Pengertian Otonan, Makna dan Cara Menetapkannya

HINDUALUKTA-- Kata Otonan berasal dari bahasa Jawa Kuno “wetu” atau “metu” yang artinya keluar, lahir atau menjelma. Dari kata “wetu” menjadi “weton” dan selanjutnya berubah menjadi “oton” atau “otonan”. Demikian pula kata “piodalan” dari kata “wedal” berubah menjadi “odal” atau “odalan” yang juga mengandung makna yang sama dengan “weton” tersebut di atas. Di dalam bahasa Sanskerta kata yang mengandung pengertian kelahiran adalah “janma” dan kata “janmadina” atau “janmastami” mengandung makna “hari kelahiran” atau hari ulang tahun.

Selain itu ada juga yang mengatakan Otonan berasal dari kata “pawetuan”, yaitu peringatan hari lahir menurut tradisi agama Hindu di Bali yang didasarkan pada Sapta wara, Panca wara, dan Wuku. Dalam kalender Bali otonan dirayakan setiap 210 hari(setiap 6 bulan).

Jadi secara etimologi Otonan adalah hari kelahiran bagi umat Hindu yang datang dan diperingati setiap 210 hari sekali berdasarkan perhitungan Sapta Wara, Panca Wara dan Wuku yang berbeda dengan pengertian hari ulang tahun pada umumnya yang didsarkan pada perhitungan kalender atau tahun Masehi.

Makna Otonan

Otonan sering kali dilaksanakan umat Hindu. Biasanya peringatanya disertai dengan upakara tertentu sesuai dengan keyakinan umat Hindu.Upakara itu tentunya memiliki makna tersendiri. Bukan dilaksanakan hanya sekedar untuk merayakan tetapi memiliki tujuan tertentu seperti:

Mesyukuri (Santosa) wara nugraha atau karunia Hyang Widhi atas kesempatan yang dianugrahkan-Nya untuk menjelma sebagai umat manusia. Demikian pula mempersembahkan puji syukur atas karunia dianugrahkannya umur yang panjang serta makanan yang berlimpah yang dilaksanakan berupa “ngayab” banten Otonan yang diakhiri dengan menikmati banten yang telah dipersembahkan maupun banten Otonan yang telah “diayab” oleh yang bersangkutan.

Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, para leluhur, kedua orang tua dan kerabat terdekat. Dalam pelaksanaan upacara setelah yang bersangkutan menyucikan diri secara jasmaniah, dengan berkeramas dan mandi, mengenakan bhusana yang bersih, dilanjutkan dengan upacara “Byakala” atau “Prayascitta”, maka dilanjutkan dengan upacara persembahyangan bersama keluarga di Pamrajan atau tempat pemujaan keluarga.

Guna menyucikan diri seseorang, dengan upacara Otonan yang bersangkutan akan melaksanakan upacara penyucian berupa “Byakala” atau “Prayascitta” dimaksudkan untuk menyucikan diri, melenyapkan kotoran batin, menjauhkan diri dari gangguan “Bhutakala, Dengen dan sejenisnya” (mahluk-mahluk gaib yang suka mengganggu umat manusia), dengan demikian pikirannya menjadi cemerlang.
 
Memperingati kelahiran seseorang, dengan demikian yang bersangkutan mengetahui pada hari apa ketika dilahirkan dan berapa tahun umurnya pada saat upacara Otonan dilaksanakan.

Menetapkan Hari Otonan

Nah anda bingung untuk menentukan/ Menetapkan Hari Otonan. Kini melalui artikel ini saya akan membahasnya. Menentukan Hari Otonan harus berpedoman kepada Kalender Saka Bali. Dimana dilakukan pada pukul 6 pagi atau pergantian hari/tanggal ketika matahari terbit. Pada bayi otonan pertama kali dilakukan pada umur 105 hari (upacara tiga bulanan) setelah lahir. Karena pada umur itu, organ anak dan panca indranya dianggap sudah sempurnah (aktif). Alasan kenapa panca indra anak harus aktif karena panca indra anak itu dapat membawa dampak positif dan negatif pada kesucian jiwa,sehingga harus di lakukan Otonan /upacara tiga bulanan.

Adapun beberapa sarana yang biasa digubakan dalam upacar Otonan adalah sebagai berikut:

Otonan Sederhana
  • Banten Pejati (untuk Bhatara Guru/Kemulan)
  • Dapetan (sebagai tanda syukur)
  • Sesayut Pawetuan (untuk Sang Manumadi)
  • Segehan (untuk Bhuta)
Catatan:
Selain itu boleh juga diisi kue Taart diatasnya dikasi canang sari dan dupa, kemudian didoakan. Dalam prosesi otonan, terdapat sebuah simbolis yaitu pemasangan gelang ditangan berwarna putih.  Adapun alasan kenapa menggunakan benang adalah sebagai berikut:
  • Karena benang sering dipergunakan sebagai sepat membuat lurus sesuatu yang diukur. ini maksudnya agar hati yang otonan selalu di jalan yang lurus/benar. 
  • Benang memiliki sifat lentur dan tidak mudah putus sebagai simbol kelenturan hati yang otonan dan tidak mudah patah semangat.
Dalam pelaksanaan upacara otonan ada beberapa mantra yang sering digunakan. Mulai dari prosesi hingga selesai. Berikut beberapa Mantra yang sering digunakan:

Mantra Dalam Otonan

Mabya Kala atau Bya Kaon
Om shang bhuta nampik lara sang bhuta nampik rogha, 
sang bhuta nampik mala,
undurakna lara roga wighnanya  manusanya. 
Om sidhirastu Yanama Swaha.

Matepung Tawar
Om purna candra purna bayu mangka purnaya manusa maring marcepada kadi langgenaning surya candra vmangklana langgenganipun manusyania
Om sidhirastu ya nama Swaha
Mesesarik
  1. Kening = om sri sri ya nama swaha
  2. Bahu kanan = om anengenaken phala bhoga ya nama swaha
  3. Bahu kiri = om angiwangaken pansa bhaya bala rogha ya nama swaha
  4. Telapak tangan = om  ananggapaken   phala bhoga ya nama swaha
  5. Tengkuk = om angilangaken  sot papaning wong ya nama swaha
  6. Dada = om anganti ati sabde rahayu
Matebus Benang
om angge busi bayu premana maring angge sarire
Natab Sesayut
Dalam natab sesayut ada 2 mantra yang bisa dipergunakan untuk otonan sederhana. Adapun dari kedua mantra itu adalah:

Sesayut Bayu Rauh Sai
Om sanghyang jagat wisesa, 
metu sira maring bayu, 
alungguh maring bungkahing adnyana sandi
om om sri paduka guru ya namah.
 
Om ung sanghyang antara wisesa, 
metu sira maring  sabda, 
alungguh maring madyaning adnyuana sandi
om om sri sri paduka guru ya namah.

Om mang sanghyang jagat wisesa. 
metu sire maring idep. 
alungguh maring tungtungngin adnyana sandi
om om sri paduka guru ya namah
Sesayut Pangenteg Bayu
Om dabam jaya bayu krettan dasa atma dasa premanam  sarwa angga ma sariram wibbbbuh bhuanam dewat makam.

0 Response to "Pengertian Otonan, Makna dan Cara Menetapkannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel