Hindari Ancaman Berdirinya Negara Agama, Wedakarna Minta Umat Hindu Sederhanakan Upacara Agama di Bali

HINDUALUKTA-- Shri Gusti Wedakarna kembali mendidik rakyat Bali khususnya kalangan adat dan Hindu untuk eling dengan sejarah (Purana) dipura yang diempon umat Hindu sebagai mayoritas di Bali. Pasalnya saat ini diperkirakan cukup banyak pura berstatus khayangan di Bali yang walau megah secara fisik dan mewah dari pelaksanaan upacaranya, tetapi sedikit yang memiliki catatan atau cukilan sejarah. Maka dari itu, Wedakarna mengatakan, perlu ada pelurusan, dicerahkan dan juga dimotivasi.

“Tiang serahkan lempengan besi dan plat ini kepada rakyat Tabanan. Ini adalah sebuah bukti dari komitmen titiang mengayomi seluruh masyarakat Bali khususnya untuk menegakkan sejarah Majapahit di tanah Dewata. Saya ingatkan bahwa sebuah pura tanpa purana, tanpa prasasti dan tanpa dokumen bagaimana negara tanpa UU. Jadi mari revolusi mental umat Hindu di Bali bahwa miliki cukilan sejarah adalah sebuah hak dasar dari Pura. Kita yakin pura adalah monument hidup, it’s a livig monument. Dan saya akan jaga terus semangat ini. “ ungkap Shri Gusti Wedakarna saat penyerahan Prasasti Batu Panes Penebal Tabanan.

penyerahan Prasasti Batu Panes Penebal Tabanan yang diserahkan Shri Gusti Wedakarna di Istana Mancawarna Tampaksiring dan langsung diterima oleh Pengempon Pura Batu Panes.
Selain itu, Wedakarna, juga meminta agar semua tokoh Hindu di Bali terutama didesa agar fokus pada penyederhanaan upacara dan jadwal ritual. Permintaan tersebut, dilakukan untuk menghindari berdirinya negara agama di Indonesia yang saat ini telah menjajaki pulau Dewa tersebut.

“Dalam kesempatan ini saya juga menyampaikan bahwa kedepan seluruh tokoh Hindu di Bali terutama didesa agar fokus pada penyederhanaan upacara dan jadwal ritual. Penyederhanaan bukan berarti sesajen dan banten dihilangkan, tidak begitu, justru diefisienkan. Kenapa saya minta disederhanakan ? karena kalau sudah sederhana, rakyat Hindu tidak ada beban peturunan, juga uang dikeluarga bisa untuk menyekolahkan purusa pradana setinggi - tingginya (Jnana Yadnya). Selain sederhana juga agar tokoh di desa bisa mempersingkat waktu upacara di Bali. Saya rasa bisa saja odalan yang dulu diadakan setiap 6 bulan sekali bisa dirubah jadi setiap 1 tahun sekali (berdasarkan sasih)."

"Jika tidak, Bali saya ramalkanakan keteteran dan kalau sudah keteteran, maka serbuan dari kaum Qurawa dan Nyama Dauh Tukad akan membabi buta menghancurkan Bali. Kalau Bali hancur, maka Indonesia akan jadi negara agama, kalau sudah jadi negara agama, maka Pancasila akan hilang. Islamic State (ISIS) akan masuk kedesa dalam wajah terorisme ekonomi atau bom yang sesungguhnya. Maka saya minta, sederhanakan upacara di Bali dan potong waktu upacara di Bali sekarang juga," sambung Gusti Wedakarna. 

Seperti diketahaui, pemintaan Wedakarna tersebut, disampaikan seiring dengan wacana penyerahan prasasti oleh Istana Mancawarna sesuai dengan permintaan dari umat yang merupakan program pencetakan plat baja atau lempengan yang memang program rutin Ratu Ngurah.

"Program pencetakan plat baja atau lempengan ini memang program rutin Ratu Ngurah. Masyarakat cukup membawa prasastinya ke Istana, kami akan memproses transfer ke lempengan. Ini bisa tahun 1000 tahun. Semua tidak dipungut biaya, sebagai wujud perhatian ratu ngurah pada Bali," ungkap Dewa Gede Anom Kurniawan ( Penyarikan Istana Mancawarna Tampaksiring )

0 Response to "Hindari Ancaman Berdirinya Negara Agama, Wedakarna Minta Umat Hindu Sederhanakan Upacara Agama di Bali"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel