Yuddha Kanda


1. PERSIAPAN SEBELUM PERANG

Rama bangga dan memuji Hanuman yang telah sanggup menyeberangi lautan dan memasuki kota Lanka untuk menemukan keberadaan Sita. Namun Rama belum bisa tenang. Ia meminta pendapat Hanuman dan Sugriwa bagaimana caranya mereka dan pasukan kera akan menyeberangi lautan untuk menyelamatkan Sita di kota Lanka. Kemudian Sugriwa menenangkan hati Rama dan menyarankan untuk mambangun sebuah jembatan. Setelah Rama merasa agak tenang, ia bertanya pada Hanuman tentang keadaan kota Lanka. Hanumanpun menceritakan tentang pertahanan kota Lanka. Ia menggambarkan secara terperinci tentang kota Lanka, arsitektur, kekuatan pasukan dan gerbang kota yang dijaga ketat. Kemudian Hanuman meminta Rama untuk menentukan saat yang tepat untuk memulai perjalanan ke kota Lanka.

2. LONGMARCH MENUJU SELATAN

Rama mendengarkan kata kata Hanuman dengan penuh perhatian dan yakin bahwa ia akan menang. Rama memutuskan untuk berangkat saat ini juga dan ia meminta Sugriwa serta pasukannya untuk berhati hati dan selalu waspada. Kini senja telah menjelang dan mereka telah sampai di pesisir lautan setelah melintasi banyak pegunungan, hutan, kebun dan sungai. Mereka beristirahat dan mencari makan disekitar pesisir.  Rama kembali kurang percaya untuk bisa menyeberangi lautan yang sangat luas itu dan ia merasa sedih bila teringat pada Sita. Saat itu Rama hanya duduk bersama Laksmana dan ia menceritakan kekhawatirannya pada Sita.ketika mereka tenggelam dalam percakapannya, matahari mulai mengurangi sinarnya dan dengan berat hati Rama memuja matahari yang bersiap untuk terbenam diujung barat.


3. RAVANA YANG MULAI KHAWATIR

Ravana sedang larut dalam diskusinya tentang Hanuman yang telah membawa bencana di kota Lanka. Dia meminta pendapat pada para menterinya tentang bagaimana sikapnya seharusnya pada Rama, setelah utusan Rama membawa masalah besar di kotanya. Ravana mulai khawatir dengan kekuatan Rama. Tapi para menterinya tetap mendukung Ravana dan mengagungkan kekuatannya yang tidak pernah kalah dari musuhnya, bahkan dewapun takut padanya. Sebagaimana menterinya yang lain, Prahastha, menteri kesayangan Ravana juga mengagungkan kekuatan Ravana. Sekarang giliran Vibhisana , adik Ravana yang berbicara. Dia meminta Ravana untuk mengembalikan Sitapada Rama agar tidak terjadi perang. Dia mengingatkan Ravana bahwa perbuatannya telah melenceng dari ajaran dharma. Namun, Ravana tidak berkata apapun dan meninggalkan ruang sidang. Keesokan harinya, Vibhisana datang ke istana Ravana. Dia meminta Ravana untuk mengembalikan Sita dan kembali ke jalan dharma. Namun Ravana telah dibutakan oleh cintanya pada Sita. Dia berbicara kasar pada Vibhisana dan menyuruhnya pergi.

4. RAVANA KEHILANGAN VIBHISANA

Ravana mulai khawatir. Dia berfikir bahwa sebuah sidang perlu diadakan untuk membahas masalah perang itu. Dia menyuruh seorang utusan untuk memanggil semua tokoh masyarakat ke ruang sidang. Vibhisana juga datang. Ravana menyuruh Prahastha untuk melakukan persiapan dan menyisakan sejumlah pasukan untuk menjaga kota. Ravana juga menunggu kakaknya, Kumbakarna bangun kembali dari tidurnya. Dan dia sudah ada diruang sidang. Ravana menceritakan betapa ia sangat menginginkan Sita. Tidak ada wanita di ketiga dunia ini yang menyamai kecantikan Sita. Ravana juga bercerita bahwa ia tidak bisa merebut Sita dengan paksa karena ia telah dikutuk Brahma, bila ia mengambil istri atau wanitasecara paksa maka kepalanya akan pecah menjadi seribu keping.

Vibhisana kembali mengingatkan Ravana akan perbuatannya. Dia mengingatkan Ravana akan kekuatan Rama. Namun Indrajit, putra Ravana malah membantah kata-kata pamannya itu dan mengatainya pengecut. Indrajit juga menyombongkan kekuatannya. Vibhisana mendengar kata-kata keponakannya dengan tenang, kemudian dia menasihati Indrajit. Vibhisana kembali memohon pada Ravanauntuk mau mendengar nasihatnya, namun Ravana malah mengucapkan kata-kata kasar yang membuat Vibhisana sakit hati. Vibhisana pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Ravana bersama empat pengikutnya.

5. VIBHISANA DAN RAMA

Setelah pergi dari kota Lanka, Vibhisana pergi menuju pesisir pantai tempat Rama dan Laksmana berada. Vibhisana mengutarakan maksud kedatangannya dari udara pada para vanara bahwa ia telah meninggalkan Ravana dan ia meminta para vanara menyampaikan kedatangannya pada Rama. Rama meminta pendapat para vanara tentang kedatangan Vibhisana dan kebanyakan dari mereka menolak untuk menerima Vibhisana. Tetapi kemudian Hanuman menceritakan pada Rama saat Vibhisana menentang keputusan Ravana untuk membunuh Hanuman ketika Hanuman mencari dewi Sita di kota Lanka. Kemudian Rama memutuskan untuk menerima kunjungan Vibhisana. Vibhisana segera datang pada Rama dan bersujud di kaki Rama. Dia memuji kebaikan hati dan keagungan Rama. Rama tersentuh hatinya oleh pengabdian Vibhisana dan memandanginya dengan senang hati.


6. PERSIAPAN UNTUK PERANG

Vibhisana sangat terharu dengan sikap Rama hingga air matanya mengalir tanpa henti. Rama meminta Vibhisana menceritakan bagaimana kekuatan Ravana. Vibhisana memberitahukan semua yang diketahuinya tentang kehebatan Ravana dan anugerah dari brahma yang membuatnya tidak tidak akan terkalahkan oleh para Dewa, gandharwa, dan semua penghuni surga. Ia juga menceritakan tentang Prahastha, Kumbakarna, dan kehebatan Indrajit dalam seni perang maya.

Rama mendengarkan cerita Vibhisana dengan baik. Ia berjanji akan membunuh Ravana dan para pengikutnya, serta membuat Vibhisana menjadi raja Lanka. Jika Rama tidak berhasil, maka ia bersumpah tidak akan kembali ke Ayodhya. Vibhisana berlutut di kaki Rama dan ia bersumpah akan berusaha dan membantu Rama dalam usaha menghancurkan kota Lanka. Kemudian Rama menyuruh Laksmana untuk melakukan upacara penobatan Vibhisana dihadapan para vanara dan panglima perangnya.

Vibhisana menyarankan Rama agar meminta bantuan penguasa lautan untuk bisa menyeberanginya. Rama menyetujui saran Vibhisana, begitu juga Laksmana dan Sugriva. Secepatnya Rama membawa rumput darbhadan duduk di pesisir pantai. Ia dengan khidmat mengukuhkan keinginannya di dalam hatinya dan mulai berkonsultasi.

Seorang mata-mata Ravana, Sardula melaporkan pada Ravana bahwa pasukan kera yang dipimpin Sugriva akan segera memasuki kota Lanka. Kemudian Ravana mengutus Suka untuk menyampaikan pesannya pada Sugriva. Setelah menyampaikan pesannya, Suka langsung dipukuli dan ditinju oleh para vanara. Mendengar tangis pilu Suka, Rama meminta para vanara melepaskan Suka. Tetapi para vanara tetap menjadikan Suka sebagai tahanan.

7. KEMARAHAN RAMA

Setelah tiga hari tiga malam Rama bermeditasi dipinggir lautan dan tidak ada respon dari penguasa laut sedikit pun, maka Rama pun marah. Rama kemudian mengambil busur yang telah di bawa oleh Laksmana. Ia akan mengeringkan lautan itu. Laksmana tidak sanggup melihat kemarahan kakaknya. Ia memohon agar Rama bisa meredam kemarahannya, namun Rama tidak menghiraukannya. Ia kemudian mengeluarkan Brahmastra, hingga akhirnya dari dalam laut muncul penguasa samudera. Beliau duduk diatas ombak dengan tangan tercakup menyalami Rama. Beliau berjanji pada Rama akan berusaha membantu Rama menyeberangi lautan.

Penguasa samudera meminta Rama menarahkan Brahmastra yang telah di bangkitkannyakearah Drumakulya. Para penghuni surga bergembira karena panah Ramaberhasil membasmi kaum Abhira. Kemudian samudera memberitahu Rama cara menyeberangi lautan. Beliau meminta Rama mencari vanara yang bernama Nala, putra Visvatarma. Dia ahli dalam bidang seni dan pandai seni bangunan. Samudera menjamin bahwa jembatan yang akan dibangun oleh Nala akan ia jaga. Jembatan itu tidak akan tenggelam atau patah ketika pasukan keraberjalan diatasnya.

Rama kemudian segera mencari Naladan memintanya untuk membangun jembatan. Nala bersedia melakukannya. Ia akan membangun jembatan sepanjang samudera dan ia yakin bahwa ia bisa melakukannya.

8. PEMBANGUNAN JEMBATAN

Rama senang mendengar kata-kata Nala. Ia segera memberikan instruksi untuk membangun jembatan itu. Sesuai instruksi dari Nala, para vanara mulai mencabuti pepohonan disekitarnya dan dipasang di pinggir pantai. Batu karang yang besar ikut diangkut oleh para vanara itu. Hanuman pun ikut membantu pekerjaan para vanara karena ia ingin melayani Rama. Akhirnya jembatan itu selesai dalam waktu lima hari dengan gunung suvela yang menutup ujung jembatan itu. Jembatan yang dibangun oleh Nala sangat indah dan mengambang ditengah laut. Kini mereka pun siap menyeberangi jembatan itu. Sugriva meminta Rama agar bersedia naik dipundak Hanuman dan Angada akan membawa Laksmana. Mereka akan membawa Rama dan Laksmana kepinggir selatan dengan cepat dan mudah karena akan terbang.

Kemudian Rama melangkah ke jembatan dan menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki diatas jembatan diikuti oleh Laksmana, Sugriva dan seluruh pasukan vanara. Setelah mendarat di pinggir selatan lautan, Rama memeluk Laksmana dan memerintahakan pasukan membuat perkemahan. Rama berjalan memimpin didepan pasukan menuju Lanka. Vibhisana dan Sugriva merasa pasti akan keberhasilan mereka dan mereka pun bahagia. Rama melihat para vanara dalam tentaranya. Ia bersyukur dan terima kasih pada pengabdian yang besar dan cinta tanpa pamrih dari para vanara itu.

9. SPEKULASI SPEKULASI

Malam telah tiba. Rama tampak terkagum memandangi kota dengan umbul-umbul dan bendera, menara yang terbuat dari emas. Namun pada saat itu ia teringat pada Sita yang dipenjarakan di kota itu. Rama berbincang dengan Laksmana, berdiri memandangi kota Lanka cukup lama. Kemudian ia tersadar dan segera menyusun rencana penyerangan. Rama memerintahkan agar tawanan dari tentara raksasa segera dilepaskan. Suka kembali ke Lanka dan menceritakan semua yang terjadi pada Ravana. Kemarahan Ravana tersulut karena kata-kata Suka. Ia belum bisa percaya bahwa Rama dan pasukannya telah membuat jembatan sepanjang lautan dan telah menyeberanginya. Ia kembali mengutus Suka dan Sarana menyusup dalam pasukan vanara.

Mereka merubah dirinya menjadi kera namun, Vibhisana mengetahuinya dan menyerahkan mereka pada Rama.rama memerinyahkan untuk melepaskan mereka. Mereka kembali ke Lanka dan menyampaikan pesan Rama kepada Ravana. Ravana sangat marah dan pergi keatas teras istana untuk melihat pasukan Rama bersama Suka dan Sarana. Kedua mata-mata itu menceritakan siapa saja pemimpin pasukan vanara. Ravana tampak sedikit khawatir. Ia mengarahkan kemarahannya pada kedua mata-matanyayang telah mengagungkan kekuatan musuh didepannya. Suka dan Sarana kemudian memberi hormat dan meninggalkan Ravana. Ia menyuruh mata-mata baru, salah satunya adalah Sardula. Ia tertangkap dan di pukuli para vanara. Rama menengahinya dan menyuruhnya kembali ke Lanka.


10. RAVANA BERUSAHA MEMBUAT SITA SEDIH

Ravana mengajak Vidyujjihva, salah satu orangnya yang ahli dalam seni maya pergi ke tempat Sita. Ravan amemintanya menyiapkan sebuah kepala yang mirip dengan kepala Rama dan juga busur dan anak panahnya. Di Asokavana, Sita duduk termenung dan terus memikirkan Rama. Ravana melangkah kearahnya. Ia menceritakan pada Sita bahwa Rama telah ia bunuh saat Rama dan pasukannya sedang tertidur karena kelelahan. Ia kemudian memanggil Vidyujjihva untuk mengantar kepala Rama padanya. Sita memandangi kepala palsu Rama yang dipenuhi darah dan busur kodanda. Sita mulai putus asa.

Dia menjadi patah hati dan tak seorang pun bisa menghiburnya. Ravana sangat senang dengan kesedihan Sita. Tapi tiba-tiba Prahastha datang dan Ravana segera pergi keruang sidang. Bersamaan dengan kepergian Ravana, kepala dan busur Rama juga menghilang. Sita menjadi bingung dengan apa yang sedang terjadi. Kemudian datang seorang raksasi yang bersimpati pada Sita. Dia memberitahu Sita bahwa semua itu adalah tipu daya Ravana. Rama belum terbunuh dan sebentar lagi perang segera akan dimulai karena sudah terdengar suara genderang yang ditabuh dan tiupan terompet.

11. DI RUANG SIDANG KEMBALI

Pasukan Rama telah mendekati kota Lanka. Mereka membunyikan terompet dan genderang yang terdengar sampai kota Lanka. Salah seorang veteran kerajaan, Malyavan menasihati Ravana tapi Ravana tak menggubrisnya. Malahan ia berbicara kasar pada Malyavan.

Ravana bergegas menjaga kotanya dan menunjuk orang-orang yang akan menjadi pelayan setianya. Gerbang timur dijaga oleh Prahastha, gerbang selatan Mahodara dan Mahaparvasva, gerbang barat Indrajit, dan bagian selatan oleh Suka dan Sarana. Virupaksa menjaga jantung kota dan benteng. Ravana merasa aman dan Rama tidak dapat melawan pasukannya.

12. RAMA DENGAN ORANG-ORANGNYA

Sugriva memiliki orang-orang yang tangguh dan mereka semua mengelilingi Rama dan Laksmana. Vibhisana dengan nada yang manis menggambarkan kekuatan pertahanan Ravana yang ia ketahui dari mata-matanya. Rama memberitahu bahwa tidak boleh ada seorang vanara pun yang menyamar menjadi manusia selama perang berlangsung.

Esok harinya, kota Lanka tampak berwarna-warni dengan harumnya bunga yang tertiup hembusan angin. Rama memandangi kota itu dengan kekaguman. Ia melihat Ravana di istananya. Sebuah bendera dan payung kebesaran melindunginya. Di dadanya Nampak tanda yang di buat oleh airavata dan ia sedang memakai sutera merah yang di tenun dengan benang emas hingga berkilau oleh sinar matahari pagi.

13. KECEROBOHAN SUGRIVA

Sugriva telah terbang menuju Lanka. Kemarahan yang tiba-tiba meluap membuatnya spontan berbuat gegabah. Ia mendatangi Ravana, menarik mahkotanya dan melemparnya ke tanah. Ravana menangkap Sugriva, kemudian keduanya bergulat dan saling menyakiti. Ravan menggunakan taktik maya. Sugriva menyadari keterbatasannya dan kembali pada Rama. Rama sangat khawatir dengan Sugriva dan ia bahagia saat Sugriva telah kembali. Rama turun dari puncak perbukitan Suvela dan memulai persiapan perang.

14. MISI ANGADA

Rama telah siap beperang tapi ia tetap mengikuti aturan perang dan mengirim seorang utusan untuk mengusahakan perdamaian. Ia mengirim Angada. Angada segera berangkat dan telah sampai di ruang rapat Ravana. Ia menyampaikan pesan Rama. Ravana tetap memutuskan untuk perang. Sedangkan Rama sendiri meras senang karena keputusan Ravana. Para vanara mulai berlarian menuju gerbang istana Ravana dan memulai peperangan.

15. PANAH NAGAPASA

Pasukan Rama telah menerjang kota Lanka, mereka menghancurkan gerbang kota. Indrajit, putra Ravana, bertarung melawan Angada. Virupaksa telah di bunuh oleh Laksmana. Pertarungan terus berlanjut hingga malam tiba. Rama dan Laksmana bertarung menggunakan busur mereka. Kemudian Indrajit menggunakan siasat Mayanya. Ia berhasil melukai Rama dan Laksmana dengan anak panahnya dan ia berhasil mengikat kedua bersaudara itu dengan astra Nagapasa yang hebat dan beracun. Indrajit kembali ke Lanka dengan perasaan penuh kemenangan.

Sugriva sangat mengkhawatirkan Rama dan Laksmana. Vibhisana berusaha menghiburnya dan mengatakan bahwa Rama dan Laksmana hanya pingsan. Kemudian Sugriva dan Vibhisana menghibur para vanara dari ketakutan mereka.

16. SITA MELIHAT RAMA DI MEDAN PERANG

Indrajit sampai di kota Lanka dan memberitahukan semua yang terjadi di medan perang pada Ravana. Ia sangat bangga pada putranya dan memeluknya. Ia segera mengutus raksasi yang menjaga Sita untuk memberitahukan pada Sita tentang apa yang terjadi pada Rama. Para raksasi membawa Sita naik kereta Puspaka terbang ke medan perang. Sita melihat Rama dan Laksmana yang terluka parah. Kesedihannya pun pecah dan ia meneteskan air mata.

Trijata mengatakan pada Sita bahwa suaminya belum mati. Sita merasa yakin akan kata-kata Trijata. Dia pun mencakupkan kedua tangannya sebagai tanda penghormatannya pada Rama. Kemudian Sita dibawa kembali ke Asokavana.

17. KEDUA PANGERAN KOSALA SEMBUH KEMBALI

Para pemimpin pasukan vanara berdiri mengelilingi Rama dan Laksmana. Perlahan-lahan tubuh Rama bergerak dan ia sadar kembali. Ia sangat sedih karena berpikir bahwa adiknya telah mati. Kemudian Rama pingsan lagi. Susena, tabib pasuka vanara, memerintahkan Hanuman mencari obat Sanjivakarani dan Visalyakarani. Tiba-tiba dari arah laut terlihat burung Garuda mendekati kedua pangeran yang pingsan itu. Ketika Garuda mendekat, ular-ular yang mengikat tubuh Rama dan Laksmana berlarian ketakutan. Garuda kemudian menyentuh wajah kedua pangeran itu dan mereka kembali sehat seperti semula. Garuda memeluk Rama dan Laksmana. Setelah berpamitan pada dua pangeran itu, maka Garuda kembali terbang ke angkasa.

18. RAVANA MENGUTUS PRAHASTHA KE MEDAN PERANG

Melihat kedua pangeran itu, pasukan kera sangat senang. Mereka terus menggempur Lanka dan membunyikan terompet dan genderang. Ravana mendengar gemuruh itu. Ia menyuruh utusan untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Ravana mendengar dari utusannya bahwa Rama dan Laksmana telah terbebas dari ikatan Nagapasa. Ia kemudian memanggil raksasi bernama Dhumraksa dan mengutusnya untuk melawan para vanara. Akhirnya Dhumraksa tewas akibat lemparan batu karang Hanuman. Ravana telah mendengar gugurnya Dhumraksa, kemudian ia mengirim Vajradamstra yang ahli dalam siasat maya. Raksasa ini berhasil di bunuh oleh Angada. Kemudian pasukan raksasa dipimpin oleh Akampana yang berhasil dibunuh oleh Hanuman. Ravana frustasi dan ia mengutus Prahastha maju ke medan perang. Prahastha pun gugur karena Nila melemparkan sebuah batu karang besar padanya dan kepalanya pecah berkeping-keping.

19. RAVANA DI MEDAN PERANG

Ravana menaiki kereta menuju medan perang. Dari kejauhan, Vibhisana menjelaskan pada Rama siapa saja yang datang ke medan perang. Rama memandangi para penguasa raksasa itu dari kejauhan, tiba-tiba mata Rama menjadi memerah karena teringat Sita telah diculik oleh raja mereka.

Ravana menghujani medan perang dengan anak panahnya dan ia berhasil melukai Sugriva. Laksmana menyentuh kaki kakaknya, lalu ia berangkat untuk bertarung dengan Ravana. Ravana mendekati Laksmana dan memetik dawai panahnya tanda bahwa ia sudah siap untuk berperang. Laksmana menerima tantangannya. Maka terjadilah perang antara Laksmana dan Ravana. Ravana mengeluarkan Sakti yang dianugerahkan oleh Brahma. Sakti itu menembus dada Laksmana dan ia menjadi pingsan. Sekarang Rama yang menghadapi Ravana. Rama menghancurkan kereta dan membunuh kuda serta sais kereta Ravana. Busur panah Ravana telah patah, keretanya hancur, mahkotanya hancur berkeping-keping oleh satu buah anak panah Rama. Ia terluka parah olehbanyak anak panah Rama. Ia pun kembali ke Lanka dengan perasaan kecewa.

20. KUMBHAKARNA DI BANGUNKAN

Ravana benar-benar kecewa. Ia memutuskan untuk membangunkan Kumbhakarna. Ravana menyuruh utusan untuk pergi menuju istana Kumbhakarna dengan membawa wewangian, bunga-bungaan dan makanan yang berlimpah dengan berbarel anggur. Mereka tiba di tempat Kumbhakarna tidur dan hampir tidak bisa berdiri karena desiran nafas Kumbakarna yang membuat mereka jatuh bangun.

Kumbhakarna sangat sulit di bangunkan. Akhirnya setelah berusaha keras, Kumbhakarna bangun. Ia kemudian menghabiskan makanan dan menenggak anggur yang ada di depannya. Para utusan itu menceritakan peperangan yang telah terjadi. Kemudian Kumbhakarna menemui Ravana. Ia sangat senang karena Kumbakarna telah di bangunkan. Kemudian Ravana mengutus Kumbhakarna untuk maju ke medan perang. Ia yakin bahwa Kumbhakarna akan menang. Kumbhakarna kemudian bersujud di depan Ravana dan pergi menuju medan perang.

21. KUMBHAKARNA DI MEDAN PERANG

Kumbhakarna di telah berada di medan perang. Para vanara ketakutan melihatnya. Rama melihat keadaan itu.  Vibhisana memberitahu Rama bahwa yang datang adalah Kumbhakarna. Ia terus menggempur pasukan kera. Dvivida mencoba melawannya dan di bantu Hanuman. Ia berhasil menusukkan trisulanya pada Hanuman hingga Hanuman terluka. Ia kemudian menyerang Sugriva. Ia mengangkat Sugriva di tangannya dan akan memenjarakannya. Tapi Sugriva memukul hidung raksasa itu dan ia menjatuhkan Sugriva di tanah. Kemudian Sugriva kembali ke medan perang dan berdiri disamping Rama.

Kumbhakarna kembali ke medan perang dan menghadapi Rama. Rama membidikkan panahnya dan berhasil melukai Kumbhakarna. Kemudian Rama mendekatinya dengan memegang busur dengan erat ditangannya. Tubuh Kumbhakarna telah terkunci.

22. KEMATIAN KUMBHAKARNA

Rama memetik dawai panahnya dan membidikkan anak panahnya berturut-turut namun nampaknya Kumbhakarna tidak terluka sedikit pun. Rama kemudian membidikkan astra Vayu dan memotong lengan Kumbhakarna yang memegang Mudgara. Kemudian Rama mengeluarkan astra Indra dan berhasil memotong tangan Kumbhakarna yang satunya. Kemudian dua panah memotong kedua kaki Kumbhakarna. Rama membangkitkan Aindrasta dan astra itu memenggal kepala Kumbhakarna. Pasukan vanara tampak bahagia dan Rama sangat puas.

23. PANGERAN-PANGERAN MUDA LANKA KE MEDAN PERANG

Beberapa mata-mata Ravana memberitahunya bahwa Kumbhakarna telah gugur dengan tubuh yang terpotong-potong. Ravana langsung jatuh pingsan karena ia sangat sedih. Setelah beberapa lama, Ravana siuman. Kesedihannya semakin menjadi-jadi. Melihat kesedihan ayahnya, putra-putra Ravana yaitu Trishara, Devantaka, Narantaka, Atikaya serta putranya yang lain bersemangat untuk maju ke medan perang. Ravana merestui mereka.

24. KEHEBATAN PANGERAN-PANGERAN LANKA

Ravana merasa bangga dengan keberanian putra-putranya. Mereka bersujud di depan Ravana dan berangkat ke medan perang. Pertarungan antara kedua pasukan mulai berkobar. Tampak hujan panah, lembing dan trisula diantara keduanya. Narantaka tewas di tangan Angada, Hanuman berhasil membunuh Devantaka dan Trishara. Yuddhonmatta dibunuh oleh Nila, dan Matha dibunuh oleh Rishabha. Tampaklah kehancuran di pihak raksasa.

Athikaya melangkah di tengah kerumunan pasukan kera dan menginjak-injak mereka. Laksmana pun menghadapinya. Athikaya bertarung menggunakan panah-panah yang mematikan. Laksmana mengeluarkan astra Agni dan dibalas dengan Suryastra oleh Athikaya. Kemudian Laksmana membangkitkan Brahmastra dan membidikkannya tepat di dada Athikaya. Athikaya berusaha melindungi dirinya namun tidak berhasil. Kepalanya yang memakai mahkota itu jatuh ketanah. Tampaklah kegembiraan di antara pasukan vanara dan kekecewaan pasukan raksasa.


25. INDRAJIT

Berita kematian para ksatriya muda Ravana telah membuatnya semakin marah dan khawatir. Ravana sangat sedih atas kematian orang-orang terdekatnya. Tak ada yang bisa menghiburnya. Kemudian Indrajit berusaha menenangkannya. Ia berjanji akan pergi ke medan perang. Saat itu juga, ia berpamitan pada ayahnya dan berangkat ke medan perang.

Indrajit mulai membunuh puluhan ratusan dan ribuan kera dalam waktu sekejap. Semua tentara vanara yang tangguh di lukai olehnya. Ia kemudian mendekati Rama dan Laksmana. Ia melepaskan beberapa anak panah pada mereka, namun Rama mengacukan panah-panah itu. Kedua bersaudara itu pun menderita kesalitan oleh hujan panah yang diarahkan pada mereka. Indrajit yakin bahwa ia telah membunuh semua musuhnya dan ia kembali ke Lanka dengan sebuah tangisan bahagia.

Kini pasukan vanara telah hancur. Vibhisana berusaha memberi semangat pada pasukannya. Hanuman sama sekali tidak terpengaruh oleh astra yang dahsyat dan ia tampak seperti biasanya. Vibhisana mencari Jambavan, dan ia menemukannya sedang merintih kesakitan. Jambavan bertanya apakah Hanuman masih hidup pada Vibhisana. Vibhisana heran, mengapa ia tidak menanyakan keadaan tuannya, Sugriva, atau kedua pangeran Kosala, tetapi malah menanyakan keadaan Hanuman.

A. Karakter Tokoh

Rama adalah seseorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan, penuh cinta kasih, menyayangi semua orang terutama istri dan ketiga saudaranya, bertanggung jawab pada tugas-tugasnya
Sita adalah seorang yang setia dan berbakti pada suaminya, penyayang, rendah hati, sabar
Laksmana adalah seorang ksatria yang tangguh, bertanggung jawab pada tugasnya, setia pada kakaknya, bijaksana, sabar, sangat menyayangi Sri Rama
Ravana adalah raksasa yang sangat angkuh, kejam, ingin memiliki milik orang lain, serakah, sombong akan kekuatannya
Hanuman adalah kera yang baik, bijaksana, bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas, setia pada tuannya, tangguh dalam menghadapi musuh
Sugriva adalah raja kera yang baik, menepati janji, bertanggung jawab, bijaksana
Vibhisana adalah raksasa yang baik, senantiasa di jalan Dharma, bijaksana dalam mengambil keputusan

B. Nilai Filosofis
Hanuman membawa Rama dan Angada membawa Laksmana seperti Indra diatas Airavata dan Kubera diatas gajahnya Sarva.
Yama adalah dewa kematian

C. Nilai Upacara
Matahari mulai mengurangi sinarnya dan berputar ke arah barat. Dengan berat hati Rama memuja matahari.

0 Response to "Yuddha Kanda"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel