VIRATA PARVA


1. RENCANA UNTUK TAHUN YANG KETIGA BELAS

Yudhistira mengumpulkan semua orang yang sampai saat itu masih menjadi pengikutnya. Dia meminta ijin untuk meninggalkan mereka dan pergi. Pandava harus menyamar dan tak ada seorang pun yang boleh mengetahui keberadaan mereka. Yudhistira sangat sedih dan hampir tak sadarkan diri karena memikirkan perpisahan dengan orang-orang yang telah setia padanya. 


Pandava memutuskan pergi ke kerajaan Matsya karena rajanya yang baik dan dermawan. Mereka memikirkan masak-masak tentang penyamaran dalam pengasingan di tahun ketigabelas itu. Yudhistira menyamar sebagai brahmana bernama Kanka dan akan menjadi teman bagi sang raja. Bhima menyamar sebagai juru masak dan juga pegulat bernama Valala. Arjuna sebagai seorang guru tari yang juga pandai bermain music dan menyanyi bernama Brihanala. Nakula menjadi pengurus kuda bernama Damagrathi. Sadheva sebagai Tantripala yang ahli dalam mengurus sapi. Sedangkan Drupadi menyamar sebagai seorang ahli tata rias wanita bernama Sairandhri. Mereka pun mulai menyusuri sungai Yamuna menuju kota Virata.

2. KANKA DI ISTANA VIRATA

Para pandava menyembunyikan senjata mereka yang mereka bungkus dengan kulit di sebuah pohon sami. Yudhistira memoho pada para dewa untuk menjaga senjata pandava yang akan mereka ambil satu tahun lagi. Pandava segera meninggalkan tempat itu setelah menggantung senjata mereka. Mereka memutuskan nama yang akan dipakai saat kejadian-kejadian darurat muncul yaitu  Jaya, Jayesa, Vijaya, Jayatsena, dan Jayadbala. 

Saat fajar tiba, Yudhistira lebih dulu mulai penyamarannya. Raja Virata sangat bahagia dengan kedatangannya. Ia sangat menghormati Yudhistira dan memintanya tinggal di Virata. Yudhistira mengajukan syarat yaitu tidak akan memakan makanan yang telah disentuh oleh siapapun serta makan hanya saat malam hari selama setahun. Raja Virata dengan senang hati menyetujui permintaan Yudhistira.  

3. PANDAVA DI VIRATA

Beberapa hari kemudian Bhima memasuki kota Virata dengan membawa sendok besar. Dia memperkenalkan dirinya pada sang raja dengan nama Valala yang pandai memasak dan juga seorang pegulat. Raja mengijinkan Bhima tinggal di istananya dan mengawasi seluruh dapur istana. Raja sangat bahagia atas kedatangannya. Bhima pun bahagia karena ia menikmati tugas-tugas yang dilimpahkan padanya.

Arjuna memasuki kota Virata dengan nama Brhannala. Ia seorang  penari yang akan melatih putri raja, Uttari. Raja menerimanya dengan senang hati dan menganggap Arjuna seperti putranya sendiri.

Ketika di kandang kuda, raja melihat pemuda tampan. Nakula menyamar sebagai Damagranthi dan meminta ijin sang raja untuk bisa merawat kuda-kudanya. Sang raja merasa senang pada Nakula dan mempercayakan kuda-kuda istana untuk dirawatnya.

Yang terakhir, Shadeva memasuki kota Virata. Ia menghadap raja dan memperkenalkan dirinya yaitu Tantripala yang ahli mengurus sapi. Sang raja merasa beruntung dan mempercayakan ternaknya pada Sadheva.

4. SAIRANDHRI


Drupadi memasuki Virata dan menyamar menjadi Sairandhri. Semua orang mengagumi kecantikannya. Ia memasuki istana dan menghadap sang ratu, Sudesna. Ia meminta ijin untuk tinggal sebagai seorang tata rias. Dia mengaku sebagai istri dari lima gandharva yang sedang mendapatkan kutukan selama setahun. Bila ia dihina, maka suaminya akan membunuh orang yang menghinanya. Tapi ratu khawatir kecantikan Sairandhri akan menggoda suaminya. Drupadi tidak akan menyakiti sang ratu. Ia akan selalu berada di ruangan dalam istana dan tidak akan dilihat oleh siapa pun.tapi dia punya dua permintan bahwa ia tidak akan memakan makanan sisa dan tidak akan memijit kaki orang lain. Sang ratu menyetujui permintaannya.

5. PERLOMBAAN GULAT

Tak terasa empat bulan telah berlalu. Mereka merayakan perayaan di kota untuk menghormati Sankara. Ada juga perlombaan gulat dalam perayaan itu. Para pegulat di seluruh dunia datang untuk mengikuti perlombaan itu. Seluruh keluarga istana menyaksikannya. 

Ada seorang pegulat dari negeri asing yang telah mengalahkan semua pegulat di Virata. Ia sangat sombong. Atas saran Yudhistira, Virata memanggil Bhima untuk bertanding. Pertarungan pun berlangsung dengan sengit. Akhirnya Bhima mengangkat musuhnya dan memutar-mutarnya hingga tak sadarkan diri. Bhima kemudian membunuhnya. Sang raja sangat senang dengan kekuatan Bhima. Raja menjadi lebih menyayanginya.

6. MIMPI RADHEYA

Saat itu adalah tahun ketigabelas masa pengasingan Pandava. Suatu malam Radheya sedang tertidur. Dewa Surya yang penuh cinta pada putranya yang malang, mengunjunginya dalam mimpi. Ia menyamar menjadi brahmana. Ia memberitahu Radheya bahwa besok Dewa Indra akan datang untuk meminta Kavaca dan Kundalanya. Surya menyarankan agar Radheya tidak memberikan kedua benda itu. Tapi Radheya tidak bisa menolak permintaan seseorang yang datang padanya pada tengah hari ketika ia telah selesai memuja Surya. Ia terikat pada janjinya, meskipun ia harus memberikan nyawanya. Dewa Surya tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berpesan agar Radheya meminta anugerah dari Dewa Indra setelah ia memberikan Kavaca dan Kundalanya yaitu SAKTI-nya.kemudian Radheya terbangun dari mimpinya.

7. MANGKOK MEMINTA-MINTA MILIK INDRA

Saat itu tengah hari. Radheya telah selesai melakukan pemujaannya dan ia sedang menunggu Indra. Kemudian datang  seorang brahmana yang meminta sedekah. Ia meminta Kavaca dan Kundala milik Radheya. Radheya menawarkan hal yang lain, tapi brahmana itu tidak mau. Radheya berkata pada brahmana itu kalau  ia tahu bahwa brahmana itu adalah dewa Indra. Kemudian dengan bangga Radheya memberikan Kavaca dan Kundalanya. Ia bahagia karena ia mengorbankan hidupnya demi Dharma. 
Dewa Indra menyuruh Radheya untuk meminta anugerah padanya. Kemudian Radheya meminta anugerah Sakti-nya dewa Indra. Dewa Indra memberikan anugerah yang diminta Radheya. Senjata itu hanya bisa digunakan sekali saja, setelah itu akan kembali lagi pada dewa Indra. Kemudian Indra pun pergi meninggalkan Radheya.

8. KICHAKA-ADIK SANG RATU

Sang ratu memiliki adik bernama Kichaka. Dia adalah jenderal pasukan Virata yang telah kembali membawa kemenangan dari medan pertempuran. Kemudian ia datang ke ruangan kakaknya untuk mengunjunginya. 

Dalam perjalanan kembali dari ruangan kakaknya, ia masuk ke taman Sudesna. Ia tercengang melihat Sairandhri. Ia menginginkan Sairandhri untuk menjadi istrinya. Sairandhri menolak lamaran Kicaka dan memperingatkan Kichaka bahwa ia adalah istri dari lima gandharwa. Jika kelima suaminya mengetahui hal ini maka mereka akan membunuh Kichaka. Lalu Sairandhri pergi.

Kichaka kembali ke ruangan kakaknya. Ia meminta bantuan Sudesna untuk mendapatkan Sairandhri. Sudesna sangat sedih melihat adiknya. Ia memperingatkan Kichaka bagwa Sairandhri adalah istri lima gandharwa, tapi Kichaka tidak peduli. Sudesna tidak bisa berbuat apa-apa untuk menahan keinginan adiknya.

9. SAIRANDHRI DI AULA ISTANA


Sudesna mendengar bahwa adiknya sakit parah dan beristirahat di tempatnya. Ia menderita karena keinginannya. Sang ratu mengutus Sairandhri untuk mengambilkan anggur di tempat Kichaka. Sairandhri menolak dan memperingatkan ratu bahwa ia nanti akan dihina oleh kicaka. Sudesna marah dan tetap menyuruh Sairandri pergi. Sairandhri mematuhi perintahnya dan pergi menuju istana Kichaka.

Kichaka telah menunggu kedatangan Sairandhri. Kichaka mendekati Sairandhri dan mencoba memegang tangannya, tapi Drupadi mendorongnya ke tanah dan mencoba untuk melarikan diri. Ia pergi ke kediaman sang raja. Bhima yang kebetulan berada di tempat itu sangat marah, tapi Yudhistira menghentikannya dengan pandangan mata karena waktunya tidak tepat. Drupadi sangat marah pada Yudhistira. Ia meminta keadilan sang raja, tapi raja tidak bisa berbuat apa-apa dan menyuruh Drupadi pergi dari tempat itu. Yudhistira sangat marah dengan tindakan sang raja. Kemudian ia memberitahu Drupadi untuk segera pergi dari aula. Dengan pandangan seperti api pada orang –orang yang berada di aula dan pada Yudhistira khususnya, Drupadi pergi dari aula itu.

10. BHIMA DAN SAIRANDHRI

Malam itu ketika semua orang telah tertidur, Drupadi bangun dari tempat tidurnya dan menuju tempat Bhima tidur. Ia membangunkan Bhima dan menceritakan pada Bhima bagaimana Kichaka telah menyakitinya. Bhima berjanji bahwa ia akan membunuh Kichaka. Drupadi sangat senang dengan Bhima. Ia meninggalkan Bhima dan berjalan tergesa-gesa ke ruangannya.

Pada pagi hari ketika Kichaka menemui Drupadi, drupadi menyuruhnya datang ke ruangan menari yang baru di bangun oleh raja nanti malam. Ia akan  menunggu Kichaka disana. Kichaka sangat bahagia memikirkan bahwa ia akan memiliki Drupadi. Ia tidak sabar menunggu malam tiba.

11. AULA MENARI-TEMPAT PERTEMUAN RAHASIA

Saat itu mendekati tengah malam. Bhima dan Drupadi menunggu kedatangan Kichaka di aula menari. Kichaka datang dengan hati yang bahagia. Ia mendekati seseorang yang duduk di kursi dan ketika ia memegang tangannya, itu adalah tangan seorang pria. Bhima bangkit dari tempat duduknya. Ia menjambak rambut Kichaka dan mendorongnya ke lantai. Pertarungan terus berlanjut hingga akhirnya Kichaka di bunuh oleh Bhima. Sairandhri sangat bahagia dengan semua ini.

12. PERTEMUAN DI HASTINAPURA

Mata-mata Duryodhana telah disebar ke seluruh Negara namun tidak ada yang menemukan keberadaan Pandava. Bhisma memberi petunjuk pada Duryodhana bahwa dimana Yudhistira hidup, tempat itu akan menjadi tempat yang lebih makmur. 

Sekarang Duryodhana tahu dimana Pandava tinggal, yaitu di kerajaan Matsya. Kerajaan Matsya menjadi makmur dan kaya yang sesuai dengan petunjuk Bhisma. Selain itu berita kematian Kichaka, hanya Bhima yang mampu melakukannya. Duryodhana dan pasukannya akan segera menyerang Virata dan akan mengambil seluruh hartanya.

13. SAPI-SAPI VIRATA DICURI


Sapi-sapi Virata telah dicuri. Serangan itu sangat tiba-tiba. Sang raja segera mengumpulkan pasukan. Yudhistira menawarkan diri untuk membantu bersama Valala dan kedua orang yang menjaga sapi dan kuda. Raja sangat bahagia karena dibantu pria-pria ini. Mereka berangkat ke medan perang.

Perang dimulai. Keempat Pandava bergerak dengan cepat. Beberapa saat kemudian, Trigarta dan Susarma telah menjadikan raja Matsya sebagai tawanan. Bhima segera menyelamatkannya dan menangkap Susarma. Yudhistira menyuruh Bhima untuk melepaskan Susarma. Susarma pergi meninggalkan mereka dengan wajah merah karena malu. Ternak-ternak sudah dikembalikan. Musuh sudah dikalahkan. Mereka menginap di tenda dan akan kembali ke Matsya setelah matahari terbit.

14. UTTARA KUMARA-SANG PANGERAN

Pada hari setelah serangan Trigarta, Kaurava menyerang kota Matsya dan mencuri sapi-sapi. Disana hanya ada putra bungsu Virata yaitu Bhuminjaya atau dikenal dengan nama Uttara Kumara. Tetapi Uttara Kumara tidak bisa bertarung tanpa seorang kusir yang hebat. Kemudian Sairandhri memberitahu putrid Uttara bahwa Brhannala adalah kusir Arjuna saat ia mengalahkan Indra. Putri Uttara segera memberitahu adiknya. Pangeran Uttara bersedia menuju medan perang bersama Brhannala sebagai kusirnya. Mereka berangkat menuju arah kemana Kaurava membawa ternak-ternak mereka.

15. ARJUNA SANG PANGERAN

Uttara telah sampai di medan perang. Ia tercengang melihat pasukan Kaurava. Ia mulai khawatir dan kakinya bergetar. Ia menyuruh Brhannala untuk membawa keretanya kembali ke kota, tapi Brhannala tidak mau melakukannya. 

Dari kejauhan, Drona mengenali bahwa kusir kereta pangeran Uttara adalah Arjuna yang memakai pakaian wanita. Arjuna meyuruh Uttara untuk menjadi kusirnya dan mengarahkan keretanya ke bawah pohon Sami dimana ia menyimpan senjatanya karena masa pembuangan Pandava telah berakhir.

16. POHON SAMI

Arjuna telah sampai di pohon Sami. Ia menyuruh pangeran memanjat pohon itu untuk mengambil Gandivanya. Brhannala menjelaskan pada pangeran bahwa ia sebenarnya adalah Arjuna. Pangeran sangat bingung. Arjuna juga menceritakan keberadaan saudara-saudaranya di istana. Pangeran sangat menyesal dan merasa malu terhadap dirinya sendiri. Ia bersujud di kaki Arjuna dan meminta maaf atas semua hinaan yang telah dilontarkan padanya. Kemudian Arjuna naik ke kereta. Ia member hormat pada Gandiva dan mengambilnya. Kereta itu berbalik kembali ke kemah musuh.

17. RADHEYA DAN ASVATTHAMA

Arjuna bergerak cepat ke medan perang dengan membawa Gandivanya dan meniup terompet kerangnya, Devadatta. Drona merasa bahagia mendengar suara Devadatta.ia mengatakan bahwa mereka harus mengembalikan sapi-sapi itu dan kembali ke Hastinapura. Tapi Radheya menolaknya. Semangatnya sudah menggebu-gebu ingin bertarung dengan Arjuna. Ia mengatakan bahwa orang yang pulang tanpa bertarung adalah pengecut. 

Krpa menasihatinya bahwa ia terlalu sombong akan kemampuannya yang sebnarnya tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Arjuna. Asvatthama juga membela ayah dan pamannya. Ia mengatakan bahwa Radheya terlalu sombong akan kekuatannya. Asvatthama meletakkan panah dan busurnya dan duduk terdiam diatas keretanya.

18. KEPUTUS-ASAAN DURYODHANA

Bhisma membenarkan kata-kata Drona, Krpa dan Asvatthama. Kemarahan Asvatthama reda setelah mendengar kata-kata Bhisma. Bhisma menasihati Duryodhana, Arjuna berani menampakkan dirinya karena ia tahu bahwa masa pembuangannya telah berakhir. Bhisma meminta pada Dhuryodhana agar ia mengembalikan kerajaan para Pandava dan berdamai dengan mereka.

Wajah Duryodhana pucat karena mimpinya mengirim Pandava kembali ke hutan telah sirna. Ia marah dan tidak akan mengembalikan kerajaan Pandava. Mereka harus perang. Bhisma segera mengatur formasi pasukan dengan formasi Vajra Vyuha. Arjuna tersenyum melihat formasi yang diatur oleh kakeknya. Ia melihat panji kakeknya yang akan membuat hati para musuh gentar.

19. KALAHNYA PASUKAN KAURAVA

Arjuna meluncurkan panahnya di kaki Drona, Krpa dan Bhisma untuk memberikan salam dan meminta ijin unuk bertempur. Perang di mulai. Arjuna mengejar pasukan yang membawa sapi-sapi ke Hastinapura. Beberapa saudara Duryodhana tidak mampu menghalanginya. Arjuna melepaskan panahnya untuk melepaskan sapi-sapi. Sapi-sapi Virata kembali ke kota.

Arjuna terus mendekati Duryodhana. Arjuna berusaha untuk tidak melukai Drona. Ia melawan dua saudara Duryodhana. Arjuna meminta pangeran untuk membawanya ke tengah medan perang. Arjuna tidak gentar dengan semua pasukan Dhuryodhana meskipun ia hanya sendiri. Ia bertarung dengan Radheya cukup lama. Tetapi pada akhirnya Radheya mengakui bahwa ia kalah. Tubuhnya dipenuhi panah Arjuna. Ia harus pergi dari medan perang.

Arjuna telah mengalahkan Drona, Bhisma , Krpa dan juga Asvatthama. Kemudian ia menyerang Duryodhana. Drona dan yang lainnya berusaha mengepung Arjuna. Kemudian Arjuna mengeluarkan astra Sammohana yang membuat mereka semua pingsan. Arjuna kembali menuju ke pinggiran kota.

Bhisma menggajak mereka kembali ke Hastinapura dan mengakui kekalahan mereka. Duryodhana terdiam. Denagn pandangan keputus-asaan, ia memutuskan untuk kembali ke Hastinapura.

Arjuna mengembalikan Gandivanya ke pohon Sami. Uttara Kumara sekarang duduk di kereta dan Arjuna yang mengendarainya. Rambutnya telah dijalin kembali. Mereka kembali ke Virata.

20. DARAH YUDHISTIRA

Raja Virata memasuki kota dengan kemenangan setelah mengalahkan Trigarta. Ia disambut oleh istri dan putrinya. Puti Uttara menceritakan tentang serangan pasukan Kaurava dan pangeran Uttara seorang diri menghadapinya dengan Brhannala sebagai kusirnya. Yudhistira menenangkannya. Tidak ada yang bisa mengalahkannya selama Brhannala yang menjadi kusirnya. Seorang penggembala memberitahu Virata bahwa pangeran telah menang.

Raja mengajak Yudhistira bermain dadu. Virata sangat bangga pada puteranya. Yudhistira berkata pada Virata bahwa keberuntungan sang pangeran karena bersama Brhannala. Raja tidak senang dengan kata-kata Yudhistira dan ia memukul dahi Yudhistira dengan piring hingga dahinya berdarah. Ia menengadahkan tangannya dan tidak membiarkan setetes darah pun jatuh ke tanah. Drupadi datang dan mengusap alisnya dengan kain sutera dan mencoba menghentikan pendarahannya.

Ketika Arjuna memasuki aula, Yudhistira berusaha menyembunyikan wajahnya dan membuat Arjuna sangat sedih. Arjuna mengajak Bhima menemui kakaknya. Yudhistira menceritakan semuanya dan membuat Bhima sangat marah. Tapi Yudhistira menenangkannya, karena itu bwaktunya.

21. SETELAH GERHANA, MUNCULLAH BULAN PURNAMA


Para Pandava bangun pagi-pagi sekali. Mereka pergi ke aula istan dan memperkenalkan diri mereka pada Virata bahwa mereka adalah lima Pandava dan istri mereka, Drupadi. Virata sangat terkejut. Ia bersujud di kaki Pandava. Pangeran Uttara datang dan mengatakan pada ayahnya bahwa Arjunalah yang telah melawan Kaurava dan membawa kemenangan pada Virata. Raja Virata memeluk Arjuna dan memberikan putri Uttara padanya. Arjuna menerimanya dan ia jadikan sebagai menantunya yaitu menjadi istri Abhimanyu.

22. PERNIKAHAN ABHIMANYU

Di seluruh kota, semua orang membicarakan tentang Pandava. Yudhistira mengrim pesan pada oranorang yang berada di pihaknya, yang paling pertama adalah Krsna dan Drupada. Mereka segera menuju Virata. Krsna datang bersama Balarama, Subhadra dan Abhimanyu. Pertemuan Pandava dan Krsna sangat mengharukan. 

Pernikahan Abhimanyu akan segera dilangsungkan. Semua raja berada disana untuk menghadiri pernikahan itu yang dirayakan dengan semarak. Para Pandava sangat bahagia. Mereka mengakhiri tiga belas tahun masa pembuangan yang penuh penderitaan dengan melihat anak-anak mereka bahagia. Kebahagiaan semua orang sangat mendalam saat hari pernikahan Abhimanyu. 


A. Karakter Tokoh

Yudhistira adalah seorang manusia yang berjiwa muliajujur, tegas, berdisiplin, lemah lembut, teguh pendirian, sangat menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang muda, tahan uji, perwira, adil, arif, bijaksana, rendah hati, dan senantiasa mementingkan kepentinagan umum dibandingkan kepentingannya pribadi.
Bhima adalah seorang berpendirian teguh, pemberani, bertanggung jawab, berhati lembut, suka melindungi yang tidak berdaya, tidak mengenal takut, tidak kenal lelah, dan senantiasa optimis menghadapi sesuatu.
Arjuna adalah seorang yang sangat pemberani, tegas, bertanggung jawab, penuh kasih sayang, cerdas, dan berbudhi pekerti luhur.
Nakula adalah orang yang bertanggung jawab, pemberani, sabar, berdisiplin.
Shadeva adalah orang yang berani, bertanggung jawab, bekerja keras, berdisiplin, setia, tangguh, dan mengutamakan kemakmuran bersama.
Drupadi adalah orang yang sabar, bersahaja, setia, jujur, tekun, tetap pendirian, ramah, dan memiliki sifat mengayomi
Virata adalah raja yang baik, bijaksana, rendah hati, menghargai orang lain
Sudesna bersifat baik, penyayang, setia
Kechaka bersifat angkuh, sombong

B. Nilai Filosofis
Dewa Indra yang menyamar menjadi brahmana menunjukkan jati dirinya pada Radheya.
Dewa Surya mengunjungi Radheya dalam mimpi yang menyamar sebagai brahmana menunjukkan jati dirinya.

C. Nilai Etika
Dewa Surya memberitahu Radheya tentang kesaktian Kavaca dan Kundalanya.
Dewa indra memberi anugrah Sakti-nya pada Radheya dan ia akan di kenal dunia dengan nama Karna.

D. Nilai Upacara
Yudhistira memohon para Dewa untuk menjaga senjata Pandava.
Rakyat Matsya melakukan perayaan di kota untuk menghormati Sankara.
Radheya melakukan pemujaan pada matahari saat tengah hari.



0 Response to "VIRATA PARVA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel