Pagerwesi Dalam Masyarakat Hindu Bali
HINDUALUKTA-- Pagerwesi adalah hari raya yang dilaksanakan atas anugrah kesentosaan dan kemajuan yang telah dicapai oleh umat manusia yang dirayakan pada Budha Kliwon wuku Shinta.
Kata Pagerwesi dalam SekarJepun disebutkan memiliki arti pagar yang terbuat dari besi.
Secara harfiah, kata tersebut melambangkan segala hal yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat.
atau dalam makna lainnya, sesuatu yang dipagari merupakan yang bernilai tinggi sehingga tak boleh sedikitpun mendapatkan gangguan apalagi yang merusak.
Sanghyang Pramesti Guru disebutkan yang menjadi tujuan utama dilakonkannya upacara Pagerwesi ini ialah manifestasi Tuhan yang dipercaya merupakan gurunya manusia dan alam semesta.
Bermakna melambangkan suatu perlindungan yang kuat Hari Raya Pagerwesi dalam Weda Hindu disebutkan bahwa para sulinggih / purohita sebagai adi guru loka yaitu guru utama dari masyarakat maka Sang Purohita-lah yang lebih mampu menggerakkan atma dengan tapa bratanya yang dimana hakikat pelaksanaan upacara yadnya pagerwesi ini sebagaimana disebutkan dalam Parisada Hindu Dharma, Yadnya Pada Hari Raya Pagerwesi ini adalah lebih ditekankan dengan melakukan upacara:
Untuk Para Pendeta (Purohita) adalah "Sesayut Panca Lingga" sedangkan perlengkapan tetandingan bantennya:
Pada hari raya pagerwesi ini disebutkan hari raya suci yang berdasarkan pawukon dalam kutipan artikel dharmathebackbone yang dijelaskan pada hari raya pagerwesi ini juga merupakan hari yang paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati.
Kata Pagerwesi dalam SekarJepun disebutkan memiliki arti pagar yang terbuat dari besi.
Secara harfiah, kata tersebut melambangkan segala hal yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat.
atau dalam makna lainnya, sesuatu yang dipagari merupakan yang bernilai tinggi sehingga tak boleh sedikitpun mendapatkan gangguan apalagi yang merusak.
Sanghyang Pramesti Guru disebutkan yang menjadi tujuan utama dilakonkannya upacara Pagerwesi ini ialah manifestasi Tuhan yang dipercaya merupakan gurunya manusia dan alam semesta.
Ilustrasi |
- Ngarga, dan
- Mapasang Lingga.
Untuk Para Pendeta (Purohita) adalah "Sesayut Panca Lingga" sedangkan perlengkapan tetandingan bantennya:
- Daksina,
- Suci Pras penyeneng, dan
- Banten Penek.
- Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi sebagai pemujaan (yoga samadhi) bagi para Pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan.
- natab Sesayut Pagehurip,
- Prayascita,
- Dapetan.
- Tentunya dilengkapi Daksina,
- Canang, dan
- Sodan.
- Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.
Pada hari raya pagerwesi ini disebutkan hari raya suci yang berdasarkan pawukon dalam kutipan artikel dharmathebackbone yang dijelaskan pada hari raya pagerwesi ini juga merupakan hari yang paling baik mendekatkan atman kepada Brahman sebagai guru sejati.
- Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan ‘pager besi’ untuk melindungi hidup kita di dunia ini.
- Disamping itu pula Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama Dewata Nawa Sanga untuk ‘ngawerdhiaken sarwa tumitah muwang sarwa tumuwuh;
- Ngawerdhiaken artinya mengembangkan
- Tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan,
- Tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan, yang berarti dalam mengembangkan kehidupan tumbuh-tumbuhan yang telah ditakdirkan atau yang terlahirkan diperlukan guru sebagai guru sejati agar terjadi keseimbangan.
- Kesentosaan,
- Kemajuan dan lain-lainnya.
- suci,
- peras penyeneng sesayut panca-lingga,
- penek rerayunan dengan raka-raka,
- wangi-wangian,
- bunga, kembang,
- asep dupa arum,
- Segehan Agung manca warna (menurut urip) dengan tetabuhan arak berem.
0 Response to "Pagerwesi Dalam Masyarakat Hindu Bali"
Post a Comment