Hindu Juga Bertuhan Satu (Makalah)
Om
Swastiastu
Puji
Astungkara kita ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Banyak nikmat yang telah Sang Hyang Widhi
berikan, akan tetapi sedikit yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk
kepada Sang Hyang Widhi Wasa serta anugrah yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul……
Dalam
penyususunannya, penulis memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu kami mengucapkan terima kasih. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagian dan menuntun langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun
kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
bik lagi.
Akhir
kata kami beharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua tanpa terkecuali.
Om
Shanti Shanti Shanti Om
Daftar
Isi
Kata Pengantar....................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB II Pembahasan
2.1 Hindu Juga Bertuhan Satu...............................................................................5
2.2 Hindu Mempunyai Banyak Dewa dan Dewi..................................................6
2.3 Hindu Memuja Patung ...................................................................................11
2.4 Hindu Menghaturkan Canang.........................................................................15
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................17
3.2 Saran ...............................................................................................................17
Daftar Pustaka.......................................................................................................18
Daftar Riwayat Hidup ..........................................................................................19
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Pada dasarnya agama Hindu memilik tiga kerangka
dasar yang menjadi pedoman yang kokoh nan kuat dalam mengarungi kehidupan di
dunia ini. Jika seseorang mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari maka akan
mendapat kebahagiaan yang sejati.
Tiga
kerangka tersebut adalah :
1. Tattwa
(filsafat)
2. Susila
(etika)
3. Yadnya
(pengorbanan suci tulus ikhlas)
Konsep pencarian kebenaran yang hakiki di dalam
Hindu diuraikan dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa dalam agama
Hindu dapat diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan
pendekatan.
Tattwa dalam agama Hindu merupakan dasar atau inti
daripada ajaran agama Hindu. Bagi umatnya Tattwa sebagai pedoman dalam
mejalankan agama Hindu sehari-hari. Tanpa adanya Tattwa sebagai umat Hindu
dalam keHinduannya akan dipertanyakan, karena umat Hindu tidak mengetahui dasar
filsafat agamanya.
Demikianlan Tattwa merupakan dasar yang penting bagi
agama Hindu. Karena Tattwa merupakan inti dari ajaran agama Hindu. Dengan
Tattwalah susila dan upacara yang merupakan dasar agama Hindu dapat terbentuk.
Namun ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.
1.2 Rumusan
Masalah
Masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa
konsep ketuhanan didalam Hindu?
2. Apakah
dewa-dewi didalam Hindu adalah Tuhan?
3. Mengapa
agama Hindu memuja patung yang disebut Padmasana?
4. Apa
yang dimaksud dengan canang?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui
konsep ketuhanan yang ada didalam agama Hindu.
2. Mengetahui
dewa-dewi yang dimaksud didalam agama Hindu.
3. Mengetahui
arti dari padmasana.
4. Mengetahui
arti dari canang.
1.4 Manfaat
Penulisan
Manfaat
penulisan makalah ini adalah agar menambah wawasan khususnya bagi umat Hindu
dalam memahami agamanya. Tidak hanya tahu tentang Tuhan yang ada didalam agama
Hindu, tetapi memahami konsep ketuhanan apa yang agama Hindu pahami. Tidak
hanya tahu Dewa-Dewi apa yag ada didalam agama Hindu, tetapi juga mengerti
siapa Dewa-Dewi tersebut. Tidak hanya tahu Padmasana itu apa, tetapi memahami
makna disetiap simbolnya. Dan tidak hanya tahu apa isi dari canang, tetapi
mengetahui apa maksud dari setiap isi didalam canang tersebut.
Kami
berharap dengan adanya penulisan makalah ini, utnuk generasi Hindu berikutnya
memahami tattwa yang ada disetiap kegiatan atau aplikasi didalam agama Hindu.
Dan tidak hanya mengikuti setiap kegiatan yang ada didalam Hindu.
BAB
II Pembahasan
2.1
Hindu Juga Bertuhan Satu
Kalimat ini merupakan sutau hal yang
membingungkan. Karena kita umat Hindu tahu bahwa Tuhan kita hanya Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, tetapi jika kita dihadapi dengan pertanyaan “Lalu mengapa
yang menciptakan kita sebut Dewa Brahma, yang memelihara kita sebut Dewa Wisnu,
dan yang melebur kita sebut dengan Dewa Siwa?”
Apa yang akan kita jawab dengan
pertanyaan diatas? Semua orang selain agama Hindu mempunyai anggapan bahwa
agama Hindu menganut banyak Tuhan, benarkan demikian?
Dalam kita Weda dijelaskan Tuhan
Yang Mahaesa disebutkan dengan kata Ekam
yang berarti esa, tunggal dan satu. Lebih jelasnya lagi dalam Weda ada satu
kalimat yang menggambarkan tentanng Ekam itu : Ekam Eva Advityam Brahman. Arti kalimat itu adalah : Tuhan hanya
satu, tidak ada yang kedua.(Madrasuta,2010:1)
Ini membuktikan bahwa agama Hindu
hanya bertuhan satu, tidak ada yang kedua ataupun yang ketiga. Jelaslah sudah
pertanyaan umat Hindu selama ini yang beranggapan bahwa agama Hindu mempunyai
banyak Tuhan. Dalam hal ini agama Hindu meganut konsep ketuhanan monoteisme.
Konsep
monoteisme dalam veda terdapat dama
filsafat Adwaita Wedanta (tiada
duanya), yaitu peraya pada Tuhan yang satu. Adwaita
Wedanta menganggap bahwa Tuhan adalah pusat segala kehidupan di alam
semesta dan dalam Hindu, Tuhan disebut Brahman. Brahman merupakan sesuatu yang
tidak berawal dan tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur
alam semesta. Brahman berada dimana-mana diseluruh alam semesta. Brahman hanya
stau, namun tanda kebesarannya diwujudkan dalam banyaknya dewa-dewi. Konsep Ida
sang Hyang Widhi Wasa merupakan bentuk monoteisme asli orang Bali. Tri Murti
yang terdiri dari dewa Brahma, dewa Wisnu, dan dewa Siwa merupakan perwujudan
dari kekuasaan Tuhan Yang Esa.
Konsep monoteisme yang dipahami oleh
agama Hindu adalah bentuk konsep immanent, yang berarti memandang Tuhan berada
diluar sekaligus berada didalam ciptaannya. Dalam agama Hindu yang dimaksud
Tuhan berada didalam ciptaannya adalah atma yang merupakan percikan terkecil
dari Tuhan itu sendiri.
Namun agama Hindu tidak hanya menganut satu konsep. Paham
ketuhanan dalam agama Hindu memang meganut konsep monoteisme akan tetapi, agama
Hindu juga menganut konsep panteisme.
Dalam
Upanisad, konsep panteisme terdapat dalam pandangan bahwa Tuhan tidak memiliki
wujud tertentu maupun tempat tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada
setia ciptaan-Nya dan terdapan dalam benda apapun. Konsep panteisme disebut
dengan istilah Wyapi Wyapaka.
Upanisad
menyebutkan bahwa Tuhan memnuhi alam semesta tanpa wujud tertentu tidak berada
di surga atau di dunia tertinggi melainkan ada pada setiap ciptaan-Nya.
Pada
dasarnya semua agama memiliki satu Tuhan, namun yang membuat Tuhan memiliki
banyak nama merupakan hasil dari pemikiran orang-orang bijaksana. Begitupun
agama Hindu. Dan semua agama pasti mengajarkan pada umatnya hal yang baik,
terkadang manusia itu sendirilah yang salah mengartikan pemahaman tersebut.
2.2
Hindu Mempunyai Banyak Dewa dan Dewi
Pengertian
dewa secara etimologis, oerkataan dewa berasal daro bahasa sanskerta yaitu Dev, yang berarti sinar. Dev juga diartikan sebagai terang,
karena pengertian dewa adalah benda yang terang dan dianggap sebagai kekuatan
alam yang mempunyai person. Di dalam weda, Tuhan Yang Maha Esa dan para dewa
disebut dewata. Kata ini berarti cahaya berkilauan, sinar gemerlapan yang
semuanya ditujukan kepada manivestasi-Nya, juga ditujukan kepada matahari atau
langit, termasuk api, petir atau fajar. Dewa tak ubahnya roh yang
berkepribadian maka mereka berfungsi dan berperan member sinar, petunjuk,
nasehat, perlindungan kepada manusia dalam bidang kehidupan sesuai dengan tugas
masing-masing.
Arti
dan pengertian dewa menurut konsepsi itu adalah sesuai dengan pemujaan dan
penyembahan yang dilakukan terhadap sesuatu yang dianggap sebagai Dewata atau
Tuhan dalam rangka memperoleh manfaat, keuntungan, dan perlindungan dari
mereka. Filsafat Adwaita (tidak ada duanya) menyatakan bahwa tidak ada yang
setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan
umatnya. Kedudukan dewa mungkin seperti malaikat dalam Islam. Menurut agama
Hindu, Tuhan adalah Esa (Eka) Maha Kuasa dan Maha Ada, dan menjadi sumber dari
segala yang ada dan tiada kepercayaan atas kesatuan ini dapat dilihat dari
rumusan-rumusan mantra yang terdapat dalam kitab Reg Weda.
Dalam
Tattwa dewa dewi dengan berbagai atribut dan senjata yang digunakan memiliki
arti dan fungsi tersendiri. Orang-orang bijaksana tidak brgitu saja
menggambarkan dewa dewi itu seperti apa, tetapi berdasarkan Tattwa yang ada.
Dalam makalah ini salah satu dewa yang akan diuraikan adalah dewa Siwa dan salah satu dewi yaitu dewi Saraswati.
2.2.1. Siwa
Siwa
digambarkan berwarna putih salju yang benar – benar selaras dengan tempat
kediamannya, yaitu Himalaya. Putih
yang menyatakan sinar yang mengusir kegelapan, yang artinya pengetahuan yang
melenyapkan kebodohan.
1. Lambang
mata dari Siwa
Tiga
mata yang ada pada lambang Siwa menyatakan
matahari, bulan dan api, tiga sumber sinar ini, kehidupan dan panas, mata ketiga juga dapat menyatakan mata
pengetahuan dan kebijaksanaan, dari kemahatahuannya.
2. Lambang
harimau
Harimau
merupakan binatang buas yang kejam dan menakutkan terhadap korbannya yang
takberdaya, keinginan yang mempengaruhi umat manusia tanpa selalu di puaskan
dapat di bandingkan dengan seekor harimau, bahwa Siwa telah membunuh harimau dan mengunakan kulitnya sebagai
pakaiannya menunjukan penguasaanya yang sempurna terhadap keinginan ini.
3. Lambang
gajah
Gajah
sebagai binatang yang sangat kuat dan dengan mengunakan kulitnya sebagai
pakaiannya menandakan bahwa Siwa
telah sepenuhnya menundukan segala kecenderungan hewani.
4. Rangkain
tengkorak dan abu
Abu
pembakaran mayat yang dilumuri di tubuh Siwa
ini bermakna Siwa sebagai penguasa
pemusnahan, sedangkan tengkorak itu bermakna revolusi jaman dan penampakan
serta pelenyapan berturut – turut dari ras manusia.
5. Lambang
air gangga
Sungai
ganga juga bermakna jnana atau
pengetahuan , karna sungai ganga sangat di puji sebagai pemurni utama,
yang berlangsung tanpa mengatakan dialah yang di puja, merupakan personifikasi
dari daya pemurni atau penebus dosa.
6. Lambang
bulan sabit
Menyatakan
bahwa waktu, karena ukurannya waktu seperti hari atau bulan dengan menggunakannya
sebagai mahkota, Siwa menunjukan
kepada kita bahwa waktu yang mahakuasa hanyalah perhiasan bagi siva.
7. Lambang
ular kobra
Menyatakan
bahwa dia adalah Mrtyunjaya, penakluk kematiaan, ular – ular melingkar juga
dapat menyatakan bahwa siklus waktu pada masa makrokosmos dan energi dasar yang
sama dengan energi sexsual dari mahluk
hidup dari mikrokosmos, dengan demikian Siwa
merupakan penguasa waktu dan energi.
8. Tangan
Siwa
Secara
ikonografi, Siwa mungkin digambarkan
dengan dua, tiga, empat, delapan atau bahkan tiga puluh dua lengan. Beberapa
jenis benda yang tampak ditangannya adalah : Trisula, Cakra, Parasu (kapak perang), Damaru (kendang kecil), Aksamala (tasbih), Mrga ( menjangan), Pasa
(jerat), Danda (tongkat), Pinaka atau Ajagava (busur), Khatvanga
(tongkat wasiat), Pasupata (tombak), Padma (kembang teratai), Kapala (tengkorak kepala), Darpana (cermin), Khadga (pedang) dan lain sebagainya.
Trisula,
menyatakan Siwa sebagai penguasa
utama. Secara filosofi trisula dapat
dikatakan Triguna atau tiga proses
penciptaan, pemeliharaan dan penyerapan. Karena itu Siwa pembawa trisula
merupakan penguasa Guna dan dari
padanya berawal proses kosmis ini.
Aksamala
(tasbih) menunjukan bahwa ia merupakan penguasa ilmu pengetahuan spiritual. Khatvanga (tongkat wasiat dengan sebuah
tengkorak kepala diujungnya) menunjukan bahwa ia juga merupakan orang yang
mahir dalam pengetahuan sihir atau okultis. Kapala
(mangkuk tengkorak kepala) yang dipakai wadah darah yang diminumnya, merupakan lambang
lain yang menunjukan daya pemusnah segalanya. Darpana (cermin) menyatakan bahwa segenap ciptaannya hanyalah
pantulan dari wujud kosmisnya.
9. Siwalingga
Nama Siwa berarti menguntungkan dan Lingga
berarti tanda atau lambang. Siwalingga hanyalah lambing dari keagungan Tuhan
alam Semesta (Mahadewa) yang Maha Pengasih.
Saraswati adalah Sakti, daya atau
pendamping Brahma sang pencipta. Saraswati berarti ‘dia yang mengalir’.
Dilukiskan sebagai berwarna putih murni. Karena Saraswati merupakan pernyataan
dari segala ilmu pengetahuan, seni, kerajinan dan keterampilan, juga luar biasa
indah dan pemurah. Mengenakan pakaian yang berwarna putih dan duduk disekuntum
bungan padma.
1. Berlengan
empat
Pada
keempat lengannya memegang Vina
(kecapi) sekedar ilmu pengetahuan tanpa adanya hati yang diperlunak oleh perasaan, emosi dan
nurani maka ilmu pengetahuan akan begitu saja. Maka diperlukannya kesenian
untuk memperindah ilm pengetahuan tersebut digambarkan dengan Vina. Aksamala (tasbih) yang tergenggam ditangan kanan melambangkan
seluruh ilmu pengetahuan spiritual atau Yoga termasuk tapas, meditasi dan japa,
juga bisa melambangkan ilmu pengetahuan yang tidak terputus. Dan Pustaka (buku) menyatakan seluruh bidang
ilmu pengetahuan sekuler.
2. Burung
merak
Burung
dengan warna bulunya yang indah menandakan dunia ini dalam segala kemuliaannya.
3. Burung
angsa
Burung
angsa memiliki kemampuan khusus untuk memisahkan lumpur dan makanannya.
Kemampuan tersebut menyatakan Viveka
(kebijaksanaan, kemampuan pembeda) sehingga melambangkan Vidya (pengetahuan). Walaupun benar Vidya atau Paravidya
(pencerahan spiritual) sajalah yang dapat member kita Moksa (kebebasan), Avidya
yang menyatakan pengetahuan sekuler-ilmu pengetahuan dan seni duniawi- tak
perlu dan jangan diabaikan.
Tuhan
dalam hubungannya dengan kehidupan manusia dapat kiranya diumpamakan seperti
matahari. Matahari tidak pernah langsung menyentuh kehidupan yang ada di bumi
ini, tetapi tanpa matahari tidak akan ada kehidupan di bumi ini.
Tumbuh-tumbuhan tidak akan tumbuh kalau dia ditanam di tanah dan di air saja.
Tanpa kena sinar matahari tumbuh-tumbuhan tidak akan dapat hidup dan tumbuh.
Tumbuh-tumbuhan sumber makanan hewan, tumbuh-tumbuhan dan hewan sumber makanan
manusia. Jadi yang langsung memberikan kehidupan pada tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan manusia adalah sinar matahari yang langsung menyentuh permukaan bumi.
Demikianlah
Tuhan bermanifestasi dalam kehidupan di dunia ini menjumpai manusia dan makhluk
hidup lainnya. Manifestasi Tuhan dalam mewujudkan kemahakuasaannya inilah yang
disebut dewa-dewi.
2.3
Hindu Memuja Patung
Dalam
agama Hindu patung merupakan sarana atau wujud simbolis sebagai pemusatan agar
dapat mencapai kosentrasi sebagai penghubung kita kepada Tuhan. Simbol yang digambarkan
tidak begitu saja disimbolkan demikian. Tetapi melalu proses, perundingan, dan
berdasarkan Tattwa yang bersangkutan.
Purusa Pakerti
atau Purusa Pradana merupakan konsep
universal yang diyakini oleh semua agama ataupun kepervayaan yang diyakini
manusia. Aspek Purusa dan Pradana ada disetiaap ciptaanNya antara skala dan niskala, unsur kejiwaan dan kebendaan, diang dan malam, laki dan
perempuan, dan seterusnya. (Parbasana,2005:10)
Bangunan
suci yang berstatus Purusa diwujudkan
sebagai bangunan utama (Setinggil),
dalam wujud bangunan Meru, Padmasana, Lingga atau Patung berwujud dewa.
Sedangkan bangunan suci yang berstatur Pradana
diwujudkan dalam bentuk Pura pemujaan Ibu, Gedong Ibu, Yoni, perwujudan arca
dewi,dan lain-lain
Padmasana memiliki funsi khusus
sebagai sthana ide Sang Hyang Widhi Wasa sebagai wujud simbolis alam semesta
untuk memuja kehadapanNya. Bangunan suci Padmasana memiliki aspek-aspek
simbolis ketuhanan yang universal. Padma yang artinya bunga teratai yang
disebut Padma Asta Dala yaitu bunga teratai dengan kelopak daun yang berjumlah
delapan yang menunjukan delapan arah mata angin sebagai lambang alam semesta
dan juga sebagai simbol delapan kekuatan sakti Tuhan. Sana (asana) artinya
duduk. Jadi Padma Sana adalah lambang alam semesta tempat berstananya Tuhan.
Padmasana memiliki maknsa simbolis pemutaran Gunung Mandara Giri untuk mengaduk air segara susu (Kesirarnawa yang menghasilkan Tirtha Amerta Sanjiwani). Beberapa tokoh
yang berperan dalam proses pemutaran Gunung
Mandara Giri diwujudkan pada bagian-bagian bangunan Padmasanan seperti
Bedawang Nala, Naga Basuki, Burung Garuda sebagai wahana Batara Wisnu. Secara keseluruhan bentuk
bangunan Padmasana merupakan simbol alam semesta. Alam semseta dibentuk oleh
unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu dan Akasa.
a. Simbol-simbol
dalam Padmasana
1. Bedawang
Nala
Terletak di bagian bawah Padmasana. Sebagai simbol
dasar bumi yaitu Magma (teja).
Badawang asal katanya dari Bade-awang yang artinya menjulang tinggu, Nala
artinya api. Jadi Magma itu adalah api besar yang menyala berkobar-kobar.
Badawang Nala oleh dua ekor ular Naga Basuki dan Andantha Boga.
2. Naga
Basuki dan Anantha Boga
Melillit Bedawang Nala. Naga Basuki adalah simbol
air (apah) yaitu air laut, danau, dan
sungai. Anantha Boga adalah simbol bebatuan dan tanah (pertiwi) tempat lahirnya semua makhluk dan sumber tumbuh
mengalirnya makanan yang membungkus Magma.
3. Burung
Garuda
Terdapat dibagian atas
belakang Padmasana. Burung garuda merupakan simbol udara (bayu).
4. Naga
Tatsaka
Menghiasi siangsana yang terdapat di
Padmasana. Sebagai simbol atmosfir di alam terbuka (akasa).
Jadi
Padmasana adalah simbol alam semesta sebagai wujud Tuhan Yang Nyata (skala) sedangkan Tuhan yang tidak nyata
(niskala) berstana pada singgasana Padmasana.
Maka bagian atas Padmasana terdapat kursi sebagai tempat Tuhan berstana dan
dipuja.
Fungsi utama dari bangunan Padmasana yang berada di Pura
Khayangan TIga khususnya
di Pura Puseh adalah sebagai tempat pemujaan Sang Hyang
Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha Esa. Menurut lontar Catur Wariga Winasasari, ada bermacam-macam Padmasana
yang berbeda-beda fungsinya, menurut tempatnya.
- Timur laut adalah linggih Sanghyang Siwa Raditya,
- Timur adalah linggih Sanghyang Iswara,
- Selatan adalah linggih Sanghyang Brahma,
- Utara adalah linggih Sanghyang Wisnu,
- Di tengah-tengah berupa Padma
kurung memakai tiga ruangan (rong telu), dipuncaknya sebagai linggih
Sanghyang Samodaya.
Semua
padmasana ini memakai dasar Bedawang Nala yang dililit oleh naga (Cudamani,
1998 : 44).
b. Jenis - Jenis Padmasana :
- Padmasari, bangunan ini bentuknya
menyerupai padmasana, akan tetapi tidak menggunakan dasar
Bedawang Nala yang dililit naga dan padmasari ini berfungsi sebagai tempat
/ linggih dewa pitara untuk sementara dalam arti tidak permanen yang
memiliki bentuk yang lebih sederhana.
- Padma
Capah,
bangunan ini mirip dengan padmasari, akan tetapi bentuk dan ukurannya
sangat sederhana, lebih kecil dan rendah. Adapun yang disthanakan di
tempat tersebut adalah spirit (roh)
yang mempunyai status lebih rendah dari pemiliknya (Ibid, 1998 : 48).
Disebutkan pula bahwa padamasana yang menggunakan
Bedawang Nala, sebagaimana yang disebutkan dalam pengertian Padmasana dan
aturan pembuatan Padmasana secara detail, oleh Hindu Bali.
- Pelinggih Padma Anglayang yang memakai dasar Bedawang
Nala, bertingkat tujuh dan di puncaknya ada tiga ruang. Digunakan selain
sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa
Raditya atau Sanghyang Tripurusa,
juga sebagai niyasa stana Trimurti
.
- Pelinggih Padma Agung yang memakai dasar Bedawang
Nala, bertingkat lima dan di puncaknya ada dua ruang. Digunakan selain
sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa
Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa
Ardanareswari yaitu kekuatan/ kesaktian Hyang Widhi sebagi pencipta
segala yang berbeda misalnya: lelaki-perempuan, siang-malam, kiri (pengiwa) – kanan (penengen), dan seterusnya.
- Pelinggih Padmasana yang memakaiBedawang Nala, bertingkat lima dan di puncaknya ada satu ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa Sanghyang Tunggal yaitu Hyang Widhi Yang Maha Esa
2.4
Hindu menghaturkan canang
Canang merupakan sarana
yang penting dalam setiap persembahyangan. Karena ini merupakan sarana upakara
yang akan dipakai untuk persembahyangan kepada Tuhan atau Bhatara Bhatari. Kata
canang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang pada mulanya berarti sirih untuk
disuguhkan kepada tamu yang amat dihormati. Pada jaman dahulu tradisi makan
sirih adalah tradisi yang amat dihormati. Bahkan di dalam kekawin Nitisara
disebut masepi tikang waktra tan amucang
wang artinya : sepi rasanya mulut kita tiada makan sirih.
Setelah agama Hindu berkembang di
Bali, sirih itu pun menjadi unsure penting dalam upacara agama dan kegiatan
adat lainnya. Mengapa salah satu bentuk banten disebut canang? Karena inti
daripada setiap canang adalah sirih itu sendiri. Betapun indahnya canang kalau
canang tersebut belum dilengkapi dengan porosan
yang bahan pokoknya berupa sirih, maka canang tersebut belum disebut canang
yang bernilai keagamaan.
Unsur utama dalam canang adalah porosan. Porosan terdiri dari pinang dan kapur yang dibungkus dengan sirih.
Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan : pinang, sirih, dan kapur merupakan
lambang pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Sang
Hyang Tri Murti.
·
Pinang :
merupakan lambang pemujaan kepada dewa Brahma.
·
Sirih :
merupakan lambang pemujaan kepada dewa Wisnu.
·
Kapur :
merupakan lambang pemujaan kepada dewa SIwa.
Ketiga
manifestasi inilah yang amat terkait dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Manusia tidak mungkin mampu menjangkau kemahakuasaan Tuhan yang tidak terbatas
itu.
Inilah
arti dan makna porosan untuk memohon
tuntunan dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.dalam manifestasinya sebagai Tri
Murti, agar dapat menciptakan, memelihara, dan meniadakan yang patut diciptakan,
dipelihara, dan ditiadakan, untuk mendapatkan hidup yang layak dan semakin
baik.
Unsur
lain dari canang adalah plawa, yaitu
daun-daunan. Telah disebutkan dalam lontar Yadnya Prakerti bahwa plawa lambang tumbuhnya pikiran yang
hening dan suci. Jadi dalam memuja Tuhan, alam manifestasinya sebagai Sang
Hyang Tri Murti, harus dengan usaha untuk menumbuhkan pikiran yang suci dan
hening. Karena pikiran yang tumbuh menuju kesucian dan keheningan itulah yang
akan dapat menangkal pengaruh-pengaruh buruk, dari nafsu duniawi.
Unsur
pokok dari canang yang ketiga adalah bunga, yang merupakan lambang keikhlasan.
Memuja Tuhan tidak boleh ragu-ragu, harus didasarkan pada keikhlasan yang
benar-benar tulus datang dari lubuk hati yang terdalam dan tersuci. Disamping
itu keikhlasan merupakan kebutuhan dari pertumbuhan jiwa yang sehat. Dalam
hidup ini kita harus mampu mengikhlaskan diri dari berbagai ikatan duniawi.
Apapun yang mengikat diri kita di dunia ini harus kita ikhlaskan. Sebab cepat
ataupun lambat dunia ini pun akan kita tinggalkan. Karena tidak ada yang kekal
di dunia ini
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan sebelumnya agama Hindu sama dengan agama lainnya yang mempunyai satu
Tuhan atau yang disebut konsep monoteisme. Namun konsep monoteisme yang
dipahami agama Hindu bukan konsep monoteisme yang monoton, melainkan konsep
monoteisme immanent . konsep monoteisme
immanent memandang
Tuhan berada diluar sekaligus berada didalam ciptaannya. Dalam agama Hindu yang
dimaksud Tuhan berada didalam ciptaannya adalah atma yang merupakan percikan
terkecil dari Tuhan itu sendiri.
Agama Hindu tidak hanya menganut
satu konsep saja, tetapi juga menganut konsep panteisme terdapat dalam
pandangan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tertentu,
melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setia ciptaan-Nya dan terdapan dalam
benda apapun. Konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka.
Konsep-konsep yang dipahami agama
Hindu diaplikasikan dikehidupan sehari-hari. Dari satu keterangan keterangan
tersebut kemudian dikembangkan lagi. Maka agama Hindu membuat Padmasana dan
mempersembahkan canang sebagai perwujudan dari Tuhan itu sendiri.
3.2
Saran
Saran yang dapat kami tulis dalam
makalah ini adalah umat Hindu sebaiknya lebih mendalami Tattwa yang merupakan
dasar dari susila dan upacara. Pada umumnya umat Hindu lebih mementingkan atau
mengedepankan upacara tanpa tahu makna dari upacara tersebut. Padahal makna
dari setiap upacara maupun perbuatan telah lengkap dibahas dalam Tattwa.
Daftar
Pustaka
Wiana Ketut.1992. Sembahyang Menurut Hindu. Denpasar : Dharma Narada.
Madrasuta Ngakan Made.2011.Hindu Menjawab.Jakarta : Media Hindu.
Maswinara I Wayan.2000.Dewa-Dewi Hindu.Surabaya : Paramita.
Madrasuta Ngakan Made.2010.Tuhan Agama dan Negara.Jakarta : Media Hindu.
10-12-2014 18.48 WIB
http://delti.wordpress.com/2009/06/05/agama-tatwasusilaupacara/
http://arik90.blogspot.com/2009/06/tattwa.html
https://bimashindusulteng.wordpress.com/2011/05/12/implementasi-ajaran-tat-twam-asi-dalam-kehidupan-sehari-hari/
Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Lengkap : Ni Wayan Hana Pertiwi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Febuari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Status : Belum
menikah
Telepon : 085921205638
Riwayat Pendidikan
A. Formal
1.
(2008) Lulus SDS Sekar Adi Cibinong-Jawa
Barat
2.
(2011) Lulus SMPN 1 Depo-Jawa Barat
3.
(2014) Lulus SMAN 5 Depok-Jawa Barat
Daftar
Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Lengkap : Gusti Ketut Arya
Tempat, Tanggal Lahir : Bali Sadhar, 09 Juni 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Status : Belum
Menikah
Telepon :
085783733760
Email :
gustinarucigho@gmail.com
Riwayat Pendidikan
A. Formal
1.
(2006) Lulus SDN 1 Bali Sadhar-Bali
2.
(2009) Lulus SMPN 2 Banjit-Bali
3.
(2012) Lulus SMKN 1 Banjit-Bali
Daftar
Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Lengkap : Heru
Priyoko
Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 05 Oktober
1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Status : Belum nikah
Telepon : 087756677521
RIwayat Pendidikan
A. Formal
1.
(2007) Lulus SDN Ngadirenggo 05-Blitar
2.
(2010) Lulus SMPN 03 Doko-Blitar
3.
(2013) Lulus SMK PGRI Wlingi-Blitar
0 Response to "Hindu Juga Bertuhan Satu (Makalah)"
Post a Comment