Sejarah Asal Asul Ketupat
HINDUALUKTA-- Sejauh ini banyak website yang meposting mengenai sejarah ketupat. Namun isinya tidak mendalam, mereka tidak melihat sejarah asal usul sebenarnya. Dari beberapa sumber yang saya dapat, mengatakan bahwa Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga yang hidup sekitar tahun 1450.
Namun pernyataan itu dinilai bertentangan dengan fakta. Pasalnya sejarah ketupat tentu tidak lepas dari sejarah pemakaian janur sebagai alat kreatifitas. Budaya mana saja yang memakai janur pada saat perayaan hari-hari besar maka dari situlah muncul asal usul ketupat.
Sebab budaya janur dan ketupat sudah ada jauh sebelum adanya Islam. Mungkin perlu diteliti sejalan dengan budaya Hindu atau bahkan lebih tua sebagai budaya orang kepulauan dan para pelaut.
Bukti lain yang mengatakan bahwa ketupat sudah jauh ada sebelum diperkenalkan Sunan Kalijaga adalah berbedanya penaman ketupat disetiap daerah seperti misalnya (Ketupat) Kupat tahu Solo beda dengan yang di Klaten, berbeda lagi dengan yang di Magelang. Yang di Klaten namanya Tahu Goling.
Jadi sangat lucu kalau diklaim sebagai budaya/budaya Islam (Arab) maupun Hindu (India). Kalau toh kemudian ikut mewarnai ritualan kedua agama tersebut, menunjukkan bahwa budaya/peradaban asli masih eksis dan tidak tenggelam.
Hal lain yang membuktikan bahwa ketupat jauh eksis sebelum diperkenalkan Suna Kalijaga adalah tulisan dalam Prasasti Tatwa(filsafat) dan budaya Bebantenan yakni masa kerjaan Bali Mula (882–913), Shri Aji Bhumi Banten, Shri Kesari Warmadewa Udayana di Bali hingga cucunya Airlangga yang menjadi Raja di Jawa mengatakan bahwa Bebantenan adalah sarana/bahasa/lambang, hubungan kesadaran manusia dengan Hyang Agung(Makrokosmos).
Ada 3 bentuk simbul yang bisa dilihat dalam bebantenan dalam upakara di Bali, bulat, segi tiga, dan segi empat, ketupat ditemui sebagai salah satu isi dari Banten(bebantenan).
Orang Bali menghaturkan Banten Ketupat hingga saat ini karena adatnya agama, dan tetap dilaksanakan, tidak harus dihari hari khusus, kapan saja selama si orangnya lagi mud, tujuannya menyadari isi kehidupan, juga agar sehabis SembahHyang dapat dimakan ketupatnya sebagai prasadam(berkah) karena ada Nasi (Dewi Sri/Boga) didalamnya agar Kemakmuran selalu menyatu dg dirinya.
Kapan dan dimana diciptakan ketupat itu yg belum bisa di prediksi, belum ada referensi paling awal, bisa jadi sebelum Yesus lahir atau Majapahit, apalagi Lebaran Idhul Fitri.
Mbah Kalijogo itu plagiator hebat, dari Ketupat di hari Lebaran sampai Wayang beserta isi cerita wayangpun seolah dibuat olehnya.
Lebaran Ketupat, atau apapun itu maknanya tetap, ada nasi, ada boga didalamnya, dan kalau memakan sebaiknya berdoa/sembahyang dulu.
Dikutif dari berbagai sumber.
Namun pernyataan itu dinilai bertentangan dengan fakta. Pasalnya sejarah ketupat tentu tidak lepas dari sejarah pemakaian janur sebagai alat kreatifitas. Budaya mana saja yang memakai janur pada saat perayaan hari-hari besar maka dari situlah muncul asal usul ketupat.
Foto: Hindualukta |
Bukti lain yang mengatakan bahwa ketupat sudah jauh ada sebelum diperkenalkan Sunan Kalijaga adalah berbedanya penaman ketupat disetiap daerah seperti misalnya (Ketupat) Kupat tahu Solo beda dengan yang di Klaten, berbeda lagi dengan yang di Magelang. Yang di Klaten namanya Tahu Goling.
Jadi sangat lucu kalau diklaim sebagai budaya/budaya Islam (Arab) maupun Hindu (India). Kalau toh kemudian ikut mewarnai ritualan kedua agama tersebut, menunjukkan bahwa budaya/peradaban asli masih eksis dan tidak tenggelam.
Hal lain yang membuktikan bahwa ketupat jauh eksis sebelum diperkenalkan Suna Kalijaga adalah tulisan dalam Prasasti Tatwa(filsafat) dan budaya Bebantenan yakni masa kerjaan Bali Mula (882–913), Shri Aji Bhumi Banten, Shri Kesari Warmadewa Udayana di Bali hingga cucunya Airlangga yang menjadi Raja di Jawa mengatakan bahwa Bebantenan adalah sarana/bahasa/lambang, hubungan kesadaran manusia dengan Hyang Agung(Makrokosmos).
Ada 3 bentuk simbul yang bisa dilihat dalam bebantenan dalam upakara di Bali, bulat, segi tiga, dan segi empat, ketupat ditemui sebagai salah satu isi dari Banten(bebantenan).
Orang Bali menghaturkan Banten Ketupat hingga saat ini karena adatnya agama, dan tetap dilaksanakan, tidak harus dihari hari khusus, kapan saja selama si orangnya lagi mud, tujuannya menyadari isi kehidupan, juga agar sehabis SembahHyang dapat dimakan ketupatnya sebagai prasadam(berkah) karena ada Nasi (Dewi Sri/Boga) didalamnya agar Kemakmuran selalu menyatu dg dirinya.
Kapan dan dimana diciptakan ketupat itu yg belum bisa di prediksi, belum ada referensi paling awal, bisa jadi sebelum Yesus lahir atau Majapahit, apalagi Lebaran Idhul Fitri.
Mbah Kalijogo itu plagiator hebat, dari Ketupat di hari Lebaran sampai Wayang beserta isi cerita wayangpun seolah dibuat olehnya.
Lebaran Ketupat, atau apapun itu maknanya tetap, ada nasi, ada boga didalamnya, dan kalau memakan sebaiknya berdoa/sembahyang dulu.
Dikutif dari berbagai sumber.
Bukan plagiat, itu namanya peleburan budaya. Udah ada di pelajaran IPS SMP kok. Kedua budaya menjadi satu supaya toleran.
ReplyDelete