Aspek Psikologi Banten dan Fungsinya
Banten |
HINDUALUKTA-- Banten murupakan hal yang tidak lepas dari setiap kegiatan Umat Hindu, Sehingga dalam menggunakan banten, tentu memiliki nilai dan arti penggunaannya. Seperti misalnya Umata HIndu Bali, Makna Bebanten /Banten atau Bebantenan merupakan ciri khas yang unik, dan ini dikaitkan dengan daya cipta masyarakat setempat, yang memiliki nilai religius, magis, yang mengandung nilai budaya seni dan adat.
Banten membuat orang menjadi terpesona karena daya seni yang ditampilkannya dengan berbagai keindahan dalam penataan sebuah karya spiritual, sebagai sarana untuk mendekatkan diri penyembah dengan yang disembah yakni Tuhan Yang Maha Esa/Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam kitab Bhagawad Gita disebutkan bahwa Dunia mengalir dari tubuhku. Dunia aku jadikan dengan pengorbanan diriku. Manusia aku jadikan atas dasar hukum yajna, karena itu manusia wajib melakukan yajna. Barang syapa yang tidak melakukan yajna adalah dosa. Yajna yang paling mulia adalah penyerahan diri sepenuhnya hanya kepada ku.
Banten merupakan wujud Manu atau manusia, maka dalam menata unsur-unsur materinya pun hendaknya disesuaikan, misalnya dapat dilihat pada banten gebogan, kakinya disimbolkan dengan dulang atau bokoran, badannya disimbolkan dengan raka-raka, jajan, penek dan ayam panggangnya, sedangkan kepalanya disimbolkan dalam bentuk jejahitan berupa kepet-kepetan.
Sehingga dalam menempatkan atau meletakkan ayam panggang tidak boleh dipuncak banten gebogan melainkan pada bagian badan dekat dengan dulang (bokoran). Dari ketiga bagian yang menggambarkan kaki, badan dan kepala (hulu) yang ditandai dengan canang pelausan atau kepet-kepetan, maka dalam penggunaan kembangpun hendaknya dipilih yang dapat memberikan aroma yang demikian harum, seharum hati sang pemuja dalam melakukan bakti persembahan.
Sekecil apapun banten itu adalah simbol penyerahan diri secara totalitas dalam penyusunannya tetap memperhatikan tercerminnya ketiga bagian itu seperti, menyimbolkan kepala, badan dan kaki dengan konsep Triangga dalam peletakannya.
Konsep Triangga dalam menata Banten Sorohan:
Banten itu merupakan suatu unit (sorohan) besar, penyusunan mengikuti konsep Triangga dengan dengan demikian ada banten yang menempati posisi atau kedudukan sebagai banten utama angga atau hulu (kepala), ada banten menempati posisi sebagai madia angga atau badan dan ada banten yang menempati posisi nista angga atau bagian kaki.
Hal ini desa (lingkungan sang yajamana) kala (saat upacara dalam arti jenis yajna seperti upacara tiga bulanan ngotonin dan sebaginya) patra (kemampuan sang yajamana). Banten-banten yang dikategorikan sebagai banten hulu sering pula disebut banten linggih Sang Hyang Widhi Wasa (Linggastana) atau simbol stana Tuhan adalah sebagai berikut :
1. Paling kecil berupa canang sari
2. Daksina
3. Suci
4. Dewa-Dewi
5. Catur
Banten linggih (hulu) ini menyimbolkan banyak sedikitnya manifestasi Hyang Widhi Wasa yang kita undan atau diharapkan hadir dalam upacara tersebut harapan semua Dewa sebagai manifestasinya Hyang Widhi Wasa memberikan anugerah. Dari segi hakekat tidak berbeda, kehadiran para Dewa sebagai manifestasi Tuhan sangat tergantung dari tempat yang disediakan, tempat itu ditentukan oleh jenis banten. Makin besar banten hulunya, menandakan makin banyak tempat duduk (linggasatana) manifestasi beliau yang hadir. Banten yang dikategorikan sebagai badan atau sering juga disebut banten ayaban:
1. Canang ajengan atau canang raka atau canang ketipat.
2. Pengulap pengambean (sorohan)
3. Palegembal
4. Palegembal Pebangkit
Banten yang dikategorikan sebagai kaki atau sering disebut banten sor adalah :
1. Nasi Sego
2. Nasi Kepel
3. Segehan pancawarna
4. Nasi Wong-wongan
5. Segehan Agung
6. Gelar Sanga
7. Caru dari tingkatan Eka sata sampai Tawur Agung.
- Konsep dasar dalam Banten
Dalam konsep nama dipakai hukum asosiasi (hubungan) antara bunyi (ucapan) dengan makna. Artinya unsur-unsur alam yang dapat dipakai untuk suatu bahan banten adalah apabila memiliki hubungan asosiasi antara sebutan atau bunyi dengan makna yang dimaksud dari unsur itu, misalnya penggunaan daun (don), kayu sirih, daun (don) kayu tulak sebagai unsur banten biyakala memilki makna menyisihkan dan menolak semua kotoran atau pengaruh negatif yang ada dalam tubuh manusia yang diwujudkan dalam wujud bhuta kala.
Konsep dasar bentuk atau warna dalam banten:
Konsep dasar bentuk atau warna dalam banten:
Dalam konsep dasar bentuk atau warna dalam memilih unsur-unsur penyusunan banten misalnya: tampak pada banten daksina ,suci, catur, dan tebasan.
Daksina misalnya terdapat kelapa, telor,pisang kayu, tingkih, beras, biji ratus, tampak dan peselan. Banten daksina adalah banten hulu atau linggih Ida Bhatara atau wujud badan kasar (unsur jasmani). Karena daksina menggambarka, badan alam makrokosmos (prakerti), sebagai badan alam makrokosmos maka unsur-unsur badan tersebut adalah srebeng daksina sebagai kulit luar dari badan, kelapa sebagai hulu (kepalanya).
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Bhagawad Gita : Bahwa : alam ini aku jadikan atas dasar kerja (yajna), tanpa kerjaku alam ini akan binasa. Semua makhluk di alam ini harus mengikuti dan taat serta tunduk kepada atau hidup atas dasar hukum alam ini. da dan tak seorangpun terbebas dari hukum alam.
- Arti dan Fungsi Upakara (Banten)
Seperti telah diketahui bahwa Upakara mempunyai bentuk dan nama yang sangat banyak dengan susunannya cukup rumit jika dilihat secara sepintas, apalagi bila tidak dipahami secara rinci yang akan membuat kita semakin bingung. Yang patut untuk kita ketahui dan perhatikan disini adalah bagaimana menyusun jenis materinya dan kegunaannya dari upakara (banten) tersebut serta tingkat upacara yang akan dibuat.
Namun secara umum upakara (banten) memilki narti dan fungsinya dalam kita melakukan bakti persembahan antara lain :
- Upakara (banten) merupakan cetusan hati, untuk mengatakan rasa terima kasih baik it kepada Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, maupun manifestasinya.
- Upakara (banten) adalah sebagai alat konsentrasi dari pikiran kita untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa /Tuhan Yang Maha Esa.
0 Response to "Aspek Psikologi Banten dan Fungsinya"
Post a Comment