Pengertian Yajna yang Satwika
HINDUALUKTA-- Satwika adalah keiklasan. Dalam upacara yadnya yang dilaksanakan dengan keiklasan tanpa mengharapkan hasilnya, yang pelaksanaannya disebutkan, semata-mata sebagai suatu dharma kewajiban yang patut dilaksanakan, serta sesuai dengan sastranya.
Seperti pengucapan sattwika mantra dalam stotra yang diucapkan guna memperoleh pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan. Upacara dan pengucapan mantra yang satvika ini baik dalam bentuk alit, madya dan ageng yang sebaiknya dilaksanakan berdasarkan Tri Manggalaning Yadnya disebutkan akan memperoleh kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan yaitu dengan cara :
Persembahan yang tulus ikhlas dan Bhakti kepada Hyang Widhi.
Dalam beberapa kutipan juga dijelaskan, untuk dapat melaksanakan yadnya yang efektif, efisien, praktis dan sattwika dalam kutipan artikel paduarsana, sebagaimana disebutkan pelaksanaan yadnya wajib disesuaikan dengan sastranya yang dijelaskan sebagai berikut :
Dalam Lontar Dewa Tatwa disebutkan, Yadnya dengan pikiran yang tenang dan ikhlaslah yang menjadikanya baik.
Janganlah tidak ikhlas atau terlalu menyayangi harta benda yang diperlukan untuk yajna.
Janganlah menentang petunjuk orang tua (orang yang dituakan), janganlah berprilaku marah atau akrodha dan mengeluarkan kata-kata yang sumbang dan kasar.
Kata-kata yang baik dan enak didengar itu juga hendaknya diucapkan.
Dalam Rgveda disebutkan bahwa “Brahman menciptakan alam semesta ini dengan mengorbankan diriNya sendiri.
Sehingga setiap aktivitas yadnya yang dilakukan oleh umat manusia baik melalui pikiran, ucapan dan perbuatan berdasarkan Tri Kaya Parisudha semestinya ditujukan semata-mata hanya untuk Brahman, karena sesungguhnya apa yang ada ini adalah milikNya.
Dalam Bhagawad Gita, kwalitas yajna yang sattvika, maka perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:
Sraddha: yajna harus dilakukan dengan penuh keyakinan
Aphala: Tanpa ada motif untuk mengharapkan hasil dari pelaksanaan yajna yang dilakukan karena tugas manusia hanya mempersembahkan dan dalam setiap yajna yang dilakukan sesungguhnya sudah terkandung hasilnya.
Dharma Gita: ada lagu-lagu kerohanian yang dilantunkan dalam kegiatan yajna tersebut.
Mantra: pengucapan doa-doa pujian kepada Brahman.
Punia Daksina: penghormatan kepada pemimpin upacara berupa Rsi yajna
Lascarya: yajna yang dilakukan harus bersifat tulus ikhlas
Nasmita: tidak ada unsur pamer atau jor-joran dalam yajna tersebut.
Annaseva : ada jamuan makan – minum kepada tamu yang datang pada saat yajna dilangsungkan, berupa Prasadam/lungsuran, karena tamu adalah perwujudan Brahman itu sendiri
“Matr deva bhava Pitr deva bhava, athiti deva bhava daridra deva bhava artinya; Ibu adalah perwujudan Tuhan, Ayah adalah perwujudan Tuhan, Tamu adalah perwujudan tuhan dan orang miskin adalah perwujudan Tuhan.
Sastra: setiap yajna yang dilakukan harus berdasarkan kepada sastra yadnya atau sumber sumber yang jelas, baik yang terdapat dalam Sruti maupun Smrti.
Dalam Manavadharmasatra VII.10 juga disebutkan bahwa setiap aktivitas spiritual termasuk yajna hendaknya dilakukan dengan mengikuti;
Iksa: yajna yang dilakukan dipahami maksud dan tujuannya
Sakti: disesuaikan dengan tingkat kemampuan baik dana maupun tingkat pemahaman kita terhadap yajna yang dilakukan sehingga tidak ada kesan pemborosan dalam yajna tersebut.
Sesuai dengan Desa Kala Patra,
Desa: memperhatikan situasi dimana yajna tersebut dilakukan termasuk sumber daya alam atau potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Kala: kondisi suatu tempat juga harus dipertimbangkan baik kondisi alam, maupun umat bersangkutan.
Tattva: dasar sastra yang dipakai sebagai acuan untuk melaksanakan yajna tersebut,
Manavadharmasastra II.6 ada lima sumber hukum hindu yang dapat dijadikan dasar pelaksanaan yajna, yaitu:
Sruti, wahyu Tuhan secara langsung.
Smrti, yang perlu diperhatikan dan dihayati
Sila, agar tidak menyimpang dari norma-norma kebenaran dan kebaikan
Acara, yang tercermin dalam kegiatan praktis bagaimana menunjukkan rasa bhakti dan kasihnya kepada Hyang Widhi Wasa.
Atmanastusti, mengantarkan umat mencapai kebahagiaan rokhani.
Jadi beryadnya tidak harus besar dan megah, apalah artinya kemegahan dengan menghabiskan banyak dhana tapi tidak dilandasi oleh prinsip yajna yang telah tetuang pada susastra Veda sebagai pengetahuan suci.
0 Response to "Pengertian Yajna yang Satwika"
Post a Comment