KISKINDHA KANDA (Ringkasan)
Sugriwa sedang duduk
pada salah satu puncak perbukitan dan ada empat ekor kera bersamanya. Dari
tempat itu ia bisa melihat tempat dibawahnya dan matanya yang besar itu
memandang Rama dan Lakmana yang baru
saja tiba di kaki pegunungan itu. Kemudian datanglah orang asing. Mereka
ketakutan dengan kedatangan orang asing itu dan mereka bersembunyi di sebuah
gua.
Sugriwa
melihat di sekelilingnya dan ia kelihatan Nampak ketakutan. Ia sangat tahu tentang kehebatan kakanya, Vali dan
kekurangan dirinya juika dibandingkan dengan Vali. Lalu dengan suara yang
bergetar ia berkata:” Aku yakin, dua orang ini dikirim oleh Vali. Karena kalau
tidak, mengapa mereka bisa melewati hutan yang tidak bisa ditembus ini?. Mereka
berpakaian seperti para sanyasi namun itu hanya samara saja. Karena mereka
membawa busur dan anak panah. Tidak ada tapasvin seperti itu. Ayo kita cari
tempat yang aman untuk bersembunyi.”
Setelah
itu Sugriwa mengirim Hanuman kepada Rama. Hanuman adalah putra Vayu, dewa
angin, melakukan perintah tuannya dan segera berkata ketempat dimana Rama dan
Lakmana berada. Karena tidak mengetahui orang asing itu. Hanuman memutuskan
untuk menyamar menjadi seorang barahmacari. Dari puncak gunung ia mencapai kedua
orang asing itu dengan cepat karena ia melompat dari pohon ke pohon dan dari
batu ke batu karaang yang lainnya. Kemunidian ia menemui Rama dan Laksmana dan
menyambut kedatangan mereka dengan kata-kata yang manis dan cara yang baik.
2. TERJALINNYA
SEBUAH PERSAHABATAN
Sugriwa sangat senang karena mereka bukan urusan
Vali. Ketakutannya hilang dsn ia pun menyambut Rama dengan penuh perhatian. Ia
berkata: Hanuman, putra Vayu ini, telah memberitahukan tentang kalian dan
kehebatan kalian. Kalian merupakan terror bagi musuh-musuhmu. Pernyataan bahwa
kalian mau menjalin persahabatan denganku adalah sebuah kehormatan yang di
berikan padaku. Aku piker ini adalah keutungan terbesarku bahwa kalian sudah
bersedia datang padaku untuk menjalin persahabatan denganku. Ini adalah uluran
tanganku yang aku ulurkan dengan penuh hormat. Terimalah isyarat cinta ini.
Biarkan jalinan kekeluargaan yang tidak terpatahkan yang terjalin di antara
kita. “Rama menyambut uluran tangan Sugriwa itu dan kemudian melakukannya.
Sementara Hanuman telah merubah penyamarannya sebagai seorang brahmana ketia ia
akan menemui Sugriwa.
Kini
mereka tampak seperti kawan baik yang lama berpisah demikianlah perhatiannya
satu sama lain. “Kau telah menjadi teman baikku. Mulai sekarang kita berbagi
segalanya, apakah itu kebahagiaan maupun kesedihan. Itulah perkataan mereka
satu sama lain. Sugriwa mematahkan sebuah batang pohon sala yang terdekat dan
mematahkannya di atas tanah. Ia kemudian mempersilakan Rama duduk disampinnya.
Sedangkan Hanuman yang bijak segera mengambil sebuah cabang pohon candana dan
mempersilakan Laksmana duduk diatasnya.
3. VALI
DAN SUGRIWA
Sugriwa memeluk Rama dengan penuh rasa persahabatan
dan berkata: ”Aku akan menumpaahkan kesedihanku padamu. Aku sudah di usir dari
negeriku oleh kakaku yang angkuh. Mereka yang setia padaku di penjarakannya. Ia
juga mengutus beberapa ekor kera tetapi berhasil aku bunuh. Semula Aku berpikir
bahwa kau juga diutusnya untuk membunuhku. Demikian takutnya aku padanya hingga
aku tidak bisa menymbutmu di Rsyamuka ini. Semua aku yakin kedatanganku adalah
untuk membunuhku. Busur dan anak panah yang kau bawa membuatku lebih curiga.
Vali adalah kakaku, ia adalah anak kesayangan ayahku dan akupun sangat
menyanginya. Aku selalu setia padanya. Setelah kematian ayahku dia pun
dinobatkan menjadi raja kera ia aadalah anak tertua. Aku adalah pelaayaannyaa
dan Aku selalu menuruti perintahnya dalaam haal apapun. Namun setelah kepergian
Ayahku dan ia dinobatkan menjadi raja kera ia menjadi angkuh dan ingin
menguasai semuanya. Namun Aku tidak mau
membalasnya karena ia adalah kakakku tapi ia tidak pernah memperdulikanku.
“Aku
berusaha memberitahukannya bahwa aku akan setia bersamanya hingga akhir hayatku
namun semua itu tidak berguna ia lalu mengusirku dari kerajaan dan Aku tidak
punya sejengkal pun tanah yang bisa aku katakana untuk jadi miliku. Kemudian
Aku mengembara keseluruh dunia hingga akhirnya sampai di Rsyamuka ini. Vali
tidak bisa kesini karena ia kutukan dari seorang rsi jadi aku merasa aman
berada di sini. Rama, aku sudah memberitahu semua tentang aku dan itu adalah
cerita yang menyedihkan. Bahkan dalam waktu yang lama ini, jika aku mengingat
kejadian itu, semuanya masih terasa segar dalam benakku dan aku tidak pernah
bisa melupakan penderitaan menghina yang aku alami selama melayani kakaku yang
aku anggap sebagai ayahku sendiri”.
Kini
Sugriwa menangis sejati-jatinya dan kini giliran Rama untuk menenangkan hatinya
dan member jaminan bahwa Vali akan segera mati olehnya.
4. KEHEBATAN
VALI
Didalam pertemuan
Dunduhi dan Vali. Terjadilah pertarungan yang dasyat. Masing-masing sangat
sakti, dan ketika pertarungan itu di lanjutkan asura itu mulai terdesak. Vali
berhasil mengangkat dan melemparkanya ketanah. Karena kerasnya dibanting
sehinga asura pun tewas seketika. Darah mengalir daari kaki dan tangannya yang
hancur dan juga mulutnya. Kemarahan Vali belum juga terlampiaskan. Ia
mengangkat asura yang bertubuh besar itu seperti mengangkat segenggam lumpur
dan melemparkannya jauh-jauh. Mayat itu terlempar jauh dari gerbang Kiskindha.
5. SUGRIWA
MERAGUKAN KESAKTIAN RAMA
Sugriwa berdiri dan
menoleh Rama lalu berkata:”Rama, sebangaimana seperti yang aku katakan
sebelumnya. Kakakku sangat sakti. Para asura pun takluk padanya dan ia belum
pernah dikalahkan dalam sebuah pertempuran. Bahkan para Dewa pun takluk takjub
pada kesaktianya. Dan semua keberhasilan itu telah membuatnya menjadi sombong
dan ketaakutan yang terus menerus yang membuatku tidak bahagia. Aku telah mendapatkan sahabat yang baik sepertimu.
Dan aku datang untuk mendapatkan perlindungan denganmu. Jangan pernah berpikir
walaupun sedetik. Bahwa aku menguji
kekuatanmu atau aku menghinamu dengan memperlihatkan kehebatanmu. Aku
belum pernah melihatmu sebelumnya dan ketakutankulah yang membuatku demikian”.
Rama lalu memeluk
Sugriwa dan dengan sebuah senyuman pada Laksmana. Ia berkata:”Ayo brangkat ke
kiskindha sekarang juga. Sugriwa kau brangkat duluan dan tangtanglah kakakku
untuk bertarung denganmu”.
Mereka segera brangkat
menuju kiskindha. Di tenggah hutan lebat Rama dan Laksmana menyembunyikan
dirinya di belakang pohon dan berdiri menunggu. Sugriwa sudah bersiap-siap
untuk bertangung. Ia lalu pergi ke gerbang Kishkinda dan menangtang Vali dengan
gertakan yang keras.
6. TERBUNUHNYA
VALI.
Vali mendengar triakan
Sugriwa dan sebagaimana biasa ia pun murka. Ia
tidak sanggup mendengar triakan Sugriwa yang memanggilnya untuk
bertarung denganya. Ia melompat dari tempat duduknya dan dengan langkah yang
panjang ia mulai keluar kearah Sugriwa. Pertarungan yang amat dasyat pun
terjadi. Mereka saling memukul dengan tinjuan. Vali menggunakan tijuan dan
Sugriwa mencabut sebatang pohon salad an memukul vali dengan batang pohon
itu.
Sementara itu Rama
menonton perkelahian itu. Barangkali ia berharap sugriwa bisa melawan Vali. Ia
memegang busur di tangan kirinya dan busur itu sudah di pentangkan. Rama mulai
melihat Sugriwa bertarung dengan tidak baik; ia sudah kalah dan Rama mengambil
anak panah . ia memegangnya dengan cukup lama. Ia berfikir tentang noda yang
akan merusak namanya jika ia melakukan rencana ini. Dan ia memasangkan anak panah di busurnya. Ia
menarik dawai panah itu dan melepaskanya kea rah Vali.
Suara yang di timbulkan
oleh suara itu amat menakutkan. Sewaktu panah itu meleset, berkilauan bak
halilintar, meleset cepat bak Guntur dan memasuki dada Vali dan menancaab
disana. Vali tersungkur di tanah terluka oleh panah sang Rama itu. Ia jatuh
bagai indradhanu di bulan Asvayuja ketika di dorong ke bumi setelah pesta Dewa
Indra.
7. KECAMAN
VALI PADA RAMA
Rama kemudian mendekati
Vali yang di ikuti dengan Laksmana. Vali sudah mulai sadar dan ia melihat dua
orang mendekatinya. Ia menuggu keduanya lebih mendekat. Rama kemudian berdiri
disana satu tangannya memegang busur dan tangan yang satunya melepaskan Dawai
panahnya. Vali kemudian berkata:”Aku bertarung denga sudaraku. Ketika aku
sedang asyik dalam pertarungan. Aku dipanah dadaku daari arah yang tidak aku
ketahui. Katakanlah bagai mana hal ini kau anggap benar dengan orang yang tidak
menangtang bertarung? Aku tidak punya perselisihan denganmu tapi dengan
bersembunyi di balik pohon, kau sudah menyerangku. Dengan tujuan apa hal ini?
Apa yang kau dapatkan dari hal ini?kau adalah anak dari seorang maharaja,
terlahir dari seorang raja yang terhormat, kau juga memiliki sifat yang agung,
baik dan mulia. Mereka bilang kau hebat. Kau dikatakan peduh kasih sayang dan
gudangnya kebaikan dan murah hati. Kau juga mengetahui semua aturan susila dan
selama ini kau juga dikatakan selalu mengikuti ajaran Dharma.
Rama dengan sabar
mendengarkan kecaman vali. Raja kera itu baru saja mengatakan hal yang bbenar
menurut dharma, yang adil dikatakannya dengan sopan. Tidak ada kata-kata kasar
yang keluar dari bibir Vali ketika ia mengatakan hal itu. Rama memandangi Vali
dengan cukup lama. Ia Nampak seperti surya yang sinarnya redup, seperti awan
hujan yang tiada airnya, sepewrti api yang telah padam.
8. RAMA
MEMBENARKAN TINDAKANNYA
Setelah itu Rama
berkata:” Raja kera, cukuplah kau meratap. Tindakanku tidak melanggar etika.
Kami tidak suka bertindak sesuka hati menjadi sasaranku di balik pepohonan itu
dan aku melepaskan sebuah anak panah kepadamu. Ingatlah kau adalah seekor
binatang dan aku adalah Rajarsi yang akan selalu membunuh binatang buas yang
merugikan keselamatan masyarakatnya, dengan memasangkan jerat dan dengan beberapa
jenis jebakan. Apakah kau berdiri di
depanku atau tidak, aku tetap menganggapmu sebagai binatang buas dan akupun
memperlakukanmu begitu. Aku tidak pernah berfikir bahwa aku berbuat salah.”
Vali
merenugi kata-kata Rama mempertahankan perbuatanya dan ia pun yakin bahwa Rama
brtkata benar. Ia pun berhenti mencari-cari kesalahan Rama. Iapun mencakupkan
tangannya dan berkata:”Dewa dari para dewa, aku tunduk dengan kata-katamu.
Karena kebodohanku tentang sifat sejatimu.
Aku telaah berkata kasar kepadamu. Aku mohon kau berkenan memaafkan aku
atas semua kata-kata kasarku. Dan hal itu tidak perlu di pertanyakan lagi.
Berkatilah sebelum aku pergi, Rama dan maafkanlah aku. Suara Vali tersendat
oleh air matanya dan ia pun memandang Rama dengan penuh perasaan.
9. KESEDIHAN
TARA
Tara melihat sebuah
anak panah menusuk dada suaminya dan ia berulang-ulang memeluk suaminya. Air
mata Tara tidak tertahankan meliah suaminya dan ia berkata:” Aku Tara,
suamiku!!” tangisnya.”Aku adalah istri tercintamu.mengapa kau tidak menyaaut?
Ayo ikutlah denganku dan kita kembali keistana. Mengapa kau tidak
mendengarkanku supaya kau tidak bertarung dengan Sugriwa mungkin kau tidak akan
meninggal. Mungkin merupakan sebuah takdir kau menjadi korban kelicikan adikmu.
Namun Angada yang tidak pernah tahu bagai mana sebuah kesulitan itu, sekarang
akan menjadi pelayan Sugriwa dan aku tidak tahu bagaimana ia akan
memperlakukannya. Aku takut.
“Vali tuanku, mengapa
kau tidak mendengar kesedihandan suaraku? Secepat itu kau melupakan aku?”
Tara menangispilu dan
sangat menyedihkan untuk dilihat. Berulang-ulang memanggil Valid an meminta
agar Vali tidak meninggalkan dirinya dan anaknya. Akhirnya ia memutuskan untuk
mengakhiri hidupnya dengan berpuasa hingga mati. Hanuman kemudian mendekatinya
dan berusaha menghibur Tara.
10. PENOBATAN
SUGRIWA DAN ANGADA
Rama kemudian memandang
sekelilingnya dan pada Laksmana. Ia lalu berkata: “ Sugriwa bulan ini adalah
Sravana, bulan pertama di musim hujan. Akan bersama laksmana akan beberapa saat
di pegunungan ini selama empat bulan dimana hujan akan terus menerus. Aku akan
bahagia di dalam goa pegunungan ini. Pergilah ke kota. Jika bulan Kartika tiba,
dimana hujan berhenti kau bisa mempersiapkan diri untuk memenuhi janjimu
padaku. Sekarang pergilah ke Kishkinda dan terimalah tahta itu.”
Sugriwa kemudian pergi
ke kota dan untuk dinobatkan menjadi raja. Pada saat yang sama ia juga
menobatkan Angada menjadi Yuvaraja dan memluknya dengan penuh kasih sayang.
Sugriwa bersatu kembali dengan istrinya dan ia pun menghabiskan hari-harinya
bahagianya sebagaai raja di Kishkanda.
11. RAMA
DAN LAKSMANA DI HUTAN PRASRAVANA
Rama menghabiskan musim
hujan di Prasravana, Rama lalu brangkat menuju pegunungan yang bernama
Prasaravana. Kedua bersaudara itu mengembara di tempat itu dan akhirna
menemukan sebuah gua yang luas dan menyenangkan. Mereka memutuskan untuk tingal
di dalam gua itu untuk sementara selama musim hujan.
Rama menghabiskan musim
hujan di Prasaravana, dengan Laksmana yang menjadi temennya. Ia sangat senang
dengan tempat yang ia pilih itu. Di sekeliling tempat itu terdapat pepohonan
yang indah dan semak berbunga yang menjalar disekitarnya. Alam terlalu boros
dengan kecantikan dab kemana pun mata memandang, yang terlihat hanyalah
keindahan. Rama sangat menguji tempat itu dan ia pun menunggu dengan tidak
sabar agar musim hujan segera berlalu. Malamnya ia tidak bisa tidur karena
memikirkan Sita dan pikiranya tidak bisa tenang laksmana berusaha menghibur
kakanya yang selalu sedih.
12. KETIDAK
SABARAN RAMA
Musim hujan telah
berlalu. Langit cerah dan dimalam hari bulan bersinar terang Rama sadar, bahwa
waktu yang di tentukan Sugriwa telah berlalu. Langit dan udara yang berhembus
di sepanjang Prarsravana menambah kepedihannya kepada Sinta yang tidak ada di
sisinya dan rama menjadi putus asa. Ia berulang-ulang jatuh pingsan dan
tersadar lagi dan pikirannya selalu tertekan ketika lasmana harus pergi mencari
buah-buahan dan umbi-umbian. Ketika Lasmana kembali air mata Rama pun berlinang
di wajahnya. Ia sangat bersedih karna telah meninggalkan dalam kesendiriannya.
13. KEMARAHAN
LAKSMANA
Laksmana melihat
pasukan kera berbaris keluar gerbang kota. Dalam dirinya bangkit amarah, kedua
matanya merah, ia teringat kakanya yang sendirian di dalam gua dan sambutan
yang diterima ketikanya ketika memasuki grebang kota Kiskindha.
Tidak ada kata-kata
yang keluar dari mulutnya karena lidahnya terhenti di langit-langit mulutnya
Laksmana kemudian memandangnya kemudian berkata: ” Angada, sampaikan
kedatanganku pada sugriwa. Katakan padanya:” Adiknya Rama, sang penghancur musuh
menunggunya di depan pintu. Ia datang sebagai utusan temanku Rama, yang sedang
tenggelam dalam kesedihan juka ada rasa dharma di hati rajamu, maka biarkan ia
melakukan apa yang di inginkannya Angada ulangilah kata-kataku itu pada
rajamu dan berikanlah aku jawaban.
Angada merasa ketakutan
dengan kataa-kata Laksmana. Ia bergeges ke tempat pamannya dan member
taunya:”Laksmana ada disini, “wajah Angada yang Nampak hanya ketakutan. Ia
bersujud di depan Sugriwa dan ibunya, kemudian ia mengulangi kata-kata
Laksmana. Raja yang mala situ belum sadar akan bahaya akan menecamnya. Ia mabuk
berat sehingga ia tidak dapat membuka matanya. Keributan oleh suara itu di
dengar oleh seluruh istana. Sugriwa baangkit dari mabuknya dan membuka matanya.
Selanjutnya Lasmana di beri printah masuk ke dalam istana dan dengan penuh
hormat ia di persilakan masuk dan disepanjang pintu ia diberi hormat, mereka
juka takut dengan kerut wajah kemarahan Lasmana.
14. LAKSMANA
DITENANGKAN HATINYA
Setelah mendengar suara
busur dari Laksmana, Sugriwa gemetar ketakutan. Dalam hatinya dia berfikir
“Laksmana telah datang sebagaimana yang dikatakan oleh Angada. Aku tidak berani
menghadapinya. “ Ia kemudian menoleh pada Tara dan berkata “Tara, Laksmana
sangat lembut sifatnya, dan mudah ditenangkan hatinya. Tapi kemarahannya
membuatku takut. Lalu mengapa ia mengutus Laksamana dengan wajah yang penuh
marah?. Tara pergilah padanya dan cari tau apa yang membuatnya tidak senang
dengan persaudaraannya denganku. Berbicaralah dengan lembut agar kemarahannya bisa
lenyap.
Tara kemudian
meninggalkan ruangannya dan melangkah menuju ruangan dimana Laksmana menunggu
Sugriwa. Langkahnya tersendat-sendat dan matanya setengah tertutup dalam
kemabukan, karena takut dia pun mendekati Laksmana dengan keinginan untuk menenangkannya.
Kemudian Tara mulai berbicara padanya. Kata-kata Tara begitu tegas dan
diucapkan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk membuat kemarahan Laksmana
agar sedikit reda. Dia berkata “Selamat datang, pangeran. Katakannlah apa
penyebab kemarahanmu. Siapa yang telah
membuatmu tidak senang hingga kau mendadak marah seperti ini?’’. Tara terus berusaha berbicara untuk
menenangkan Laksmana.
Laksmana mendengar
kata-kata yang mencoba menghiburnya, dan akhirnya ia mulai sadar kalau Tara
berbicara benar dan iapun memandangi Sugriva. Matanya kini mulai lembut dan ia
telah melupakan semua kemarahannya.
Dengan nafas lega, Sugriwa
terlepas dari ketakutan yang terasa membungkusnya seperti seseorang yang
ditutupi pakaian basah. Akhirnya, kini ia tenang dan sadar sepenuhnya.
15. AWAL
PENCARIAN SINTA
Sepuluh hari telah
berlalu dan pasukan kera telah berkumpul dan bersiap untuk brangkat. Sugriwa
kemudian memanggil salah seorang komandan pasukan yang bernama Vinata dan
menyuruhnya mengambil alih sebagian pasukan untuk mencari kearah timur. Sugriwa
kemudian memutuskan untuk mengutus Hanuman kea rah selatan dan pemimpinya
adalah Angada yang mempunyai sedikit pasukan. Sugriwa kemudian mengundang
Susena, Ayah Dewi Tara. Ia memperkenalkan pada Rama dan menambahkan Susena adalah
komandan pasukan yang paling cepat.
Setelah menjelaskan
tugas masing-masing komandan. Sugriwa meminta Hanoman mendengar intruksi
khususnya. Hanoman melakukan segala persiapan untuk perjalananya ia bangaikan
bulan yang Nampak di atas langit yang cerah di kelilingi oleh ribuan
bintang-bintang. Ucap terakhir Rama padanya:”Hanuman ingatlh aku menggantungkan
segalanya padamu buatlah segala usaha sehingga kau berhasil menemukan tempat
Sinta berada. Sugriwa kemudian meminta semua pasukan untuk bergegas ke arahnya
masing-masing. Dan bergerak mencari arah yang telah di rundingkan tadinya.
16. KELOMPOK
PASUKAN YANG BERTUGAS KESELATAN
Mereka memulai
pencarian dan tempat pencarian mereka bernama pegunungan Rajata. Karena
warnanya yang ke perakan makannya dinamakan demikian. Mereka kemudian menuju
puncak pegunungan itu tidak satupun mereka melihat tempat persembunyian. Kemudian mereka
memutuskan untuk beristirahat dan mencari sebuah gua. Ketika mereka sedang
berkeliaran di dalam gua itu, mereka
melihat seorang wanita. Dia adalah seorang petapa yang berpakaian kulit kayu
dan kulit rusa. Mereka berdiri dengan tenang sambil melihat wanita itu tanpa
berkata-kata. Wanita itu member petujuk
kepada mereka tentang Sinta.Angada kemudian memimpin yang lain menuju tempat
yang telah ditujukan oleh wanita suci itu. Mereka memakan buah-buahan yang
lezat sehingga rasa laparnya hilang. Wanita itu memberikan air dan anggur untuk
dijadikan bahan santapannya.
17. KEPUTUSAN
PARA VANARA
Angada memimpin siding
itu dan berkata:”Sebagaimana yang telah kalian ketahui kita telah diutus untuk
melakukan pencarian ini. Kita tidak berhasil menjalankan tugas dan juga tidak
menepati waktu yang diberikan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang?
Kalian adalah pejabat-pejabat kepercayaan raja. Kalian amat dihormati oleh
beliau. Sungguh malang aku tidak bisa mendapatkan cara untuk menghindari
takdir. Kalian adalah para pahlawan dan telah dipilih untuk melakukan pencarian
kearah selatan beliau yakin bahwa Sita berada disini. Aku lebih baik mati
secara suka rela disini dari pada aku mendapatkan hukuman dari raja kita. Ia
akan mengambil kesempatan ini dan menghukumku seberat mungkin. Tidak ada orang
yang bisa menolongku dan teman-temanku tentu saja tidak berdaya melihat diriku
di hokum. Aku memutuskan untuk menghindari hal itu dan menghakiri hidupku di
tempat ini.
“Aku memutuskan untuk
tidak akan kembali ke Kiskindha. Mari kita tinggal disini dan meninggalkan alam
ini. Jika ada yang mau bergabung denganku silakan. Aku sudah siap melakukan
Prayopavesa (puasa hingga mati). Jika kalian mau pergi kesana silakan kalian
pergi. Tolong sesampainya disana beri hormat pertama kali kepada pangeran
Kosala lalu pada pamanku, sang raja. Beritahu mereka tentang diriku,
beritaukanlah Rama kemudian ibuku, Tara. Terserah kalian menghiburny, beliau
sungguh malang. Beliau tidak akan sanggup menerima berita ini dan barang kali
beliau akan mati setelah mendengar kematianku. Kini Angada menangis dan para
sesepuh memandang dengan iba pada pangeran muda ini.
18. SAMPATI,
SANG RAJAWALI TUA.
Dalam sebuah gua terdekat hiduplah seekor
burung rajawali yang besar bernama Sapati. Ia terkenal pada umurnya yang sutah
tua dan kehebatanya pada saat masih muda. Sapati adalah kakanya Jatayu. Semua
pasukan Angada melihat Rajawali yang besar itu setelah itu Angada teringat
rajawali yang bernama Jatayu. Rama sudah melakukan semua tugasnya terhadap
Jatayu. Angada berkata sepotong-sepotong dan burung itu mendengarnya. Ia tidak
bisa mengikuti alur ceritanya dan dibingungkan oleh banyaknya nama yang
mengiasi cerita panjang yang bernama rama namun ia mendengar beberapa kali nama
Jatayu yang disebutkan dan ingin tau tentangnya.
Pada mulanya kera-kera
itu curiga. Mereka tidak mau mempercayai
rajawali itu. Namun pageraan yang berhati mulia itu, Angadamendekati burung itu
dan berbicara denganya ia menceritakan tentang
ayah dan pamannya, ia menceritakan tentang kedatangan rama dan perubahan
nasib banyak orang oleh pembuangan Rama.
Ia menceritakan dengan terperinci
tentang burung rajawali yang bernama Jatayi.
Kemudian sapati
berkata:”Teman, aku sangat sedih dengan cerita yang tadi aku dengar. Rajawali
Jatayu yang dibunuh oleh Rahwana itu adalah adikku. Aku mungkin sudah terbang
dengan amarah menuju tempat Rahvana untuk membalaskan dendam adikku. Tapi aku
tidak berdaya karena usiaku dan aku telah kehilangan kedua sayapu. Itulah
sebabnya aku diam hanya menangisi kematian sudaraku iti tanpa melakukan
apa-apa” . sapati menangis tersedu-sedu dan para kera datang mendekatinya,
mereka semua berdiri mengelilingi, dipenuhi oleh rasa ingin tahu. Sapati
melihat mereka, Angada dan para pemimpinya seperti Hanuman, ia kemudian
menceritakan kisah hidupnya.
19. BAGAIMANA
MENYEBERANGI LAUTAN?
Para kera tersebut
telah mendapatkan harapan baru dan mereka harus merencanakan bagaimana caranya
menyeberangi lautan itu. Mereka melompat-lompat kegirangan dan membayangkan
Sita sudah ditemukan dan terbayang bahwa mereka telah pergi ke Kiskindha dengan
membawa kabar gembira. Mereka turun dari tempat dimana mereka bercakap-cakap
dengan sampati menuju pinggir lautan. Mereka berkumpul disana dan berdiri
memandangi lautan, diam, sunyi, karena rasa gembira mereka telah berkurang
perlahan-lahan dan padam samasekali ketika melihat hamparan laut yang luas.
Berulang-ulang mereka memandangi lautan yang seolah tanpa
tepi disisi selatannya dan sebuah perasaan putus asa memasuki laut mereka.
Ombak besar menerpa pinggir lautan dan setiap gelombang lebih besar dari yang
lainnya dan lebih dahsyat membuat mereka merasa ketakutan dan lautan itu rasanya lebih sulit mereka
seberangi daripada langit sekalipun.
20. KEAGUNGAN
HANUMAN
Hanuman mendengar
kata-kata Jambavan lalu ia berdiri. Ada rasa bangga dalam pandangan matanya
ketika mendengar dirinya sanggup membantu, lalu ia merubah memberbesar dirinya,
ketika ia membesar wajahnya tanpak memperlihatakan wajah yag jinak. Seluruh
pasukan melihat padanya telah menjadi sangat besar. Ia mengeleng-gelengka
kepalanya seperti seekor singa dan dengan sebuah triakan yang dalam dan ia pun
bersiap untuk menyebrangi lautan. Seluruh pasukan sangat ketakutan melihat
perubahan membesar Hanuman yang berdiri di tepi lautan. Pujianpun mulai diucapkan oleh Jambavan dan
membuatnya sangat bahagia dan ia tetap membesar. Ia bersinar seperti api tanpa
asap. Ia lalu member hormat kepada sesepuh di kelompoknya. Takjub oleh
pertunjukan itu, para kera serentak meloncat-loncat seolah ia telah melihat
sinta
thank you!
ReplyDelete