Pengertian dan Kajian Psikologi Dalam Agama Hindu
Hindualukta |
HINDUALUKTA-- Jika dilihat dari keseharian sebenarnya semua manusia seharunya mempelajari Psikologi Agama sebab dengan mempelajari psikologi seseorang bisa memahami sifat antara orang-orang disekitarnya. Kendati demikian, terlihat saat ini hanya orang-orang tertentu yang mempelajarinya seperti guru dan pemangku atau orang-orang yang hanya memiliki kerjaan dalam hal mendidik.
Psikologi Agama berasal dari dua kata yakni psikologi dan agama. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Manusia mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, sehingga dalam sikap dan tingkah laku terlihat berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaannya dengan keadaan sebenarnya. Selanjutnya, agama juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia.
Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tetap dan rinci. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sangatlah sulit memberi definisi pada agama itu sendiri. Namun di balik hal itu, Harun Nasution mendefinisikan agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undnag atau hukum. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari kata a= tidak, gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-tumurun.
Intisari pengertian agama menurut Harun Nasution (1974: 10) terdapat 4 unsur yang terdapat dalam agama yaitu:
Psikologi Agama berasal dari dua kata yakni psikologi dan agama. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Manusia mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, sehingga dalam sikap dan tingkah laku terlihat berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaannya dengan keadaan sebenarnya. Selanjutnya, agama juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia.
Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tetap dan rinci. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sangatlah sulit memberi definisi pada agama itu sendiri. Namun di balik hal itu, Harun Nasution mendefinisikan agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undnag atau hukum. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari kata a= tidak, gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-tumurun.
Intisari pengertian agama menurut Harun Nasution (1974: 10) terdapat 4 unsur yang terdapat dalam agama yaitu:
- Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekutan manusia. Didorong oleh kelemahan dan keterbatasanya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib.
- Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia.
- Respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (Monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
- Paham akan adanya kudus dan suci.
Dari semua pengertian tersebut, dapat didefinisikan bahwa psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
RUANG LINGKUP DAN KEGUNAANNYA
RUANG LINGKUP DAN KEGUNAANNYA
Psikologi agama memiliki ruang lingkup pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama yang lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dengan perbandingan agama memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda yakni mengembangkan pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang bertipe bukan agama dan bukan teologis. Psikologi agama, memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan tersebut dengan menggunakan pendekatan.
Zakiah Daradjat (1970: 12-15) menyampaikan ruang lingkup yang disebut lapangan kajian psikologi agama sebagai berikut:
- Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tentram sehabis sembahyang.
- Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individu terhadap Tuhannya, misalnya rasa tentram dan kelegaan hati.
- Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
- Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku dalam kehidupan.
- Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya.
Semuanya menurut Zakiah Darajat (1970:15) tercakup dalam kesadaran agama dan pengalaman agama. Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian/segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktifitas beragama.
Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Karenanya psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal dan tidaknya keyakinan agama.
Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Dan dengan demikian pula psikologi agama menurut Prof.Dr. Zakiah Darajat (1970: 15) adalah mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya.
Dalam banyak kasus, pendekatan psikologi agama, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran agama. Demikian pula dalam lapanagan pendidikan, psikologi agama dapat difungsikan pada pembinaan moral dan keagamaan peserta didik.
Psikologi Dalam Pendidikan Agama Hindu.
Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Karenanya psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk tentang benar salahnya atau masuk akal dan tidaknya keyakinan agama.
Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam prilaku dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Dan dengan demikian pula psikologi agama menurut Prof.Dr. Zakiah Darajat (1970: 15) adalah mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu dalam hidupnya.
Dalam banyak kasus, pendekatan psikologi agama, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran agama. Demikian pula dalam lapanagan pendidikan, psikologi agama dapat difungsikan pada pembinaan moral dan keagamaan peserta didik.
Psikologi Dalam Pendidikan Agama Hindu.
Dalam kurikulum pendidikan Agama Hindu tahun 1994, bahwa pendidikan Agama Hindu adalah usaha sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan anak dalam memahami, menyakini, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Hindu sebagai wujud pengamalan pancasila melalui bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntunan saling hormat menghormati antar umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat, untuk mewujudkan persatuan nasional. Adapun dimaksud bertanggung jawab dalam pengertian ini adalah orang tua. Sedangkan para guru atau pendidik lainnya adalah merupakan perpanjangantangan para orang tua.
Secara rasional dapat digambarkan bahwa kehidupan manusia dewasa ini mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam merespon fenomena yang terjadi, pendidikan agama hindu sangat erat kaitannya dengan psikologi Agama dalam menangani berbagai kasus dalam bentuk krisis moral. Dengan demikian kedua ilmu ini akan memberikan kontribusi dalam menanamkan konsep nilai dan norma, serta nilai mental spiritual. Apabila dikaji tentang makna pendidikan mengandung pengertian mengantarkan anak ke tinkat dewasa atau kedewasaan baik jasmani maupun rohani.
Dengan demikian orang dikatakan dewasa dalam hal ini dapat dilihat dari perkembangan jasmani dan perkembangan rohani serta dapat mengambil kesimpulan tehadap masalanya sendiri dan dapat bertanggung jawab terhadap beban hidup yang dihadapi sebagai makluk social dalam masyarakat. Demikian pula dalam agama hindu, masalah pendidikan mendapat perhatian yang khusus, karena melalui pendidikan agama nantinya akan dapat membentuk pribadi manusia yang berbudi pekerti yang luhu, dapat mengendalikan diri di tegah-tengah arus modernisasi dewasa, serta ilmu yang diperolehnya dapat dimanfaatkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan ajaranagama yang dipahami.
Akhirnya ilmu pengetahuan yang diperoleh lewat pendidikan tersebut bermanfaat untuk dirinya sendiri dan dapat disumbangkan untuk kemajuan bangsa dan Negara. Pedekatan psikologi dalam pendidikan agama hindu telah ada sejak dulu dan mempunyai sejarah yang cukup tua. Hal ini dapat dibuktikan dari naskah-naskah Hindu kuno seperti kitab suci weda, Upanisad, Ramayana, dan Maha Bratha. Selain itu dalam perkembangan hindu di Indonesia masih segar dalam ingatan kita adanya perguruan tinggi agaa Budha di Sriwijaya dimana perguruan ini berdasarkan pada “socio moral” dan “socio religious”.
Dalam siste pendidikan ini disusun secara sederhana untuk handala kekeluargaan, dmana siswa belajar dan menuntut ilmu secara tulus ikhlas kepada gurunya. Demikian pula guunya , tidak menganggap muridnya sebagai orang lin, dia sebagai penuntun dan pembimbing anak-anak untuk mengenal tuhan. Kemudian upaya membimbing pengenalan erhadap tuhan da agama dilakukan dengan penuh kasih saying. Dalam agama Hindu manusia sejak dilahirkan telah membawa potensi keberagaman dan potensi ini baru dalam bentuk sederhana yaitu berupa kecenderungan untuk tunduk dan mengabdi kepada sesuatu. Dan didalam Agana Hindu pendidikan dilakukan pada saat sebelum bayi dilahirkan dan sesudah lahir.
Pendidikan sebelum lahir yang memegang peranan penting atau utama adalah seorang ibu yang sedang dalam keadaan hamil. Pada saat bayi dalam kandungan segala getaran jiwa dan perasaan ibu memberkan rangsangan pada dasar-dasar perwatakan terhadap anak yang akan lahir.
Disini saya mencoba mengkaitkan antara psikologi agama dengan salah satu pembagian daripada Panca Srada yaitu percaya dengan adanya Moksa.
Umat Hindu percaya dengan adanya Moksa yaitu kebebasan dengan ikatan keduniawian, dari belenggu Karmapala dan dari Samsara.’’Moksatham jagaditha ya ca iti dharmah artinya tujuan melaksanakan dharma adalah untuk mencapai kesejahtraan umat manusia dan pada akhirnya dikemudian hari untuk mencapai moksah atau mukti yang yang manunggal dengan tuhan di shatya loka menikmati kebahagiaan abadi jagaditha disebut “mukti’’jadi agama hindu menuntun kita agar mencapai ‘’bukthi’’ dan ‘’mukti’’ atau jagaditha dan moksa itulah makanya setiap kita memuja Dewa Surya maka mantranya menggandung permohonan “…bhukti mukti warpradam…”.
Kata moksa berasal dari kata moha dan kyasa moha artinya kebingungan kita sudah berakhir kapan kebingungan kita sudah berakhir pada saat itu kita memulai perjalanan rohani menuju moksa. Orang yang masih moha/kebingungan tentu tidak bisa mencapai tujuan. Umpama ditengah perjalanan kita kebingungan tidak tahu lagi arah mata angin dalam keadaan seperti itu perjalanan kita akan mondar-mandir kesana kemari dan tidak bisa menemukan tempat yang dicari.
Kebanyakan dari kita masih kebingungan bingung terhadap diri sendiri Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa tubuh inilah diri kita yang sejati yaitu Atma karena tubuh ini dianggap diri menyebabkan prilaku kita mengutamakan kepentingan tubuh dan amat terkait dengan duniawi lalu mengabaikan kepentingan atma. Padahal dunia ini sebenarnya adalah penjara besar yang penuh dengan penderitaan, karena dunia ini di penuhi dengan berbagai kenikmatan untuk memenuhi nafsu badan, itulah makanya kita terbuai dan terbius menjadi Moha/kebingingan.
Orang yang mencari hiburan di tempat-tempat mabuk, di perjudian, komplek wts, pesta sabu-sabu adalah orang yang Moha. Dunia ini diumpamakan sebagai mangkuk, yang penuh berisi madu dan manusia diumpamakan sebagai lebah. Lebah yang serakah dan bodoh akan berenang ditengah manguk minum madu sehingga terperangkap dan akhirnya mati tenggelam di lem oleh madu yang lengket. Tetapi lebah yang lebih cerdik minum madu di pinggir mangkuk setelah kenyang dia bisa terbang bebas kembali ke sarangnya.
Artinya kita bisa menikmati isi dunia tetapi seperlunya saja dan hindarilah tepat –tempat yang dilarang oleh agama. Agama mengajarkan kita agar meniru lebah yang cerdik, jangan rakus , ambil seperlunya saja dan berhati-hati. Dunia ini adalah ladang karma untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin agar hutang piutang karma kita yang dulu bisa lunas.
Sifat dari pikiran kita cenderung ingin bersenang-senang di dunia dan dan cepat bosan sehingga dia amat lincah loncat sana loncat sini seperti kera gila. Dia selalu memburu yang dianggapnya lebih baik. Hal ini terus terjadi sampai ia merasa puas. Banyak orang yang tidak menyadari sifat pikiran ini sehingga banyak orang diombang-ambing oleh pikirannya sendiri.
Tuhan telah meyediakan jalan kepada semua manusia untuk mencapai moksa dan jalan itu ada pada diri manusia. Tetapi pintu gerbang manusia itu masih dikunci oleh tuhan dan kuncinya di pegang oleh sat guru. Walau pintu gerbang itu ada pada diri semua manusia, akan tetapi manusia tidak dapat membukanya karena kunci dari semua itu tak mudah untuk mendapatkannya.
Maka dari itu, jika manusia baik-baik mempergunakan kesempatan yang ada,dengan cara taat beragama maka tuhan akan memberi yang terbaik lagi yaitu moksa atau manunggal dengan tuhan di satya lokha menikmati kebahagiaan yang abadi, tdak ada lagi siksaan, sebaliknya jika kita menyia-nyiakan kesempatan ini, maka kelahiran berikutnya belum tentu bisa menjadi manusia.
Kata moksa berasal dari kata moha dan kyasa moha artinya kebingungan kita sudah berakhir kapan kebingungan kita sudah berakhir pada saat itu kita memulai perjalanan rohani menuju moksa. Orang yang masih moha/kebingungan tentu tidak bisa mencapai tujuan. Umpama ditengah perjalanan kita kebingungan tidak tahu lagi arah mata angin dalam keadaan seperti itu perjalanan kita akan mondar-mandir kesana kemari dan tidak bisa menemukan tempat yang dicari.
Kebanyakan dari kita masih kebingungan bingung terhadap diri sendiri Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa tubuh inilah diri kita yang sejati yaitu Atma karena tubuh ini dianggap diri menyebabkan prilaku kita mengutamakan kepentingan tubuh dan amat terkait dengan duniawi lalu mengabaikan kepentingan atma. Padahal dunia ini sebenarnya adalah penjara besar yang penuh dengan penderitaan, karena dunia ini di penuhi dengan berbagai kenikmatan untuk memenuhi nafsu badan, itulah makanya kita terbuai dan terbius menjadi Moha/kebingingan.
Orang yang mencari hiburan di tempat-tempat mabuk, di perjudian, komplek wts, pesta sabu-sabu adalah orang yang Moha. Dunia ini diumpamakan sebagai mangkuk, yang penuh berisi madu dan manusia diumpamakan sebagai lebah. Lebah yang serakah dan bodoh akan berenang ditengah manguk minum madu sehingga terperangkap dan akhirnya mati tenggelam di lem oleh madu yang lengket. Tetapi lebah yang lebih cerdik minum madu di pinggir mangkuk setelah kenyang dia bisa terbang bebas kembali ke sarangnya.
Artinya kita bisa menikmati isi dunia tetapi seperlunya saja dan hindarilah tepat –tempat yang dilarang oleh agama. Agama mengajarkan kita agar meniru lebah yang cerdik, jangan rakus , ambil seperlunya saja dan berhati-hati. Dunia ini adalah ladang karma untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin agar hutang piutang karma kita yang dulu bisa lunas.
Sifat dari pikiran kita cenderung ingin bersenang-senang di dunia dan dan cepat bosan sehingga dia amat lincah loncat sana loncat sini seperti kera gila. Dia selalu memburu yang dianggapnya lebih baik. Hal ini terus terjadi sampai ia merasa puas. Banyak orang yang tidak menyadari sifat pikiran ini sehingga banyak orang diombang-ambing oleh pikirannya sendiri.
Tuhan telah meyediakan jalan kepada semua manusia untuk mencapai moksa dan jalan itu ada pada diri manusia. Tetapi pintu gerbang manusia itu masih dikunci oleh tuhan dan kuncinya di pegang oleh sat guru. Walau pintu gerbang itu ada pada diri semua manusia, akan tetapi manusia tidak dapat membukanya karena kunci dari semua itu tak mudah untuk mendapatkannya.
Maka dari itu, jika manusia baik-baik mempergunakan kesempatan yang ada,dengan cara taat beragama maka tuhan akan memberi yang terbaik lagi yaitu moksa atau manunggal dengan tuhan di satya lokha menikmati kebahagiaan yang abadi, tdak ada lagi siksaan, sebaliknya jika kita menyia-nyiakan kesempatan ini, maka kelahiran berikutnya belum tentu bisa menjadi manusia.
Nah Demikian artikel ini, jika ada yang ingin menambahkan atau mengoreksi silakan di comen.....
0 Response to "Pengertian dan Kajian Psikologi Dalam Agama Hindu"
Post a Comment