Macam-Macam Hari Raya Suci Galungan

HINDUALAUKTA-- Bagi sebagian orang banyak yang mengirah bahwa Hari raya Galungan Hanya satu. Terutama mereka yang baru masuk Hindu. Namun dalam beberapa sumber kepustakaan lontar dan tradisi yang telah berjalan dari abad ke abad telah dikenal adanya tiga jenis Galungan. 

Namun sebelum kita lanjut perlu diketahui bahwa Galungan merupakan hari raya umat Hindu yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali. Hari raya suci ini di laksanakan berdasarkan perhitungan kalender Bali, yakni jatuh pada hari Budha Kliwon Dungulan atau Rabu Kliwon wuku Dungulan. Perayaan ini bertujuan untuk memperingati hari Kemenangan Kebaikan (Dharma) melawan Kejahatan (Adharma).

3 Jenis Hari Raya Suci Galungan

3 Jenis Hari Raya Suci Galungan

# Galungan

Di dalam lontar Sundarigama menyebutkan pada Budha Kliwon wuku Dungulan disebut hari raya Galungan. Hari raya Galungan ini adalah hari raya yang wajib dilakukan oleh umat Hindu untuk merayakan kemenangan dharma melawan adharma. Berdasarkan keterangan lontar Sundarigama disebutkan “Buda Kliwon Dungulan ngaran Galungan.” Artinya, Galungan itu dirayakan setiap Rabu Kliwon wuku Dungulan. Jadi Galungan itu dirayakan, setiap 210 hari karena yang dipakai dasar menghitung Galungan adalah Panca Wara, Sapta Wara dan Wuku. Kalau Panca Waranya Kliwon, Sapta Waranya Rabu, dan wukunya Dungulan, saat bertemunya ketiga hal itu disebut Hari Raya Galungan.

# Galungan Nadi

Galungan Nadi merupakan Galungan yang jatuh pada bulan Purnama, umat Hindu melaksanakan tingkatan upacara yang lebih utama. Dalam Lontar Purana Bali Dwipa dijelaskan bahwa Galungan jatuh pada sasih kapat (kartika) tanggal 15 (purnama) tahun 804 saka Bali bagaikan lndra Loka ini menandakan betapa meriahnya dan sucinya hari raya itu.

Galungan ini merupakan Galungan yang pertama dirayakan oleh umat Hindu di Bali yang biasa jatuh pada bulan Oktober. Perbedaannya dengan Galungan biasa adalah dari segi besarnya upacara dan kemeriahannya. Memang merupakan suatu tradisi di kalangan umat Hindu bahwa kalau upacara agama yang digelar bertepatan dengan bulan purnama maka mereka akan melakukan upacara lebih semarak.

Misalnya upacara ngotonin atau upacara hari kelahiran berdasarkan wuku, kalau bertepatan dengan purnama mereka melakukan dengan upacara yang lebih utama dan lebih meriah. Disamping karena ada keyakinan bahwa hari Purnama itu adalah hari yang diberkahi oleh Sanghyang Ketu yaitu Dewa kecemerlangan. Ketu artinya terang (lawan katanya adalah Rau yang artinya gelap). Karena itu Galungan, yang bertepatan dengan bulan purnama disebut Galungan Nadi. Galungan Nadi ini datangnya amat jarang yaitu kurang lebih setiap 10 tahun sekali.

Galungan Naramangsa.

Berdasarkan Lontar Sanghyang Aji Swamandala mengenai Galungan Naramangsa disebutkan apabila Galungan jatuh pada Tilem Kapitu dan sasih Kasanga rah 9, tengek 9, tidak dibenarkan merayakan hari raya Galungan dan menghaturkan sesajen berisi tumpeng seyogyanya umat mengadakan caru berisi nasi cacahan dicampur ubi keladi, bila melanggar akan diserbu oleh Balagadabah.

Jika dilihat dari ketiga galungan diatas dapat disimpulkan bahwa penggolongan Galungan tersebut hanya berdasarkan waktu jatuhnya hari raya galungan yang bertepat pada waktu yang dianggap sakral atau waktu tidak baik. Itupun hanya terjadi dalam sesi waktu yang cukup lama. Misalnya 1 kali dalam 10 tahun.

0 Response to "Macam-Macam Hari Raya Suci Galungan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel