Pengetian dan Makna Yajna
Korban Suci |
HINDUALUKTA-- Memahami Teks Yajña dalam agama Hindu adalah aspek keimanan dan upacara dalam ajaran Hindu merupakan bagian daripada Yajña, bukan sebaliknya Yajña itu bagian dari upacara. Yajña mempunyai arti yang sangat luas sekali. Menurut etimologi kata Yajña berasal dari kata “yaj” yang artinya memuja atau memberi pengorbanan atau menjadikan suci. Kata ini juga diartikan bertindak sebagai perantara.
Dalam regveda VIII, 40. 4. Yajña artinya pengorbanan atau persembahan. Yajña merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan untuk melakukan persembahan kepada Dewata/Tuhan Yang Maha Esa yang pada pelaksanaan di dalamnya mengandung unsur Karya (perbuatan), Sreya (tulus ikhlas), Budhi (kesadaran), dan Bhakti (persembahan). Selama ini Yajña dipahami hanyalah sebatas piodalan atau menghaturkan persembahan (Banten).
Arti Yajña yang sebenarnya adalah pengorbanan atau persembahan secara tulus. Yajamana artinya orang yang melakukan atau melaksanakan Yajña, sedangkan Yajus berarti Segala yang dikorbankan atau merupakan bentuk syukur dipersembahkan kepada Dewata/Tuhan dengan dan Yajña kepada Tuhan Yang Maha Esa penuh kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan perilaku yang tulus demi kesejahtraan alam semesta disebut dengan Yajña. Latar belakang manusia untuk melakukan Yajña adalah adanya rna (hutang).
Dari Tri rna kemudian menimbulkan Pañca Yajña yaitu dari Dewa rna menimbulkan deva Yajña dan Bhuta Yajña, dari rsi rna menimbulkan Rsi Yajña, dan dari Pitra rna menimbulkan Pitra Yajña dan Manusa Yajña. Kesemuanya itu memiliki tujuan untuk Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mengamalkan ajaran agama Hindu sesuai dengan petunjuk Veda, meningkatkan kualitas kehidupan, pembersihan spiritual dan penyucian serta merupakan suatu sarana untuk dapat menghubungkan diri dengan Hyang Widhi/Tuhan.
Inti dari Yajña adalah persembahan dan bhakti manusia kepada Dewata/ Tuhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Sarana upacara inilah disebut dengan upakara/ banten. Melalui sarana berupa upakara atau banten ini, umat Hindu menyampaikan bhaktinya kepada Dewata/Tuhan. Banten yang dipersembahkan dimulai dari tingkatan yang terkecil sampai terbesar (kanista, madya, utama).
Kemudian banten ini dipersembahkan ketika ada upacara/piodalan juga hari-hari raya menurut agama Hindu. Hari raya tersebut jatuh sesuai dengan wewaran, wuku, dan sasih. Wewaran misalnya kajeng kliwon, wuku misalnya buda wage kelawu dan sasih misalnya kapat, kelima, kedasa dan sebagainya. Upacara Yajña adalah merupakan langkah yang diyakini sebagai ajaran bhakti dalam agama Hindu.
Dalam Atharvaveda XII.1.1disebutkan Yajña adalah salah satu penyangga bumi. Dalam Atharvaveda XII.1.1 dijelaskan bahwa: Sesungguhnya kebenaran (satya) hukum yang agung, yang kokoh dan suci (rta), diksa, tapa brata, Brahma dan juga Yajña yang menegakkan dunia semoga dunia ini, ibu kami sepanjang masa memberikan tempat yang lega bagi kami. Demikian disebutkan dalam kitab Atharvaveda. Pemeliharaan kehidupan di dunia ini dapat berlangsung terus sepanjang Yajña terus menerus dapat dilakukan oleh umat manusia. Demikian pula Yajña adalah pusat terciptanya alam semesta atau Bhuwana Agung sebagaimana diuraikan dalam kitab Yajurveda.
Disamping sebagai pusat terciptanya alam semesta, Yajña juga merupakan sumber berlangsungnya perputaran kehidupan yang dalam kitab Bhagavad gita disebut Cakra Yajña. Kalau Cakra Yajña ini tidak berputar maka kehidupan ini akan mengalami kehancuran. Bhagavadgita III.10 mengatakan “Pada jaman dahulu kala Prajapati menciptakan manusia dengan Yajña dan bersabda: “dengan ini engkau akan mengembang dan akan menjadi kamandhuk dari keinginanmu”. Dewata/Tuhan menciptakan manusia dengan Yajña. Dengan Yajña pulalah manusia mengembang dan memelihara kehidupannya.
Keikhlasan dan kesucian diri adalah dasar melaksanakan suatu Yajña. Kesucian diri dicerminkan dalam kehidupan yang benar memiliki kesiapan rohani dan jasmani seperti mantapnya Sraddha, rasa bhakti, keimanan, kesucian hati maupun kehidupan yang suci sesuai dengan moral dan spiritual. Veda menguraikan empat cara yang berbeda untuk mengungkapkan ajaran Veda. Rgveda, X.71.II mengatakan Seorang bertugas mengucapkan sloka- sloka Veda, seorang melakukan nyanyian pujaan dalam sakrawari, seorang lagi yang menguasai pengetahuan Veda mengajarkan isi Veda, dan yang lain mengajarkan tata cara melaksanakan korban (Yajña).
Demikianlah Yajña merupakan salah satu cara mengungkapkan ajaran Veda. Oleh kerena itu Yajña merupakan simbol pengejawantahan ajaran Veda, yang dilukiskan dalam bentuk simbol-simbol (niyasa). Melalui niyasa dalam ajaran Yajña realisasi ajaran agama Hindu diwujudkan untuk lebih mudah dapat dihayati, dilaksanakan dan meningkatkan kemantapan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan itu sendiri. Kebesaran dan keagungan Dewata/Tuhan yang dipuja, perasaan hati pemuja- Nya, maupun wujud persembahan semuanya. Melalui lukisan niyasa dalam upakara, umat Hindu ingin menghadirkan Dewata/Tuhan yang akan disembah serta mempersembahkan isi dunia yang terbaik.
0 Response to "Pengetian dan Makna Yajna"
Post a Comment