Hindu Juga Bertuhan Satu (Makalah)

Hindu Of Indonesia

Kata Pengantar
Om Swastiastu
Puji Astungkara kita ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.  Banyak nikmat yang telah Sang Hyang Widhi berikan, akan tetapi sedikit yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk kepada Sang Hyang Widhi Wasa serta anugrah yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul……
Dalam  penyususunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Karena itu kami mengucapkan terima kasih. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semua ini bisa memberikan sedikit kebahagian dan menuntun langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu  ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih bik lagi.
Akhir kata kami beharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua tanpa terkecuali.

Om Shanti Shanti Shanti Om






Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB II Pembahasan
2.1 Hindu Juga Bertuhan Satu...............................................................................5
2.2 Hindu Mempunyai Banyak Dewa dan Dewi..................................................6
2.3 Hindu Memuja Patung ...................................................................................11
2.4 Hindu Menghaturkan Canang.........................................................................15
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................17
3.2 Saran ...............................................................................................................17
Daftar Pustaka.......................................................................................................18
Daftar Riwayat Hidup ..........................................................................................19






BAB I Pendahuluan
1.1       Latar Belakang
Pada dasarnya agama Hindu memilik tiga kerangka dasar yang menjadi pedoman yang kokoh nan kuat dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Jika seseorang mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari maka akan mendapat kebahagiaan yang sejati.
Tiga kerangka tersebut adalah :
1.      Tattwa (filsafat)
2.      Susila (etika)
3.      Yadnya (pengorbanan suci tulus ikhlas)
Konsep pencarian kebenaran yang hakiki di dalam Hindu diuraikan dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa dalam agama Hindu dapat diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui beberapa cara dan pendekatan.
Tattwa dalam agama Hindu merupakan dasar atau inti daripada ajaran agama Hindu. Bagi umatnya Tattwa sebagai pedoman dalam mejalankan agama Hindu sehari-hari. Tanpa adanya Tattwa sebagai umat Hindu dalam keHinduannya akan dipertanyakan, karena umat Hindu tidak mengetahui dasar filsafat agamanya.
Demikianlan Tattwa merupakan dasar yang penting bagi agama Hindu. Karena Tattwa merupakan inti dari ajaran agama Hindu. Dengan Tattwalah susila dan upacara yang merupakan dasar agama Hindu dapat terbentuk. Namun ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
1.2       Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Apa konsep ketuhanan didalam Hindu?
2.      Apakah dewa-dewi didalam Hindu adalah Tuhan?
3.      Mengapa agama Hindu memuja patung yang disebut Padmasana?
4.      Apa yang dimaksud dengan canang?

1.3       Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui konsep ketuhanan yang ada didalam agama Hindu.
2.      Mengetahui dewa-dewi yang dimaksud didalam agama Hindu.
3.      Mengetahui arti dari padmasana.
4.      Mengetahui arti dari canang.

1.4       Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah agar menambah wawasan khususnya bagi umat Hindu dalam memahami agamanya. Tidak hanya tahu tentang Tuhan yang ada didalam agama Hindu, tetapi memahami konsep ketuhanan apa yang agama Hindu pahami. Tidak hanya tahu Dewa-Dewi apa yag ada didalam agama Hindu, tetapi juga mengerti siapa Dewa-Dewi tersebut. Tidak hanya tahu Padmasana itu apa, tetapi memahami makna disetiap simbolnya. Dan tidak hanya tahu apa isi dari canang, tetapi mengetahui apa maksud dari setiap isi didalam canang tersebut.
Kami berharap dengan adanya penulisan makalah ini, utnuk generasi Hindu berikutnya memahami tattwa yang ada disetiap kegiatan atau aplikasi didalam agama Hindu. Dan tidak hanya mengikuti setiap kegiatan yang ada didalam Hindu.



BAB II Pembahasan
2.1 Hindu Juga Bertuhan Satu
            Kalimat ini merupakan sutau hal yang membingungkan. Karena kita umat Hindu tahu bahwa Tuhan kita hanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tetapi jika kita dihadapi dengan pertanyaan “Lalu mengapa yang menciptakan kita sebut Dewa Brahma, yang memelihara kita sebut Dewa Wisnu, dan yang melebur kita sebut dengan Dewa Siwa?”
            Apa yang akan kita jawab dengan pertanyaan diatas? Semua orang selain agama Hindu mempunyai anggapan bahwa agama Hindu menganut banyak Tuhan, benarkan demikian?
            Dalam kita Weda dijelaskan Tuhan Yang Mahaesa disebutkan dengan kata Ekam yang berarti esa, tunggal dan satu. Lebih jelasnya lagi dalam Weda ada satu kalimat yang menggambarkan tentanng Ekam itu : Ekam Eva Advityam Brahman. Arti kalimat itu adalah : Tuhan hanya satu, tidak ada yang kedua.(Madrasuta,2010:1)
            Ini membuktikan bahwa agama Hindu hanya bertuhan satu, tidak ada yang kedua ataupun yang ketiga. Jelaslah sudah pertanyaan umat Hindu selama ini yang beranggapan bahwa agama Hindu mempunyai banyak Tuhan. Dalam hal ini agama Hindu meganut konsep ketuhanan monoteisme.
Konsep monoteisme dalam veda terdapat dama filsafat Adwaita Wedanta (tiada duanya), yaitu peraya pada Tuhan yang satu. Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan adalah pusat segala kehidupan di alam semesta dan dalam Hindu, Tuhan disebut Brahman. Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal dan tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada dimana-mana diseluruh alam semesta. Brahman hanya stau, namun tanda kebesarannya diwujudkan dalam banyaknya dewa-dewi. Konsep Ida sang Hyang Widhi Wasa merupakan bentuk monoteisme asli orang Bali. Tri Murti yang terdiri dari dewa Brahma, dewa Wisnu, dan dewa Siwa merupakan perwujudan dari kekuasaan Tuhan Yang Esa.
Konsep monoteisme yang dipahami oleh agama Hindu adalah bentuk konsep immanent, yang berarti memandang Tuhan berada diluar sekaligus berada didalam ciptaannya. Dalam agama Hindu yang dimaksud Tuhan berada didalam ciptaannya adalah atma yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan itu sendiri.
            Namun agama Hindu tidak hanya menganut satu konsep. Paham ketuhanan dalam agama Hindu memang meganut konsep monoteisme akan tetapi, agama Hindu juga menganut konsep panteisme.
            Dalam Upanisad, konsep panteisme terdapat dalam pandangan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setia ciptaan-Nya dan terdapan dalam benda apapun. Konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka.
            Upanisad menyebutkan bahwa Tuhan memnuhi alam semesta tanpa wujud tertentu tidak berada di surga atau di dunia tertinggi melainkan ada pada setiap ciptaan-Nya.
            Pada dasarnya semua agama memiliki satu Tuhan, namun yang membuat Tuhan memiliki banyak nama merupakan hasil dari pemikiran orang-orang bijaksana. Begitupun agama Hindu. Dan semua agama pasti mengajarkan pada umatnya hal yang baik, terkadang manusia itu sendirilah yang salah mengartikan pemahaman tersebut.
2.2 Hindu Mempunyai Banyak Dewa dan Dewi
            Pengertian dewa secara etimologis, oerkataan dewa berasal daro bahasa sanskerta yaitu Dev, yang berarti sinar. Dev juga diartikan sebagai terang, karena pengertian dewa adalah benda yang terang dan dianggap sebagai kekuatan alam yang mempunyai person. Di dalam weda, Tuhan Yang Maha Esa dan para dewa disebut dewata. Kata ini berarti cahaya berkilauan, sinar gemerlapan yang semuanya ditujukan kepada manivestasi-Nya, juga ditujukan kepada matahari atau langit, termasuk api, petir atau fajar. Dewa tak ubahnya roh yang berkepribadian maka mereka berfungsi dan berperan member sinar, petunjuk, nasehat, perlindungan kepada manusia dalam bidang kehidupan sesuai dengan tugas masing-masing.
            Arti dan pengertian dewa menurut konsepsi itu adalah sesuai dengan pemujaan dan penyembahan yang dilakukan terhadap sesuatu yang dianggap sebagai Dewata atau Tuhan dalam rangka memperoleh manfaat, keuntungan, dan perlindungan dari mereka. Filsafat Adwaita (tidak ada duanya) menyatakan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah perantara antara beliau dengan umatnya. Kedudukan dewa mungkin seperti malaikat dalam Islam. Menurut agama Hindu, Tuhan adalah Esa (Eka) Maha Kuasa dan Maha Ada, dan menjadi sumber dari segala yang ada dan tiada kepercayaan atas kesatuan ini dapat dilihat dari rumusan-rumusan mantra yang terdapat dalam kitab Reg Weda.
            Dalam Tattwa dewa dewi dengan berbagai atribut dan senjata yang digunakan memiliki arti dan fungsi tersendiri. Orang-orang bijaksana tidak brgitu saja menggambarkan dewa dewi itu seperti apa, tetapi berdasarkan Tattwa yang ada. Dalam makalah ini salah satu dewa yang akan diuraikan adalah dewa Siwa dan salah satu dewi yaitu dewi Saraswati.
2.2.1.   Siwa
Siwa digambarkan berwarna putih salju yang benar – benar selaras dengan tempat kediamannya, yaitu Himalaya. Putih yang menyatakan sinar yang mengusir kegelapan, yang artinya pengetahuan yang melenyapkan kebodohan.

1.      Lambang mata dari Siwa
Tiga mata yang ada pada lambang Siwa menyatakan matahari, bulan dan api, tiga sumber sinar ini, kehidupan dan panas,  mata ketiga juga dapat menyatakan mata pengetahuan dan kebijaksanaan, dari kemahatahuannya.
2.      Lambang harimau
Harimau merupakan binatang buas yang kejam dan menakutkan terhadap korbannya yang takberdaya, keinginan yang mempengaruhi umat manusia tanpa selalu di puaskan dapat di bandingkan dengan seekor harimau, bahwa Siwa telah membunuh harimau dan mengunakan kulitnya sebagai pakaiannya menunjukan penguasaanya yang sempurna terhadap keinginan ini.
3.      Lambang gajah
Gajah sebagai binatang yang sangat kuat dan dengan mengunakan kulitnya sebagai pakaiannya menandakan bahwa Siwa telah sepenuhnya menundukan segala kecenderungan hewani.
4.      Rangkain tengkorak dan abu
Abu pembakaran mayat yang dilumuri di tubuh Siwa ini bermakna Siwa sebagai penguasa pemusnahan, sedangkan tengkorak itu bermakna revolusi jaman dan penampakan serta pelenyapan berturut – turut dari ras manusia.
5.      Lambang air gangga
Sungai ganga juga bermakna jnana atau  pengetahuan , karna sungai ganga sangat di puji sebagai pemurni utama, yang berlangsung tanpa mengatakan dialah yang di puja, merupakan personifikasi dari daya pemurni atau penebus dosa.
6.      Lambang bulan sabit
Menyatakan bahwa waktu, karena ukurannya waktu seperti hari atau bulan dengan menggunakannya sebagai mahkota, Siwa menunjukan kepada kita bahwa waktu yang mahakuasa hanyalah perhiasan bagi siva.
7.      Lambang ular kobra
Menyatakan bahwa dia adalah Mrtyunjaya, penakluk kematiaan, ular – ular melingkar juga dapat menyatakan bahwa siklus waktu pada masa makrokosmos dan energi dasar yang sama dengan energi sexsual  dari mahluk hidup dari mikrokosmos, dengan demikian Siwa merupakan penguasa waktu dan energi.
8.      Tangan Siwa
Secara ikonografi, Siwa mungkin digambarkan dengan dua, tiga, empat, delapan atau bahkan tiga puluh dua lengan. Beberapa jenis benda yang tampak ditangannya adalah : Trisula, Cakra, Parasu (kapak perang), Damaru (kendang kecil), Aksamala (tasbih), Mrga ( menjangan), Pasa (jerat), Danda (tongkat), Pinaka atau Ajagava (busur), Khatvanga (tongkat wasiat), Pasupata (tombak), Padma (kembang teratai), Kapala (tengkorak kepala), Darpana (cermin), Khadga (pedang) dan lain sebagainya.
Trisula, menyatakan Siwa sebagai penguasa utama. Secara filosofi trisula dapat dikatakan Triguna atau tiga proses penciptaan, pemeliharaan dan penyerapan. Karena itu Siwa pembawa trisula merupakan penguasa Guna dan dari padanya berawal proses kosmis ini.
Aksamala (tasbih) menunjukan bahwa ia merupakan penguasa ilmu pengetahuan spiritual. Khatvanga (tongkat wasiat dengan sebuah tengkorak kepala diujungnya) menunjukan bahwa ia juga merupakan orang yang mahir dalam pengetahuan sihir atau okultis. Kapala (mangkuk tengkorak kepala) yang dipakai wadah darah yang diminumnya, merupakan lambang lain yang menunjukan daya pemusnah segalanya. Darpana (cermin) menyatakan bahwa segenap ciptaannya hanyalah pantulan dari wujud kosmisnya.
9.      Siwalingga
            Nama Siwa berarti menguntungkan dan Lingga berarti tanda atau lambang. Siwalingga hanyalah lambing dari keagungan Tuhan alam Semesta (Mahadewa) yang Maha Pengasih.
2.2.2    Saraswati
            Saraswati adalah Sakti, daya atau pendamping Brahma sang pencipta. Saraswati berarti ‘dia yang mengalir’. Dilukiskan sebagai berwarna putih murni. Karena Saraswati merupakan pernyataan dari segala ilmu pengetahuan, seni, kerajinan dan keterampilan, juga luar biasa indah dan pemurah. Mengenakan pakaian yang berwarna putih dan duduk disekuntum bungan padma.
1.      Berlengan empat
Pada keempat lengannya memegang Vina (kecapi) sekedar ilmu pengetahuan tanpa adanya hati  yang diperlunak oleh perasaan, emosi dan nurani maka ilmu pengetahuan akan begitu saja. Maka diperlukannya kesenian untuk memperindah ilm pengetahuan tersebut digambarkan dengan Vina. Aksamala (tasbih) yang tergenggam ditangan kanan melambangkan seluruh ilmu pengetahuan spiritual atau Yoga termasuk tapas, meditasi dan japa, juga bisa melambangkan ilmu pengetahuan yang tidak terputus. Dan Pustaka (buku) menyatakan seluruh bidang ilmu pengetahuan sekuler.
2.      Burung merak
Burung dengan warna bulunya yang indah menandakan dunia ini dalam segala kemuliaannya.
3.      Burung angsa
Burung angsa memiliki kemampuan khusus untuk memisahkan lumpur dan makanannya. Kemampuan tersebut menyatakan Viveka (kebijaksanaan, kemampuan pembeda) sehingga melambangkan Vidya (pengetahuan). Walaupun benar Vidya atau Paravidya (pencerahan spiritual) sajalah yang dapat member kita Moksa (kebebasan), Avidya yang menyatakan pengetahuan sekuler-ilmu pengetahuan dan seni duniawi- tak perlu dan jangan diabaikan.
Tuhan dalam hubungannya dengan kehidupan manusia dapat kiranya diumpamakan seperti matahari. Matahari tidak pernah langsung menyentuh kehidupan yang ada di bumi ini, tetapi tanpa matahari tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Tumbuh-tumbuhan tidak akan tumbuh kalau dia ditanam di tanah dan di air saja. Tanpa kena sinar matahari tumbuh-tumbuhan tidak akan dapat hidup dan tumbuh. Tumbuh-tumbuhan sumber makanan hewan, tumbuh-tumbuhan dan hewan sumber makanan manusia. Jadi yang langsung memberikan kehidupan pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia adalah sinar matahari yang langsung menyentuh permukaan bumi.
Demikianlah Tuhan bermanifestasi dalam kehidupan di dunia ini menjumpai manusia dan makhluk hidup lainnya. Manifestasi Tuhan dalam mewujudkan kemahakuasaannya inilah yang disebut dewa-dewi.
2.3 Hindu Memuja Patung
Dalam agama Hindu patung merupakan sarana atau wujud simbolis sebagai pemusatan agar dapat mencapai kosentrasi sebagai penghubung kita kepada Tuhan. Simbol yang digambarkan tidak begitu saja disimbolkan demikian. Tetapi melalu proses, perundingan, dan berdasarkan Tattwa yang bersangkutan.
Purusa Pakerti atau Purusa Pradana merupakan konsep universal yang diyakini oleh semua agama ataupun kepervayaan yang diyakini manusia. Aspek Purusa dan Pradana ada disetiaap ciptaanNya antara skala dan niskala, unsur kejiwaan dan kebendaan, diang dan malam, laki dan perempuan, dan seterusnya. (Parbasana,2005:10)
Bangunan suci yang berstatus Purusa diwujudkan sebagai bangunan utama (Setinggil), dalam wujud bangunan Meru, Padmasana, Lingga atau Patung berwujud dewa. Sedangkan bangunan suci yang berstatur Pradana diwujudkan dalam bentuk Pura pemujaan Ibu, Gedong Ibu, Yoni, perwujudan arca dewi,dan lain-lain

2.3.1 Padmasana
            Padmasana memiliki funsi khusus sebagai sthana ide Sang Hyang Widhi Wasa sebagai wujud simbolis alam semesta untuk memuja kehadapanNya. Bangunan suci Padmasana memiliki aspek-aspek simbolis ketuhanan yang universal. Padma yang artinya bunga teratai yang disebut Padma Asta Dala yaitu bunga teratai dengan kelopak daun yang berjumlah delapan yang menunjukan delapan arah mata angin sebagai lambang alam semesta dan juga sebagai simbol delapan kekuatan sakti Tuhan. Sana (asana) artinya duduk. Jadi Padma Sana adalah lambang alam semesta tempat berstananya Tuhan. Padmasana memiliki maknsa simbolis pemutaran Gunung Mandara Giri untuk mengaduk air segara susu (Kesirarnawa yang menghasilkan Tirtha Amerta Sanjiwani). Beberapa tokoh yang berperan dalam proses pemutaran Gunung Mandara Giri diwujudkan pada bagian-bagian bangunan Padmasanan seperti Bedawang Nala, Naga Basuki, Burung Garuda sebagai wahana Batara Wisnu. Secara keseluruhan bentuk bangunan Padmasana merupakan simbol alam semesta. Alam semseta dibentuk oleh unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu dan Akasa.

a.       Simbol-simbol dalam Padmasana
1.      Bedawang Nala
Terletak di bagian bawah Padmasana. Sebagai simbol dasar bumi yaitu Magma (teja). Badawang asal katanya dari Bade-awang yang artinya menjulang tinggu, Nala artinya api. Jadi Magma itu adalah api besar yang menyala berkobar-kobar. Badawang Nala oleh dua ekor ular Naga Basuki dan Andantha Boga.
2.      Naga Basuki dan Anantha Boga
Melillit Bedawang Nala. Naga Basuki adalah simbol air (apah) yaitu air laut, danau, dan sungai. Anantha Boga adalah simbol bebatuan dan tanah (pertiwi) tempat lahirnya semua makhluk dan sumber tumbuh mengalirnya makanan yang membungkus Magma.
3.      Burung Garuda
                  Terdapat dibagian atas belakang Padmasana. Burung garuda merupakan simbol udara (bayu).
4.      Naga Tatsaka
            Menghiasi siangsana yang terdapat di Padmasana. Sebagai simbol atmosfir di alam terbuka (akasa).
Jadi Padmasana adalah simbol alam semesta sebagai wujud Tuhan Yang Nyata (skala) sedangkan Tuhan yang tidak nyata (niskala) berstana pada singgasana Padmasana. Maka bagian atas Padmasana terdapat kursi sebagai tempat Tuhan berstana dan dipuja.                            
Fungsi utama dari bangunan Padmasana yang berada di Pura Khayangan TIga khususnya di Pura Puseh adalah sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Menurut lontar Catur Wariga Winasasari, ada bermacam-macam Padmasana yang berbeda-beda fungsinya, menurut tempatnya. 
Semua padmasana ini memakai dasar Bedawang Nala yang dililit oleh naga (Cudamani, 1998 : 44).

b.      Jenis - Jenis Padmasana :
  • Padmasari, bangunan ini bentuknya menyerupai padmasana, akan tetapi tidak menggunakan dasar Bedawang Nala yang dililit naga dan padmasari ini berfungsi sebagai tempat / linggih dewa pitara untuk sementara dalam arti tidak permanen yang memiliki bentuk yang lebih sederhana.
  • Padma Capah, bangunan ini mirip dengan padmasari, akan tetapi bentuk dan ukurannya sangat sederhana, lebih kecil dan rendah. Adapun yang disthanakan di tempat tersebut adalah spirit (roh) yang mempunyai status lebih rendah dari pemiliknya (Ibid, 1998 : 48).
Disebutkan pula bahwa padamasana yang menggunakan Bedawang Nala, sebagaimana yang disebutkan dalam pengertian Padmasana dan aturan pembuatan Padmasana secara detail, oleh Hindu Bali.
  1. Pelinggih Padma Anglayang yang memakai dasar Bedawang Nala, bertingkat tujuh dan di puncaknya ada tiga ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa stana Trimurti .
  2. Pelinggih Padma Agung yang memakai dasar Bedawang Nala, bertingkat lima dan di puncaknya ada dua ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa Ardanareswari yaitu kekuatan/ kesaktian Hyang Widhi sebagi pencipta segala yang berbeda misalnya: lelaki-perempuan, siang-malam, kiri (pengiwa) – kanan (penengen), dan seterusnya.
  3. Pelinggih Padmasana yang memakaiBedawang Nala, bertingkat lima dan di puncaknya ada satu ruang. Digunakan selain sebagai niyasa stana Sanghyang Siwa Raditya atau Sanghyang Tripurusa, juga sebagai niyasa Sanghyang Tunggal yaitu Hyang Widhi Yang Maha Esa

2.4 Hindu menghaturkan canang
       Canang merupakan sarana yang penting dalam setiap persembahyangan. Karena ini merupakan sarana upakara yang akan dipakai untuk persembahyangan kepada Tuhan atau Bhatara Bhatari. Kata canang berasal dari bahasa Jawa Kuno yang pada mulanya berarti sirih untuk disuguhkan kepada tamu yang amat dihormati. Pada jaman dahulu tradisi makan sirih adalah tradisi yang amat dihormati. Bahkan di dalam kekawin Nitisara disebut masepi tikang waktra tan amucang wang artinya : sepi rasanya mulut kita tiada makan sirih.
            Setelah agama Hindu berkembang di Bali, sirih itu pun menjadi unsure penting dalam upacara agama dan kegiatan adat lainnya. Mengapa salah satu bentuk banten disebut canang? Karena inti daripada setiap canang adalah sirih itu sendiri. Betapun indahnya canang kalau canang tersebut belum dilengkapi dengan porosan yang bahan pokoknya berupa sirih, maka canang tersebut belum disebut canang yang bernilai keagamaan.
            Unsur utama dalam canang adalah porosan. Porosan terdiri dari pinang dan kapur yang dibungkus dengan sirih. Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan : pinang, sirih, dan kapur merupakan lambang pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti.
·         Pinang             : merupakan lambang pemujaan kepada dewa Brahma.
·         Sirih                 : merupakan lambang pemujaan kepada dewa Wisnu.
·         Kapur              : merupakan lambang pemujaan kepada dewa SIwa.
Ketiga manifestasi inilah yang amat terkait dalam kehidupan manusia sehari-hari. Manusia tidak mungkin mampu menjangkau kemahakuasaan Tuhan yang tidak terbatas itu.
Inilah arti dan makna porosan untuk memohon tuntunan dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.dalam manifestasinya sebagai Tri Murti, agar dapat menciptakan, memelihara, dan meniadakan yang patut diciptakan, dipelihara, dan ditiadakan, untuk mendapatkan hidup yang layak dan semakin baik.
Unsur lain dari canang adalah plawa, yaitu daun-daunan. Telah disebutkan dalam lontar Yadnya Prakerti bahwa plawa lambang tumbuhnya pikiran yang hening dan suci. Jadi dalam memuja Tuhan, alam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Murti, harus dengan usaha untuk menumbuhkan pikiran yang suci dan hening. Karena pikiran yang tumbuh menuju kesucian dan keheningan itulah yang akan dapat menangkal pengaruh-pengaruh buruk, dari nafsu duniawi.
Unsur pokok dari canang yang ketiga adalah bunga, yang merupakan lambang keikhlasan. Memuja Tuhan tidak boleh ragu-ragu, harus didasarkan pada keikhlasan yang benar-benar tulus datang dari lubuk hati yang terdalam dan tersuci. Disamping itu keikhlasan merupakan kebutuhan dari pertumbuhan jiwa yang sehat. Dalam hidup ini kita harus mampu mengikhlaskan diri dari berbagai ikatan duniawi. Apapun yang mengikat diri kita di dunia ini harus kita ikhlaskan. Sebab cepat ataupun lambat dunia ini pun akan kita tinggalkan. Karena tidak ada yang kekal di dunia ini


BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya agama Hindu sama dengan agama lainnya yang mempunyai satu Tuhan atau yang disebut konsep monoteisme. Namun konsep monoteisme yang dipahami agama Hindu bukan konsep monoteisme yang monoton, melainkan konsep monoteisme  immanent . konsep monoteisme immanent memandang Tuhan berada diluar sekaligus berada didalam ciptaannya. Dalam agama Hindu yang dimaksud Tuhan berada didalam ciptaannya adalah atma yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan itu sendiri.
Agama Hindu tidak hanya menganut satu konsep saja, tetapi juga menganut konsep panteisme terdapat dalam pandangan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setia ciptaan-Nya dan terdapan dalam benda apapun. Konsep panteisme disebut dengan istilah Wyapi Wyapaka.
Konsep-konsep yang dipahami agama Hindu diaplikasikan dikehidupan sehari-hari. Dari satu keterangan keterangan tersebut kemudian dikembangkan lagi. Maka agama Hindu membuat Padmasana dan mempersembahkan canang sebagai perwujudan dari Tuhan itu sendiri.
3.2                   Saran
Saran yang dapat kami tulis dalam makalah ini adalah umat Hindu sebaiknya lebih mendalami Tattwa yang merupakan dasar dari susila dan upacara. Pada umumnya umat Hindu lebih mementingkan atau mengedepankan upacara tanpa tahu makna dari upacara tersebut. Padahal makna dari setiap upacara maupun perbuatan telah lengkap dibahas dalam Tattwa.


Daftar Pustaka
Wiana Ketut.1992. Sembahyang Menurut Hindu. Denpasar : Dharma Narada.
Madrasuta Ngakan Made.2011.Hindu Menjawab.Jakarta : Media Hindu.
Maswinara I Wayan.2000.Dewa-Dewi Hindu.Surabaya : Paramita.
Madrasuta Ngakan Made.2010.Tuhan Agama dan Negara.Jakarta : Media Hindu.
10-12-2014 18.48 WIB
http://delti.wordpress.com/2009/06/05/agama-tatwasusilaupacara/
http://arik90.blogspot.com/2009/06/tattwa.html
 https://bimashindusulteng.wordpress.com/2011/05/12/implementasi-ajaran-tat-twam-asi-dalam-kehidupan-sehari-hari/











Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Lengkap                        : Ni Wayan Hana Pertiwi
Tempat, Tanggal Lahir            : Jakarta, 16 Febuari 1996
Jenis Kelamin                          : Perempuan
Agama                                     : Hindu
Status                                      : Belum menikah
Telepon                                   : 085921205638
Email                                       : niwayanhana16@gmail.com
Riwayat Pendidikan              
A. Formal
1.      (2008) Lulus SDS Sekar Adi Cibinong-Jawa Barat
2.      (2011) Lulus SMPN 1 Depo-Jawa Barat
3.      (2014) Lulus SMAN 5  Depok-Jawa Barat




Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Lengkap                        : Gusti Ketut Arya
Tempat, Tanggal Lahir            : Bali Sadhar, 09 Juni 1993
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Agama                                     : Hindu
Status                                      : Belum Menikah
Telepon                                   : 085783733760
Email                                       : gustinarucigho@gmail.com
Riwayat Pendidikan
A. Formal
1.      (2006) Lulus SDN 1 Bali Sadhar-Bali
2.      (2009) Lulus SMPN 2 Banjit-Bali
3.      (2012) Lulus SMKN 1 Banjit-Bali



Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama Lengkap                                    : Heru Priyoko
Tempat, Tanggal Lahir                        : Blitar, 05 Oktober 1994
Jenis Kelamin                                      : Laki-laki
Agama                                                 : Hindu
Status                                                  : Belum nikah
Telepon                                               : 087756677521
Email                                                   : herusam00@gmail.com
RIwayat Pendidikan              
A. Formal
1.      (2007) Lulus SDN Ngadirenggo 05-Blitar
2.      (2010) Lulus SMPN 03 Doko-Blitar
3.      (2013) Lulus SMK PGRI Wlingi-Blitar


0 Response to "Hindu Juga Bertuhan Satu (Makalah)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel