Gender dan Tujuan Berkeluarga di Jaman Kaliyuka Menurut Persepektif Hindu

HINDUALUKTA -- Globalisasi dan pemahaman tentang Hak Asasi Manusia (HAM) membawa konsekuensi tentang kesetaraan gender, kedudukan dan persamaan hak dan kewajiban setiap orang baik laki-laki maupun perempua. Tuntutan tersebut adalah hal yang wajar bila setiap umat beragama menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan menyadari bahwa seorang perempuan adalah sekaligus juga seorang ibu atau calon ibu yang akan menurunkan anak-anak yang berbudhi pekerti luhur. Berbicara mengenai perempuan dan perkawinan dalam perspektif agama Hindu tidak dapat untuk tidak merujuk kepada kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya sebagai sumber ajaran Agama Hindu yang di dalamnya juga menguraikan tentang keutamaan perempuan, kedudukan perempuan, pendidikan anak perempuan termasuk juga tentang perkawinan.

Gender dan Tujuan Berkeluarga di Jaman Kaliyuka Menurut Persepektif Hindu
Patung Ganesa di Pura Gunung Salak
Kewajiban suami dan istri serta bagaimana mendidik anak-anak yang dilahirkan dalam sebuah keluarga sehingga anak tersebut menjadi anak yang suputra, yakni anak yang berbakti kepada kedua orang tua, keluarga dan berguna bagi masyarakat dan bangsa. Dari Ayah dan Ibu yang baik tentang akan lahir putra-putri yang baik merupakan sebuah adigium yang umum di masyarakat. Demikian pula anak merupakan cerminan dari kedua orang tuanya menuntut setiap orang tua untuk dapat mendidik anaknya menjadi putra-putri yang baik pula. Penghargaan kepada perempuan, wanita, istri atau putri sesungguhnya demikian tinggi. Di dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya, dengan demikian maka bila terjadi pelecehan terhadap wanita, seseungguhnya pelakunya yang tidak memahami tentang kedudukan wanita dalam agama Hindu. Banyak tokoh-tokoh wanita disebutkan dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya sanga dihormati karena kesucian, kecerdasan dan kepemimpinannya.

Untuk melihat tokoh-tokoh ideal dalam agama Hindu, maka dapat dirunut pada pengelompokan atas profesi seseorang. Di antara profesi tersebut yang mendapat posisi sangat terhormat adalah posisi sebagai Brahmana dan Ksatriya. Tokoh-tokoh terkemuka di kalangan profesi Brahmana adalah  para maharsi, Sanyasin, Sadhu atau orang-orang suci yang tersebut dalam kkitab Suci Veda maupun susastra Hindu lainnya seperti di dalam kitab-kitab Upanisad, Itihasa, Puranan, termasuk pula kitab-kitab parwa dan kakawin di Indonesia. Intinya kita bisa mengkaji melalui Veda dan susastra Hindu baik yang berhasa Sanskerta maupun dalam karya sastra yang menggunakan media bahasa Jawa Kuno. Lebih jauh tokoh-tokoh ideal dalam agama Hindu dapat dimulai dari tokoh-tokoh yang disebutkan dalam kitab suci Veda, sebagai para Brahmavadini antara lain: Visvavara, Apala, Ghosa, Godha istri dari Vasukra, saudara perempuan dari maharsii Agastya, Lopamudra, Uauvati dan Ramaua. Disamping nama-nama tersebut ada lagi Vach (Sushil, 1982:130). Selain tokoh-tokoh Brahmavadini di atas, di dalam kitab-kitab Upanisad terdapat tokoh-tokoh yang dikenal sebagai perempuan ideal dan ahli filsafat, yaitu: Maitreyi, Katyayani, yang merupakan dua istri dari Yajnvalkya, seorang maharsi yang sering dan amat dominan disebutkan dalam kitab-kitab Upanisad. Tokoh perempuan lainnya adalah Gargi, yang merupakan putra dari seorang tokoh atau pahlawan yang berasal dari kota Banares (Ibid: 138).

Bagaimana pandangan kitab suci Veda terhadap seorang perempuan, itri atau wanita: Seorang gadis menentukan sediri peria idaman calon suaminya (svayayvara/ Agveda X.27.12). Mempelai wanita sumber kemakmuran (Agveda X.85.36), Seorang laki-laki yang terlalu banyak mempunyai anak selalu menderita (Agveda I.164.32). Terjemahan mantra ini menunjukkan bahwa bila lelaki tidak merencanakan keluaraganya (istri terlalu banyak melahirkan, atau suami banyak punya istri atau anak) tentunya sangat menderita. Pengendalian nafsu seks juga mendapat perhatian dalam kitab suci Veda. Lebih lanjut seorang wanita dituntut untuk percaya kepada suami, dengan kepercayaan itu (patibrata), seorang istri dan keluarga akan memperoleh kebahagiaan (Atharvaveda XIV.1.42).

Lebih jauh keutamaan seorang perempuan atau wanita di dalam kitab suci Veda dinyatakan memiliki sifat Innovatif, cemerlang, mantap, memberi kemakmuran, diharapkan untuk cerdas menjadi sarjana, gagah berani dan dapat memimpin pasukan ke medan pertempuran dan senantisasa percaya diri. (Yajurveda XIV .21, Agveda VIII.33.19, Atharvaveda XX.126.10, Agveda X.86.9, Agveda.X.159.2, Atharvaveda I.27.2, 4; Yajurveda XIII.26, Yajurveda V. 10 dan Atharvaveda XIV .2.14). Dalam pengamatan kami dalam mantra-mantra Veda, tidaklah menemukan diskriminasi antara seorang perempuan dengan laki-laki, anak laki-laki dengan anak perempuan dan sejenisnya.

Di dalam kitab-kitab Puraoa dapat dijumpai nama seorang perempuan ideal, yaitu: Devahuti (ibu dari maharui kapila, seorang tokoh dan pendiri dari filsafat Saykhya Daruana) (Rajendra, 1982: 229). Hal yang sangat menarik, di Bali dapat dijumpai sebuah mantra yang populer disebut dengan nama Smarastava, Panca Kanyam. Mantra ini terdiri dari satu bait mantra yang bisa digunakan dalam upacara kematian, dengan harapan orang yang meninggal tersebut mencapai kebahagiaan di alam baka. Menurut informant pandita Uiva, mantra ini digunakan pada waktu upacara kehamilan (upacara pada saat seorang istri hamil) dan pada saat bayi berumur tiga bulan (Hooykaas, 1971:38). Berikut kami petik mantra Smarastava, Panca Kanya, Sebagai berikut:

"AhalyaDraupadi Sita, Tara Mandodari tatha
Panca-kanyam smaren nityam, Maha-pataka-nauanam".

Terjemahan:

"Seseorang hendaknya bermeditasi kepada 5 perempuan mulia, yaitu: Ahalya, Draupadi, Sita, Tara  dan Mandodari. Mereka yang melakukan hal itu, segala dosanya akan dilenyapkan".

Terhadap mantra di atas, Prof. Dr. C. Hooykaas (1970:38) memberi penjelasan tentang kelima perempuan itu,  sebagai berikut: “Ahalya populer dikenal sebagai istri dari Maharua Gautama, ia melakukan perbuatan serong dengan dewa indra dan kemudian dihukum dengan penguncilan abadi, yang kemudian diselamatkan (dibebaskan) oleh Uri Rama. Draupadi dan Sita adalah masing-masing pahlawan perempuan dalam Mahabharata dan Ramayaoa. Tara adalah istri Bahaspati yang dilahirkan oleh Soma, dan Mandodari tercatat sebagai yang paling favorit dari para istri Ravaoa. Kelima orang perempuan itu di gambarkan secara tradisional sebagai perempuan yang sangat cantik dan menawan. Tokoh-tokoh perempuan ideal tersebut pada umumnya dari kalangan profesi Brahmaoa dan Kauatriya. Demikian antara lain tokoh-tokoh perempuan ideal dalam Veda dan Susastra Hindu lainnya. Disamping tokoh-tokoh ideal di atas, terdapat juga tokoh-tokoh yang tidak patut ditiru, antara lain: Kaikeyu, Surphanaka (Titib, 1998:53) dalam kitab Ramayaoa.

Di dalam sejarah Indonesia dikenal pula tokoh Ratu Simha yang sangat adil menurut prasasti Dinoyo. Pramadhavardhani, salah seorang keturunan Maharaja Sanjaya di Jawa Tengah. Ratu Gayatri dan Tribhuvanatunggadevi, ratu-ratu yang terkenal zaman kerajaan Majapahit. Di Bali dikenal pula ratu Vijayamahadevi dan Guoapriya-Dharmapatni. Berdasarkan informasi tersebut di atas dapat diketahui bahwa menurut Veda, susastra Hindu dan juga sejarah Indonesia, perempuan menduduki tempat yang tertinggi dan bahkan di dalam Veda, perempuan dapat memimpin, pimpinan sidang parlemen, cendekiawan dan bahkan terjun sebagai panglima pereng memimpin pertempuran.


1 Response to "Gender dan Tujuan Berkeluarga di Jaman Kaliyuka Menurut Persepektif Hindu"

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.biz...^_~
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel