Jangan Takut dengan Kematian
Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda |
HINDUALUKTA-- Oleh Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda:
Kematian adalah hal yang tidak disengajah. Kematian dapat menjadi
takdir orang sewaktu-waktu. Sebuah kejadian yang baru-baru ini terjadi
terhadap sahabat anak saya.
Dia
meninggal karena kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya masuk jurang, dan
kawan anak saya itu meninggalkan dua anak yang masih kecil-kecil. Saya
juga sempat melayat ke rumah duka. Sesampainya disana, terlihat Istri
korban terus menangis, ucapannya sudah tak karuan-karuan.
Hal
inilah yangmenjadi pertanyaan, kenapa suaminya yang meninggal dunia.
Dalam mobil itu ada sembilan belas penumpang, kenapa yang tewas
suaminya. Dia masih muda, menanggung anak, kariernya sedang bagus. Dia
jujur, hidup sederhana, tak pernah korupsi.
Setiap
harta yang diperolehnya selalu disyukuri. Tuhan tidak adil. Mungkin di
mobil itu ada koruptor, ada pencuri atau pemabuk, atau ada orang yang
tidak punya lagi tanggungan, siapa tahu pula di mobil itu ada perampok,
kenapa tidak dia yang meninggal. Sang istri terus bersedih. Saya
mengambil segelas air, saya minta perempuan yang bersedih itu minum
sejenak. Saya ajak dia berdoa di dekat layon (jenazah).
"Om
swargantu, moksantu, sunyantu, murcantu. Om ksama sampurna ya namah
swaha (Ya Tuhan semoga arwah yang meninggal mendapatkan sorga, menyatu
denganMu, mencapai keheningan, tanpa derita. Ya Tuhan, ampuni segala
dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan). Semoga sang suami memperoleh
sorga dan kesempurnaan yang abadi, menyatu dengan Hyang Widhi", tentu
setelah proses Pitra Yadnya usai dilakukan.
Dalam
agama Hindu, roh yang meninggal dan usai diupacarai menyatu dengan
Hyang Widhi (amor ring acinthya), tidak berada di sisiNya sebagaimana
agama lain. Yang dimohonkan adalah kesempurnaan amadi, keheningan
selamanya. Perempuan itu ikut berdoa. Kematian adalah sebuah misteri,
kita tidak tahu kapan datangnya. Tuhan punya skenario sendiri yang tidak
bisa kita baca bagaimana drama kehidupan itu dipentaskan.
Orang
lahir membawa karmanya sendiri, sebuah perjalanan dari karma hidupnya
di masa lalu yang harus dia pertanggungjawabkan kembali. Kelahiran
adalah kesempatan untuk menebus karma-karma masa lalu, sehingga manusia
terbebas dari keterikatan dan kelahiran berulang-ulang. Kematian
seharusnya bukan sesuatu yang menakutkan, karena ia akan datang, tak
seorang pun sanggup mencegahnya.
Tetua
kita mengajarkan empat kenikmatan dalam hidup ini: suka, duka, lara,
pati. Bersenang-senang, tertimpa kesedihan, menderita penyakit,
menghadapi kematian. Kenikmatan itu harus kita terima. Lalu tugas kita
adalah selalu siap menunggu dan menghadapi kematian. Kita berdoa setiap
hari, kita mengekang pikiran jahat setiap saat, kita menjaga agar lidah
tidak bicara kotor sepanjang waktu, kita selalu berusaha berbuat yang
terbaik.
Kita
laksanakan Tri Kaya Parisudha tanpa beban, tetapi karena ketulusan.
Dengan perilaku seperti itulah ketika ajal datang, kita tidak punya
utang apapun, karena kita selalu siap. Orang yang tidak siap menghadapi
kematian adalah orang yang jauh dari jalan dharma. Hal inilah bisa
menjadi renungan bagi kita semua. Kadang kita sering meremehkan
kesehatan dan juga menyia-nyiakan masa muda.
Ah,
masih sehat, nanti saja setelah tua banyak berdoa. Masih muda, nanti
setelah tua baru mempelajari agama. Masa muda bersenang-senang saja.
Itulah ucapan yang sering terucap dari bibir kita.
Namun
pernahka kita berfikir satu hal! Apakah kita tahu kapan kita meninggal
dunia? Apakah hanya orang berusia tua saja yang meninggal?
Banyak
orang mati muda, baik karena mati sakit, maupun mati karena musibah.
Semua kematian itu sama saja atas “kehendak” Tuhan. Garis hidup sudah
ditentukan sedemikian dalam “komputer” Hyang Suratma, pencatat kematian
di alam sana.
Tapi disisi lain, kematian itu memang sangat menakutkan. Melihat orang berdarah karena luka saja, seseorang bisa takut. Apalagi melihat orang tergeletak di jalanan karena kecelakaan lalu lintas. Seharusnya ketakutan yang manusiawi itu dijadikan pelajaran berharga bahwa maut sewaktu-waktu bisa dicabut tanpa ada “surat pemberitahuan” sebelumnya.
Tapi disisi lain, kematian itu memang sangat menakutkan. Melihat orang berdarah karena luka saja, seseorang bisa takut. Apalagi melihat orang tergeletak di jalanan karena kecelakaan lalu lintas. Seharusnya ketakutan yang manusiawi itu dijadikan pelajaran berharga bahwa maut sewaktu-waktu bisa dicabut tanpa ada “surat pemberitahuan” sebelumnya.
Semoga
dengan mempelajari itu, maka kita bisa makin dekat dengan sang pencipta
Dewata dan semakin menyadari bahwa hidup ini pun seperti halnya harta
adalah titipan semata-mata. Justru hidup ini adalah beban yang harus
kita tanggung, yang suatu saat akan tiba masanya diambil. semoga menjadi
pelajaran bagi kita. Om Santi Santi Santi Om
0 Response to "Jangan Takut dengan Kematian"
Post a Comment