Makalah Kegaiban Dan Keajaiban Sifat-Sifat Tuhan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencarian kebenaran
atas realitas yang ada di dunia ini merupakan sifat unik manusia. Mereka selalu
bertanya dan tentang sesuatu dan yang lainnya.
Setiap saat dan fase kehidupan yang dialaminya, manusia selalu bertanya.
Pertanyaan ini selalu ada di pikiran dan
merupakan akar dari pengetahuan.
Salah satu pertanyaan
yang selalu ada pada setiap manusia yakni tentang Tuhan. Hampir dalam setiap
kegiatan manusia selalu ada nama Tuhan yang terucap. Brahman sudah menjadi
kebutuhan pokok manusia. Bahkan ada yang menyerahkan semua kehidupanya kepada
Brahman dengan alasan pasra atas apa yang dialami.
Namun terkadang manusia
menjadi salah dalam mengartikan Tuhan. Sehingga membuat manusia menjadi tidak
percaya akan keberadaan Tuhan dan bahkan ada yang sampai menyalahkan Tuhan jika
apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan harapanya. Hal ini menjadi masalah
karena tidak ada yang mengetahui uhan itu jahat? Kenapa tidak memenuhi
keinginan manusia yang telah berharap kepadanya? Sehingga makalah ini sangat
menarik untuk diangkat dengan tema "Kegaiban dan Keajaiban Sifat Sifat
Tuhan." Dengan demikian manusia dapat memahami realitas Tuhan sebearnya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah sebagaimana telah diuraikan
di atas, maka masalah difokuskan pada kegaiban dan keajaiban sifat-sifat
Tuhan menurut pandangan Hindu, sehingga dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana Sifat-sifat Tuhan atau Tuhan
menurut pandangan Hindu?
2.
Apa saja kegaiban dan keajaiban Tuhan
dalam agama Hindu?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk memperdalam pemahan mahasiswa
mengenai sifat-sifat Tuhan.
2.
Agar mahasiswa bisa memahami kegaian dan
keajaiban Tuhan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kegaiban
berasal dari akar kata gaib yang artinya tidak tampak, tidak masuk akal atau
diluar nalar manusia biasa. Jadi kegaiban dapat diartikan sebagai kejadian yang
melebihi kemampuan manusia yang tidak tampak. Sedangkan keajaiban berasal dari
akar kata ajaib yang artinya ganjil, aneh. Jadi keajaiban dapat diartikan
sebagai kejadian yang aneh atau ganjil.
Kegaiban
dan keajaiban hampir sama, namun yang membedakan kegaiban lebih mengarah
terhadap kekuatan keilmuan misalnya para Rsi bisa melihat kehidupan yang akan
datang. Sedangkan keajaiban misalnya orang yang meninggal hidup kembali. Atau
kota ini tidak terkena matahari pada siang hari. Dalam kehidupan manusia
kajaiban dan kegaiban sering sekali disamakan namun sebenarnya mempuyai
perbedaan terutama dalam mengartikan sifat-sifat Tuhan. Kegaiban jika dimasukan
dalam ke-Tuhanan maka lebih mengarah kepada kekuatan Tuhan atau Brahman. Misalnya
Tuhan dalam bentuk Nirguna dan Saguna. Sedangkan kejaiban lebih mengarah pada
tindakan misalnya orang itu hidup kembali karena jiwanya belum bisa diterimah
Brahman.
Dalam
kehidupan manusia sangat banyak kejadian, baik berupa kegaiban maupun
keajaiban. Setiap hari kita menyaksikan matahari terbit dan tenggelam. Demikian
pula adanya bulan dan bintang yang hadir di langit dengan teratur. Belum lagi
oleh adanya berbagai mahluk hidup dan hal-hal lain yang dapat menjadikan kita
semakin tertegun menyaksikannya. Adanya pergantian siang menjadi malam, adanya
kelahiran, usia tua, dan kematian, semuanya ini terjadi karena sifat-sifat
kemahakuasaan Brahman.
Wrhaspati
Tattwa mejelaskan terdapat delapan sifat-sifat Tuhan yang disebut dengan Asta
Sakti atau Astaiswarya. Delapan sifat-sifat ini sudah menjadi keyakinan umat
Hindu yang tertuang dalam Panca Sraddha yaitu lima kepecayaam Hindu diantaranya
yakni percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi), percaya adalanya Atman,
percaya adanya Hukum Karma Phala, percaya adanya Punarbhawa
(Reinkarnasi/Samsara) dan percaya adanya Moksa.
2.2 Sifat-sifat Tuhan
Telah
dibahas diatas bahwa dalam kepercayaan Hindu dikenal adanya Panca Sraddha yang
salah satunya percaya adanya Brahman. Hindu memandang Brahman sebagai Tuhan
Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa
atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia
sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala
isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala
yang ada.
Tuhan
(Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup,
didalam maupun diluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi)
meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak
berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad (K.U. 1,2) disebutkan
bahwa Hyang Widhi adalah “telinga dari semua telinga, pikiran dari segala
pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari
segala mata”, namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak
tetapi ada. Di dalam Bhuana Kosa disebutkan sebagai berikut:
“Bhatara
Ciwa sira wyapaka
sira
suksma tan keneng angen-angen
kadiang
ganing akasa tan kagrahita
dening
manah muang indriya.”
Artinya:
“Tuhan (Ciwa),
Dia ada di mana-mana, Dia gaib, sukar dibayangkan, bagaikan angkasa (ether),
dia tak dapat ditangkap oleh akal maupun panca indriya.”
Walaupun
amat gaib, tetapi Tuhan hadir dimana-mana. Beliau bersifat wyapi-wyapaka,
meresapi segalanya. Tiada suatu tempatpun yang Beliau tiada tempati. Beliau ada
disini dan berada disana Tuhan memenuhi jagat raya ini. Tidak ada apapun yang
dapat disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan segala yang ada
dan terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari kemanapun
untuk menyembunyikan segala perbuatannya.
Upanisad
menjelasakan bahwa Brahman sebenarnya adalah energi, cahaya, sinar yang sangat
cemerlang dan sulit sekali diketahui wujudnya. Dengan kata lain Abstrak, Kekal,
Abadi, atau dalam terminologi Hindu disebut Nirguna atau Nirkara Brahman
(Impersonal God) artinya Tuhan tidak berpribadi dan Transenden. (Sutrisna,
2009:55).
Meski
Brahman tidak terjangkau pemikiran manusia atau tidak berwujud, namun jikalau
Brahman menghendaki dirinya terlihat dan terwujud, hal itu sangat mudah
dilakukan. Brahman yang berwujud disebut Saguna atau Sakara Brahman (personal
God), Tuhan yang berpribadi atau immanent (Sutrisna, 2009:53).
Tuhan
didalam agama Hindu merupakan suatu esensi tertinggi yang meresapi seluruh
jagat raya ini, di dalam naskah-naskah kitab suci keberadaan Tuhan banyak di
jelaskan didalam kitab-kitab Hindu seperti misalnya didalam kitab suci Bhagawad
Gita VII.6 yakni disebutkan sebagai berikut :
“Etadyonini
bhutani
sarvani
ty upadharaya
aham
kristnasya jagatah
prabhavah
pralayas tatha.”
Artinya:
“Ketahuilah, bahwa
semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula
alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti.”
Wujud
dan sifat-sifat kemahakuasan Tuhan sangat banyak disebutkan dalam kitab suci
Hindu. Di dalam kitab Wrhaspati Tattwa terdapat keterangan tentang sifat- sifat
Tuhan yang disebut Asta Sakti atau Astaiswarya yang artinya delapan sifat
kemahakuasaan Tuhan. Dari kedelapan asta iswarya adalah sebagai berikut (Wrhaspatitattwa
sloka 14):
1. Anima
berasal dari kata “Anu” yang berarti atom. Anima dari Astaiswarya, ialah sifat kemahakuasaan
Tuhan yang paling halus bagaikan kehalusan atom yang dimiliki oleh Sang Hyang
Widhi Wasa.
2. Laghima
berasal dari kata “Laghu” yang artinya ringan. Laghima berarti sifat kemahakuasaan
Tuhan yang amat ringan lebih ringan dari ether.
3. Mahima
berasal dari kata “Maha” yang berarti Maha Besar, di sini berarti Sang Hyang
Widhi Wasa meliputi semua tempat. Tidak ada tempat yang kosong (hampa) bagi-
Nya, semua ruang angkasa dipenuhi. Sehingga Brahman di sebut sebagai Mahima.
4. Prapti
berasal dari “Prapta” yang artinya tercapai. Prapti dalam Wrhaspati Tattwa
memiliki arti bahwa Brahman mencapai semua tempat. Ke mana Ia hendak pergi di
sana Ia telah ada.
5. Prakamya
berasal dari kata “Pra Kama” berarti segala kehendak- Nya selalu terlaksana
atau terjadi. Jadi maksudnya disini bahwa apapun yang dikehendaki Brahman akan
selalu terwujud tidak ada yang bisa menghalanginya.
6. Isitwa
berasal dari kata “Isa” yang berarti raja, Isitwa berarti merajai segala-
galanya. Jadi Tuhan dalam hal ini merupakan hal paling utama. Tuhanlah yang
memimpin segalanya.
7. Wasitwa
berasal dari kata “Wasa” yang berarti menguasai dan mengatasi. Wasitwa artinya
paling berkuasa.
8. Yatrakamawasayitwa
berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat-Nya. Jika Tuhan
telah menjatuhkan keputusan maka apaun tidak bisa menghalanginya.
Kedelapan
sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa ini, disimbolkan dengan singgasana
teratai (padmasana) yang berdaun bunga delapan helai (astadala). Singgasana
teratai adalah lambang kemahakuasaan-Nya dan daun bunga teratai sejumlah
delapan helai itu adalah lambang delapan sifat agung/ kemahakuasaan
(Astaiswarya) yang menguasai dan mengatur alam semesta dan makhluk semua.
2.3 Kegaiban dan Keajaiban Tuhan
Setelah
kita mengetahui beberapa sifat-sifat Brahman. Maka tentunya tidak sulit untuk
memahami kegaipan dan keajaib Tuhan. Karena sudah jelas bahwa Tuhan itu
memiliki kemahakuasaan yang disebut dengan Asta Iswarya. Dalam Veda cukup
banyak dijelaskan kegaiban dan keajaiban Tuhan. Baik berdasarkan sloka maupun
berdasarkan falsafa. Seperti misalnya dalam Yayur Veda 13.40 yang berbunyi
bersujudlah kepada-Nya yang membawah keselamatan, kepada Pasupati, Dewa segala
mahluk. Bersujudlah pada yang ganas itu, yang menakutkan itu, (Sudiani,2013:13).
Dari
sloka diatas dapat di simpulkan bahwa Tuhan itu maha gaib dan ajaib. Karena
meski tidak dapat dilihat tetapi Ia selalu di takuti dan di puja. Semua manusia
sudah menganggab Tuhan sebagai kebutuhan utama dalam hidupnya. Setiap masalah
yang dihadapi akhirnya mengarah kepada Tuhan jika sudah merasa sulit untuk
diselesaikan. Bukan karena Tuhan sebagai pelarian tetapi karena Tuhan merupakan
satu-satunya yang bisa menjawab semua pertanyaan manusia yang beranekaragam.
Jika
kita memandang kesekeliling. Dapat kita lihat puluhan dan bahkan ribuan orang
tetapi tidak memiliki kesamaan yang persis. Hal ini dikarenakan kemahakuasaan
Tuhan yang begitu besar. Bahkan Bumi
sendiri yang merupakan tempat tinggal umat manusia tidak diketahui secara pasti
dimana bersandar. Banyak peneliti yang telah melakukan riset tetapi tidak
pernah memberi hasil riset yang akurat terhadap masyarakat. Yang kita tahu
bahwa Bumi ini merupakan bagian dari tata surya yang mengelilingi Matahari. Semua
ini terjadi karena kegaiban dan keajaiban sifat-sifat Tuhan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam agama Hindu
dikenal dua wujud tuhan yakni Saguna dan Nirguna yakni Tuhan yang tak terbatas
dan Tuhan berkepribadian. Dalam wujud Tuhan tersebut terdapat delapan sifat
yang disebut Asta Sakti atau Astaiswarya. Dari kedelapan sifat tersebut yakni Anima
(halus), Laghima (ringan), Mahima (Maha besar), Prapti (dimana-mana), Prakamya
(tak terhalang). Isitwa (raja dari segala raja), Wasitwa (paling berkuasa) dan
Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat-
Nya.
Daftar
Pustaka
Sutrisna, dkk. 2009. Upanisad. Jakarta: Departemen Agama RI
Putra. 2009. Wrhaspati Tattwa. Bandung: Paramita
Sudiani, Ni Nyoman. 2013. Mata Kulia Darsana. Jakarta: STAH DNJ
0 Response to "Makalah Kegaiban Dan Keajaiban Sifat-Sifat Tuhan"
Post a Comment