimana-mana, sedangkan trasendent artinya bahwa mangatasi pikiran dan indriya manusia. Brahman meresapi segala, berarti beliau hadir pada segala,hadir dimana.mana(Imanent) berarti pula ada dalam pikiran dan indriya manusia. Akan tetapi beliau tidak terjangkau oleh pikiran maupun indriya manusia itu sendiri. Ini berarti bahwa beliau mengatasi pikiran dan indriya itu sendiri(trasendent).

Brahman juga bersifat berpribadi (personal) dan tak berpribadi (impersonal) Dalam aspeknya yang personal beliau adalah ayah (sah Pita), Ibu (sah matah), saudara(sah mitra), keluarga(sah Vanduh), guru(sah guru), dan sebagainya.Sedangkan dalam aspeknya yang impersonal Beliau bersifat tak terpikirkan(Acintya), tidak berawal, tengah, dan akhir (anandi madhyatam) tak terbatas(amita), tak berbadan(agatram) dan sebagainya.

Paramasiwa kemudian kesadarannya mulai tersentuh oleh maya. Pada saat seperti itu, Ia mulai terpengaruh oleh sakti, guna, dan swabawa yang merupakan hukum kemahakuasaan Sang Hyang Widhi Sadasiwa.

Mengenai penjelasan Sadasiwatattwa terdapat dalam Wrhaspatitattwa sloka 11-13 sbagai berikut:
Sawyaparah, bhatara sadasiwa sira, hana padmasana pinaka palungguhanira, aparan ikang padmasana ngaranya sakti nira, sakti ngaranya, wibhusakti, prabusakti, jnanasakti,kriyasakti, nahan yang cadusakti.
Terjamahannya:
Sadasiwa aktif, berguna bersinar, terdiri dari unsur kesadaran, mempunyai kedudukan,dan sifat-sifat, ia memenuhu segalanya. Ia di puja karena tanpa bentuk(11). Ia maha pencipta, pelebur, pengasih, bersinar, abadi, maha tahu, dan ada dimana-mana(12).Bagi orang yang tak punya tempat berlindung, Ia marupakan, Ia merupakan saudara, ibu dan ayah. Ia merupakan penawar dari rasa sakit dan membebaskan manusia dari ikatan tumimbal lahir(13).

Savyaparah, demikian Sanghyang Sadasiva. Ia duduk diatas padmasana. Apakah padmasana itu ? Padmasana itu adalah kekuatan(sakti). Beliau memiliki empat kekuatan: kekuatan Meresap (vibhusakti), prabhusakti,kekeuatan ilmu pengetahuan(Jnanasakti), dan kekuatan perbuatan(kryasakti),empat kekuatan itulah yang beliau miliki.

Pada tingkatan Siwaatma Tattwa, sakti, guna dan SwabhawaNya sudah berkurang karena sudah dipengaruhi oleh Maya. Karena itu Siwaatma Tattwa disebut juga Mayasira Tattwa berdasar tingkat pengaruh maya terhadap Siwaatma tattwa.

Bilamana pengaruh maya sudah demikian besarnya terhadap Siwaatma menyebabkan kesadaran aslinya dan sifatnya menjadi “Awidya”. Dan apabila kesaaran terpecah-pecah dan menjiwai semua makhluk hidup termasuk didalamnya manusia, maka ia disebut Atma atau Jiwatma.

Mengenai Siwaatman dapat kita lihat dalam penggalan sloka 14 yaitu sebagai berikut:
Isor nikang sadasiwatattwa ngarannya, unggwan sang hyang astavidyasana, ananta, suksma, siva-tama, ekarudra,ekanetra,trimurti, srikaniha,shikandi, sang hyang ananta sira kinon bhatara umyapaka ikang bhuwana lawan jagat, api tuvi manglepasaken atma wyapara waneh, yapwan huwus wyapara pakon bhatara, irika ta yan mokta sang hyang ananta, sanghyang suksma, Ekarudra gumanti ekanetra srikantha gumanti trimurti, Sikhandi gumanti Srikantha.
Terjemahan:
Yang lebih rendah dari Sadasiwatattwa ialah mayasiratattwa yang merupakan tempat astavidyasana(delapan tempat pengetahuan): Ananta, Suksma, Siwatama,Ekarudra, Ekanetra, Trimurti, Srikantha, dan sikhandi. Ananta yang suci diperintah oleh tuhan yang menembus dunia (bhuana) dan angkasa(jagat)serta untuk meningkatkan atma. Sukma yang suci menggantikan Ananta, siwatama menggantikan suksma, Ekarudra manggantikan siwatama, Ekanatra menggantikan Ekarudra, Trimurti menggantikan Ekanetra, Srikantha menggantikan trimurti,Sikhanti menggantikan Srikantha.

Hal ini juga terdapat dalam penggalan selanjutnya dalam sloka 14 yaitu:
Apan ikang siwatattwa sedeng spatikawarna, nirmala malilang aho mehening, pinaka svabhawanyan cetana, koparenggan pwa ya dening acetana, hilang ta sakti nira. Sakti ngaranya ikang lawan sarvakarta, mari pweka Sivatattwa, sarvajna sarvakaryakarta, ya ta sinangguh atma ngaranya, cetana lengeng-lengeng ngaranya akweh pwekang atmatattwa, ya ta matangyan sesok tang mayatattwa, kadyangga ning umah ning tawwan, ikang atma yangken anak ning tawwan, adhomukha tumungkul ngaranya, mulut I sor juga tikang atma, tan wruh irikang tattwa I ruhurnya, inulahaken pwekang mayatattwa lawan ikang predanatattwa de bhatara, hilang malupa ikang attma acetana,apan tan pajnana,mayapakeng pradanatattwa, ika ta maweh lupa ring atma, ya ta pradanatattwa ngaranya, inulahken pwekang pradanatattwa dening kriyasakti bhatara, an pakanak tang trigunatattwa, trigunatattwa mgarannya sattva rajah tamah.
Terjemahan:
Sivatattva bersifat bening tanpa noda, terang suci dan jelas. Jika ia dinodai oleh ketidaksadaran, kekuatannya(sakti) akan hilang. Sakti berarti tahu segala-galanya dan mengerjakan segala-galanya, jika Sivatattwa tidak maha tahu dan maha pencipta, ia disebut atman yang artinya kesadaran yang telah mabuk. Atmatattwa itu sangat luas. Maka itu Mayatattwa sangat padat seperti tawon yang berjejal dalam sarangnya. Maya dapat diibaratkan sarang tawon. Atman diibaratkan tawon muda yang bergantung, muka menghadap kebawah (adhomukha). Atman menghadap kebawah tanpa mengetahui tattwa ada diatasnya.

Kekuatan tuhanlah yang mengerjakan Mayatattwa dan timbullah Pradanatattwaa, yang merupakan perwujudan maya, yang hampa dan alam tidak sadar. Tuhan menggabungkan Atmatattwa dan Predanatattwa. Atman lenyap dan menjadi tidak sadar. Ia menjadi Acetana karena ia tidak merasa dimasuki oleh Pradanatattwa, itulah yang menyebabkan ketidaksadaran atman. Sedangkan Pradanatattwa digerakka oleh kekuatan Tuhan(kriyasakti) dan melahirkan triguna, yaitu sattwa, rajah dan tamah.

0 Response to "Pengertian Cetana dan Acetana"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel