Avatar atau Lila Tuhan Dalam Ajaran Agama Hindu

HINDUALUKTA -- Memang jika kita melakukan penilaian terhadap lila (kegiatan) Tuhan hanya berdasarkan kacamata kita sendiri dengan segala keterbatasannya, hal ini merupakan pekerjaan yang sangat mustahil. Ibarat orang yang menyangkal keberadaan minyak dalam buah kelapa atau orang yang menyangkal keberadaan gelombang audio dalam udara hanya karena ia tidak bisa melihatnya secara serta merta dan kasat mata. Tetapi jika kita mau berusaha menyetel dan mengarahkan antenna pikiran kita kepada sumber dimaksud, tentu ketidaktahuan kita itu akan segera terjawab. Saya mengambil contoh lila awatara Sri Wisnu sebagai Sri Krishna di dunia ini, biar lebih mudah dicerna, jika kita mau berusaha mencari dan mendapatkan kebenaran dari segala peristiwa yang pernah dilakukan  Sri Krishna di muka bumi ini.

Avatar atau Lila Tuhan Dalam Ajaran Agama Hindu
Foto: mha.yogi
Salah satu usaha yang bisa saya tawarkan adalah dengan mulai mengulas tentang lila atau kegiatan Ilahi beliau. Sesuatu yang seringkali menjadi perdebatan antara mereka yang yakin dengan mereka yang menolak kenyataan bahwasannya penguasa semesta raya ini pernah mewujudkan diri-Nya di bumi sebagai bocah penggembala sapi (yang merupakan symbol dari jiwa jiwa mahluk hidup). Sri Krishna merupakan Poorna Avatar atau Penjelmaan Tuhan ke dunia dengan menyertakan segala kesempurnaan-Nya. Sehingga semua hal yang dilakukan-Nya di muka bhumi begitu mengesankan untuk disimak. Segala keajaiban, kemewahan, cinta, dan pengampunan yang terkadang begitu sulit untuk dimengerti oleh daya nalar manusia biasa bahkan oleh para dewa setinggi dewa Brahma sekalipun. Hal ini dapat kita temukan pada Kitab Brahma Samhita dimana setelah gagal menguji Sri Krishna dalam wujud bocah kecil penggembala sapi, akhirnya dewa Brahma menyusun syair-syair indah yang mengakui dan mengagungkan Sri Krishna sebagai persoanalitas Tuhan Yang Maha Esa  yang dipenuhi dengan pengetahuan, kekekalan, dan kebahagiaan. Tuhan yang merupakan sumber dari segala sebab, yang dikenal dengan nama Govinda.

Demikian halnya dengan pernyataan-pernyataan beliau sendiri yang menyatakan bahwa diantara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang ingin mencapai kesempurnaan. Dan diantara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tak satupun yang mengetahui tentang Diri-ku dengan sebenarnya (B.G 7.3)

Inilah beberapa lila atau kegiatan Ilahi Sri Krishna yang pernah ditunjukkan kepada umat manusia beserta makna dan kasih beliau untuk bisa dilihat dan dimaknai dengan kacamata yang lebih jelas dan transparent sehingga kita tidak berspekulasi memberikan tafsiran tentang kegiatan Tuhan yang bisa menimbulkan Aparad.

1. Krishna membunuh raksasi Putana (tafsiran keliru yang mengidentikkan Tuhan orang hindu sebagai sosok pembunuh)

Putana dalam kehidupan sebelumnya adalah Ratnavali, puteri dari Maharaja Bali. Pada waktu Sri Wisnu menjadi  Vamana menghadap Maharaja Bali, Ratnavali begitu terpesona melihat aura kedewataan sang Brahmana cebol sehingga ia berfikir bahwa “alangkah menyenangkannya jika ia berkesempatan menjadi ibu bagi anak seperti itu.”  Tapi ketika Vamana mengalahkan Ayahnya yaitu Maharaja Bali, Ratnavali dipenuhi dengan keinginan untuk membunuh Vamana. Maka begitulah untuk mengabulkan kedua keinginannya itu, maka pada penjelmaan-Nya sebagai Sri Krishna ia memberikan kesempatan kepada Putana (Ratnavali) untuk menimangnya sebagai anak dan juga kesempatan untuk mencoba membunuh-Nya. Walaupun ia sendiri yang akhirnya terbunuh.

2. Krishna mengangkat bukit Govardana. (Tafsiran keliru – Tuhan Sri Krishna senang unjuk kekuatan dan menganjurkan pemujaan kepada alam). Kegiatan Sri Krishna ini juga sangat berkaitan dengan sejarah bukit Govardana dimaksud. Diriwayatkan bahwa pada jaman Dvapara ketika Tuhan Sri Krishna muncul sebagai Sri Rama pada waktu akan membuat jembatan ke Alengkapura guna menyelamatkan Dewi Sita, Bukit Govardhana menjadi salah satu bukit yang dipilih untuk dilempar ke dalam laut guna membuat jembatan penghubung antara India dan Sri langka. Namun ketika bukit yang istimewa itu telah dicabut dan siap dibawa ke lautan, ada instruksi bahwa jembatan sudah selesai dikerjakan. Hal itu otomatis menghalangi kesempatan sang bukit untuk mengabdikan dirinya bagi kegiatan Tuhan Sri Rama. Bukit itu menjadi kehilangan daya dan semangat hidup, semua pepohonan diatasnya seakan mau mati karenanya. Mendengar hal ini akhirnya Sri Rama berjanji bahwa pada saat kedatangan-Nya kembali ke bhumi, Ia akan menyertakan bukit itu dalam kegiatan Ilahi-Nya. Dan begitulah demi menepati janji yang telah diucapkannya, maka Sri Rama yang telah muncul kembali dalam diri  Sri Krishna mempergunakan bukit Govardhana untuk menyadarkan keangkuhan Dewa Indra sekaligus memberikan anugrah kasih beliau.

3.  Kedekatan Sri Krishna dengan para gopi (Tafsir keliru – Krishna mengajarkan pergaulan tanpa batas). Sri Krishna sangat dekat dengan para gopi, seakan-akan Sri Krishna adalah sosok anak kecil yang akan tumbuh menjadi pemuda playboy. Masa kecil Sri Krishna memang tidak pernah bisa dipisahkan dengan gelak tawa riang para gopi didekatnya. Kebahagiaan itu diciptakan oleh Sri Krishna hanyalah untuk menjawab do’a dari para bhakta-Nya. Para gopi itu dalam kelahiran mereka sebelumnya adalah para Rsi pada masa Krta Yuga yang hanya memperoleh kesempatan dharsan dari Tuhan. Dan hal ini kurang memuaskan mereka. Pada masa Treta Yuga ketika Tuhan muncul sebagai Sri Rama, para Rsi ini rela dilahirkan sebagai pasukan kera agar dapat menikmati dharsan (Penampakan) dan juga Sambhasan (Wejangan) langsung dari Tuhan. Selanjutnya pada masa Dvapara yuga ketika Tuhan muncul dengan segala kemuliaan-Nya dalam nama Sri Krishna, merekapun kembali mengikuti beliau dengan terlahir sebagai para gopi dan gopa penggembala sapi di Vrndavan hanya agar mendapat kesempatan lebih untuk menikmati Dharsan,(Penglihatan-tatapan langsung) Shambasan (Wejangan), dan Sparsan (bersentuhan serta bercakap-cakap dengan Tuhan secara langsung) sebab di dalam loka-loka yang lain, kesempatan seperti itu sangat sulit untuk dicapai.

4. Krishna membunuh tukang cuci kerajaan. ( Tafsir keliru – Sri Krishna sosok Tuhan Hindu tanpa rasa belas kasihan). Hal ini bukanlah tanpa alasan mendasar sebab Krishna bukanlah seorang pembunuh. Pada waktu Krishna dan Balarama meneruskan perjalanan ke kerajaan Kamsa, mereka melihat tukang cuci kerajaan membawa sebundelan jubah kerajaan. Krsna merampas buntelan itu lalu memberikannya satu kepada Balarama untuk dipakai. Tukang cuci tersebut menjadi marah lalu mengajak bertengkar. kemudian Sri Krishna menampar pipi tukang cuci tersebut yang menyebabkan kematiannya. Balarama tidak mengerti akan hal itu lalu meminta penjelasan dari Krishna. Sri Krishna menjawab bahwa ia telah membunuh tukang cuci tersebut karena ia memang ingin mati ditangan-Nya. Pada kelahirannya terdahulu, pada masa Treta Yuga, Tukang cuci itu adalah orang yang telah menyebarkan propaganda serta bertanggung jawab atas pengasingan (Kelahiran kembali) Ibu Dewi Sita.namun akhirnya ia menyesal dan berdoa kepada Sri Rama untuk membunuhnya karena dosa yang tak termaafkan itu. Tapi Sri Rama tidak melakukannya. Ia hanya memastikan bahwa keinginan tukang cuci itu akan dipenuhinya pada saat kemunculannya kembali pada masa Dvapara Yuga. Demikianlah orang itu akhirnya terlahir sebagai tukang cuci di kerajaan Kamsa dan Sri Rama muncul kembali sebagai Sri Krishna.

5. Rasa lila atau Krida ( tafsir keliru : Sri Krishna – Tuhan orang hindu yang amoral). ini sungguh-sungguh merupakan sebuah episode yang kebanyakan dikelirukan dan disalah artikan. Pemuda berkulit hitam keabu-abuan (Sri Krishna) yang menari di saat bulan bersinar cerah dengan para gadis penggembala sapi. Banyak yang tidak memahami bahwa pada saat itu masing-masing gopi mendapatkan satu orang Krishna, artinya Krishna pada waktu yang sama telah mengekspansikan dirinya menjadi puluhan Krishna yang sama yang mana masing-masing gopi itu tidak bisa menyadari kenyataan yang sesungguhnya. Mereka hanya tenggelam dalam suka citanya masing-masing dengan berpikir bahwa hanya dirinyalah yang mendapatkan Krishna. Namun kenyataannya, semua gopi itu mendapatkan Krishna yang sama. sesungguhnya makna yang terkandung dari permainan Ilahi ini adalah bahwa seluruh alam semesta ini adalah Vrndavan dan semua gopi adalah jiwa. Setiap jiwa rindu ingin selalu bersama Tuhan dan menunggu panggilan seruling-Nya. Permainan itu adalah kesenangan paramaatma yang dibagi kepada para gopi atau jiwatma.

6. Gopika Vastrapaharanam. ( Tafsir keliru : Sri Krishna – Tuhan orang hindu yang asusila).Ini juga merupakan kisah ketuhanan yang sangat dikelirukan dan disalah artikan oleh orang awam. Mereka yang tidak mengakui ke-Ilahian Sri Krishna dengan gampangnya mencaci maki Sri Krishna sebagai tokoh asusila, seorang perayu wanita yang telah mencuri sari para gopika ketika mereka sedang mandi di sungai. Krishna memberikan sari mereka jika para gopika mau beranjak dari sungai dalam keadaan telanjang dan mengangkat tangannya keatas sebagai tanda menyerah dan menyelamatkan mereka dari rasa malu. Sesungguhnya makna mendalam dari kisah ini adalah kalau seorang sadhaka belum bisa menghilangkan kesadaran badannya artinya masih menganggap diri sebagai badan yang memiliki nama dan rupa dan bukannya menginsyafi diri sebagai jiwa penghuni badan, dimana dalam kisah itu diibaratkan sebagai rasa malu dalam badan yang telanjang, maka ia tidak akan memperoleh rahmat Tuhan yang digambarkan dengan mendapatkan kembali sari mereka. Kenyataannya Deha berarti sesuatu yang dipakai atau Vastra. Ketika para gopika tersebut menanyai Krishna apakah Dharma (kebajikan) dari bagian-Nya yang telah mencuri pakaian atau sari mereka, Krishna berkata bahwa para gopikalah yang tidak menjalankan Svadharma sebagai Atma dharma tetapi malah menjalankan Deha dharma atau kesadaran badan.

7. Navanitachora (tafsir keliru : Sri Krishna – Tuhan yang mengajarkan untuk menjadi pencuri). Krishna mencuri mentega. Ini adalah sebuah kisah yang juga sarat makna. Sebenarnya Tuhan Sri Krishna tidak menginginkan mentega karena Tuhan maha kaya yang punya segala-galanya. Sama halnya dengan kegiatan Gopika Vastrapaharanam. Krishna bisa menciptakan segalanya termasuk bidadari yang paling cantik sekalipun, jadi apakah masuk akal jika Tuhan melakukan hal tersebut hanya sebagai pelampiasan nafsu saja seperti manusia. Jawabannya TIDAK!. Segala sesuatu yang diperbuat oleh Tuhan ada makna dan latar belakangnya yang kadang sulit dimengerti oleh keterbatasan indera manusia. Sama halnya dengan kegiatan mencuri mentega ini. Mentega sebenarnya adalah wujud atau simbul dari kemurnian pikiran yang tertanam dalam periuk hati dari para gopika. Navanita berarti pikiran murni dan pikiran hanya bisa dibuat murni jika diaduk terus menerus dengan sadhana namasmaranam atau mengingat-ingat nama dan kegiatan Tuhan. Jadi sesungguhnya Krishna hanya menginginkan pikiran murni dari manusia yang telah mengingatnya dalam segala waktu dan keadaan.

8. Kutukan Gandhari  kepada Krishna (tafsir keliru : kok Tuhan bisa dikutuk). Dalam (Striparva, Bab ke-25) "Gandhari berkata, O Krishna, baik ‘Pandawa dan Dhartarashtra, keduanya telah terbakar. keduanya terbasmi, O Janardana, mengapa engkau abaikan mereka? Engkau sangat kompenten mencegah pembantaian ini, Engkau punya sejumlah besar pengikut dan berkekuatan besar. Engkau sangat fasih berbicara, dan engkau punya kekuatan (untuk mewujudkan perdamaian). Karena dengan sengaja, O pembunuh dari Madhu, engkau acuh tak acuh terhadap pembantaian massal ini, oleh karenanya, O Senjata yang paling perkasa, engkau seharusnya menuai buah tindakan ini. Dengan kebaikan kecil yang telah aku dapatkan dari kepatuhanku melaksanakan kewajiban pada suamiku, dengan pahala itu yang begitu sulit diperoleh, aku akan mengutuk engkau, O pemilik cakram dan gada! Karena engkau telah mengabaikan para Kuru dan Pandawa sehingga saling membunuh satu sama lainnya, oleh karenanya, O Govinda, engkau akan menjadi pembunuh sanak-Mu sendiri! Pada tahun ke 36 sejak sekarang, O pembunuh dari Madhu, engkau, setelah menyebabkan pembantaian kerabatMu, teman-temanMu dan anak-anakMu, binasa dengan cara menjijikkan di padang gurun. Para wanita dari ras-Mu, kehilangan anak, sanak saudara, dan teman-teman, akan meratap dan menangis seperti para wanita dari ras Bharata ini!'" Vaishampayana melanjutkan, "Mendengar kata-kata ini, Vasudeva Sang Jiwa utama, kepada Gandhari, mengatakan kepadanya kata-kata ini, dengan senyum tipis,"Tidak ada di dunia, yang menyelamatkan diri, yang mampu membasmi bangsa Vrishni. Aku tahu ini dengan pasti. Aku akan wujudkan. Dalam mengucapkan kutukan ini, O ini kaulmu yang sangat baik, Engkau telah membantu aku menyelesaikannya. Bangsa Vrishni tidak mampu dibunuh oleh yang lainnya, baik itu para manusia atau dewa atau Danava. Bangsa Yadawa, karenanya akan musnah oleh tangan mereka sendiri." Jadi kutukan Gandhari inipun juga bagian dari rencana Sri Krishna.

9. Krishna menjadikan diri-Nya suami dari 8 istri dan 16.000 gopika. ( Tafsir Keliru – Sri Krishna – sosok Tuhan yang mengajarkan polygamy). Maksud dari kisah ini adalah bahwasannya orang harus mengerti terlebih dahulu makna dari (Bharta) suami, yaitu : orang yang menjadi panutan dan orang yang menjaga. Siapa lagi yang benar-benar dapat disebut sebagai suami-Svami selain daripada Tuhan. Disini tubuh merupakan kediaman bagi kesadaran Ilahi atau Tuhan. Dalam tubuh ada 6 pusat spiritual yang dilalui Kundalini Sakti atau daya energy Ilahi yang berwujud ular bergelung, yang muncul dari Muladhara cakra (Pusat energy dasar) sampai ke Sahasrara (Pusat bunga teratai berdaun bunga seribu) di puncak. Diantaranya ada 4 pusat spiritual cakra. Ketika Kundalini itu bangkit mencapai Sahasrara, pencerahan akan terjadi. Kundalini mencapai Hrdaya Cakra (teratai hati dengan 8 daun bunga). Makna yang terkandung dalam hal ini adalah 8 daun bunga teratai berarti 8 jiwa, 8 arah, dan 8 penjaga. Krshna yang menjadi suami atau raja dari 8 permaisuri melambangkan 8 daun bunga. Kundalini sakti naik lagi pada Sahasrara, setangkai bunga teratai yang berdaun bunga seribu, yang masing-masing memiliki 16 kala atau sinar. Jadi 16.000 Gopika adalah symbol dari 16.000 kala yang kemudian menimbulkan pencerahan.

Jadi disini Krishna menjadikan dirinya sebagai suami bagi 16.000 gopi itu bukanlah dalam artian untuk menikmati kepuasan indriawi. Karena Tuhan berada diatas 3 sifat atau guna alam semesta material. Demikian secuil kemuliaan Sri Krishna yang pernah diperlihatkan kepada manusia untuk memberkati para bhakta-Nya. mari mulai berpikir lebih jernih dalam melakukan penilaian terhadap sesuatu hal apalagi yang berhubungan dengan ketuhanan agar tidak menjerumuskan kita pada kesalahan fatal yang dengan segala keterbatasan berusaha mengukur kegiatan beliau yang tiada batas. 
Bagi manusia modern yang kebanyakan nonton film misteri, pasti akan sangat menyangsikan peristiwa ini dengan cibiran sinis “Ah engga’ mungkin! Memangnya sinetron” padahal jika mereka mau jujur mengakui bahwa walaupun jaman telah banyak berubah namun hal-hal di luar daya nalar dan logika manusia nyatanya masih sering terjadi. Sesuatu yang rasanya tidak mungkin bagi otak manusia dengan segala keterbatasannya namun nyata tanpa bisa dinalar. Misalnya bagaimana si David Coverfield bisa terbang tanpa sayap, lalu bagaimana mungkin manusia bisa berubah menjadi monyet atau api ketika menyaksikan ‘Leak bali’ trus bagaimana serabut kelapa atau benda-benda aneh lainnya bisa nyangkut dalam tubuh orang karena teluh. Memangnya bisa dijelaskan  dengan teknologi. Tentu sulit sekali. Maka demikianlah jika di jaman sekarang saja kenyataan itu masih bisa terjadi maka India sebagai gudangnya para Yogi dan kekuatan mistik tentu sangat masuk akal jika terjadi hal-hal ajaib seperti ketika kemunculan Sri Krishna. Jadi bukan sekedar cerita khayal manusia. That was history NOT ONLY STORY.

Oleh Agung Joni 11 jan 2016

0 Response to "Avatar atau Lila Tuhan Dalam Ajaran Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel