Siva Tatwa “PADMA BHUANA” (Makalah)

Pura Adytia Jaya Rawamangun
HINDUALUKTA-- Makalah  yang berjudul “PADMA BHUANA” ini sangat singkan namun demikian mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi generasi penerus Hindu.

BAB I
PENDAHULUAN

Pada awalnya ada gagasan menarik dan strategis terlontar dari komponen Sabha Walaka PHDI Pusat saat menggelar jumpa pers serangkaian persiapan Pesamuan Agung Parisada 2007 di Sekretariat PHDI Bali, Rabu, 24 Oktober 2007 ( media harian Bali Post). 

Komponen intelektual Hindu itu memandang perlu membuat konsep Padma Bhuana dimana ber-stana Sembilan Dewata ( Sembilan sakti Tuhan ) yang secara niskala menjaga Nusantara dan umatnya dari segala bencana dan marabahaya.

Menurut Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat Drs. I Ketut Wiana, M.Ag didampingi Wakil Ketua Prof. Dr. Made Titib, konsep Padma Bhuana dalam Mandala Nusantara itu merupakan salah satu masukan dari Sabha Walaka untuk materi pembahasan pada Pesamuan Agung Parisada 2007 yang di gelar di Denpasar tanggal 3 – 4 Nopember 2007. 

Ditegaskan, selama ini umat Hindu di Bali telah memiliki Sembilan kahyangan jagat yang terletak di Sembilan arah pengider bhuana yang lebih dikenal sebagai Padma Bhuana. Secara niskala, keberadaan Sembilan kahyangan jagat itu diyakini menjaga Bali dan masyarakatnya dari bencana. 

Untuk lingkup Nusantara, kami juga memandang perlu konsep Padma Bhuana itu dikembangkan guna menjaga Nusantara. Konsep Padma Bhuana berawal dari clotehan Sabha Walaka yang mencetuskan agar kiranya mendapatkan suatu pertimbangan dimasa yang akan datang, karena salah satu konsep yang diyakini menjadikan Bali aman dan lestari sampai dengan sekarang ini adalah adanya padma bhuana sebagai penyangga jagat bali yang berskalakan pulau Bali, demikianlah latar belakangnya pemunculan Pura Padma Bhuana yang diharapkan sebagai konsep penyangga nusantara dari sukertining jagat pada umumnya yang berskalakan lebih besar lagi, mengingat apa yangdirasakan di Bali konsep padma bhuana itu sangat menunjang ajegnya Hindu di Bali, sehingga perlu kiranya menjadikan suatu pemkiran tentang ajegnya Hindu untuk scope yang lebih luas yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB II
PADMA BHUANA

A. Definisi – istilah Padma Bhuana
Padma Bhuana, Padma adalah bunga terai, sedangkan Bhuana adalah alam semesta khususnya dalam makalah ini adalah Nusantara atau Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) yang kita cintai, jadi yang dimaksud akan dalam hal ini adalah adanya penyangga sukertining nusantara dari segala arah yang dilambangkan oleh bunga teratai yang mempunyai 11 arah yaitu: Timur, Tenggara, Selatan, Barat daya, Barat, Barat laut, Utara, dan Timur laut, sedangkan yang ditengah adalah bawah tengah dan atas. 

Sehingga dari konsep Padma Bhuana ini menjadilah 8 mata angin dan ditambah tiga lagi bawah tengah dan tas (Urdan, Madya, Ardah) sehingga menjadilah konsep 11, yang juga dilambangkan weakness kelemahan dan sekaligus kekuatan manusia ada pada 5 bagian penggerak Indria karya (Panca karma) dan 5 bagian penggerak pikiran (panca budi) indria, dan satu motorik sebagai leadernya adalah Cita. 

Sehingga totalnya menjadi 11 Weaknesses, namun sekaligus juga sumber super power kekuatan yang luar biasa. Mata angin = arah kekuatan yaitu berasal dari penjuru mata angin yaitu terdiri dari :
  1. Purwa = Timur Dewanya adalah Iswara, dengan Bajra senjatanya sweta/ putih warnanya dan Sang aksara sucinya.
  2. Gneya = Tenggara Dewanya adalah Mahesora, dengan Dupa senjatanya, Dadu warnanya, dan Nang aksara sucinya.
  3. Daksina = Selatan Dewanya adalah Brahma, dengan Gada senjatanya, Rakta merah warnanya dan BANG aksara sucinya
  4. Neriti = Barat daya Dewanya adalah Rudra, Moksala senjatanya, Jingga warnanya dan MANG aksara sucinya
  5. Pascima = Barat Dewanya adalah Mahadewa, dengan Naga pasa senjatanya, Kuning / Jnar warnanya dan TANG aksara sucinya
  6. Wayabia = Barat laut Dewanya Sangkara, dan wilis / hijau warnanya, Angkus senjatan ya, dan SING aksara sucinya
  7. Utara = Utara Dewanya Wisnu, dengan krsna / hitam, cakra senjatanya dan ANG aksara sucunya
  8. Ersania = Timur laut Dewanya adalah Cambu, dengan senjatanya Trisula, dengan warna biru laut, aksara sucinya WANG
  9. Madya = Ditengah Urdah Madya Ardah, Dewanya Ciwa Sadasiwa, dan Pramasiwa, mancawarna wananya, padma senjatanya, dan ING dan HYANG aksara sucinya
2. Pura-Pura yang didomonasikan menjadi Padma Bhuana

a. Untuk internal di Bali Pura-Pura yang menjadi Padma Bhuana adalah:
  • Timur Iswara Puranya Lempuyang
  • Tenggara Maheswara Pura Goa Lawah
  • Selatan Brahma Puranya Andakasa
  • Barat Daya Rudra Puranya Rambut siwi
  • Barat Mahadewa Puranya Luhur Batu karu
  • Barat laut Sangkara Puranya Luhur watu klotok
  • Utara Wisnu Puranya Luhur puncak manggu
  • Timur laut Sambu Puranya Besakih
  • Tengah Siva Besakih – Siva, Sada Siva, Paramasiva, Besakih
b. Yang didominasikan untuk Padma Bhuana Nusantara, pihak Sabha Walaka sudah mendominasikan Sembilan pura di Indonesia untuk ditetapkan yaitu:
  • Wisnu arah utara di Kalimantan Timur
  • Sambu arah Timur laut Pura Tarakan di Menado
  • Iswara arah Timur di Jayapura
  • Mahesora arah Tenggara di Kupang
  • Brahma arah Selatan di Bali
  • Rudra arah Barat Daya di Gunung Salak
  • Mahadewa arah Barat di Padang
  • Sangkara arah Barat Laut di Batam
  • Siva arah Tengah di Kutai
Selain sembilan pura itu, pihak Sabha Walaka juga menominasikan sejumlah pura/ candi Hindu untuk dipertimbangkan masuk di dalam Padma Bhuana Nusantara seperti Candi Prambanan, Candi Ceto, Pura di Medan dan Pura di Pekanbaru. Pemilihan pura-pura itu dengan memperhatikan aspek dukungan umat Hindu yang ada di sana serta akomodasi terhadap keragaman cultural dar i umat pemeluk agama Hindu yang ada. 

Selain itu aspek historis dari pura-pura bersangkutan juga dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk dinominasikan, dan pihaknya akan membuka ruang diskusi yang seluas-luasnya terkait pemilihan Sembilan pura Padma Bhuana Nusantara itu.

3. Permasalahan Yang Muncul
I. Positif Point Pendukung Konsept Padma Bhuana
  • Sebagai pemersatu dalam wawasan Nusantara, sangat baik dalam mempersatukan Hindu dalam wawasan Nusantara dalam satu persepective kebersamaan, sehingga Hindu akan semakin menyatu dalam visi dan misinya sehingga akan lebih universal dalam wawasan Nusantara.
  • Dengan adanya Padma Bhuana, akan sangat memberikan inspirasi baru, nuansa baru, serta kekuatan baru akan exist keberadaan Hindu di wawasan Nusantara.
  • Keragu-raguan, tidak ada lagi istilah keragu-raguan untuk muncul sebagai status Hindu, dengan adanya pura-pura yang berstatuskan kahyangan Nusantara (Padma Bhuana) di daerah yang telah dinominasikan sebagai pura-pura kahyangan jagad yang berstatuskan Nusantara.
  • Dengan adanya pura yang berstatuskan Nusantara ini akan diyakini memberikan kekuatan baru bagi umat Hindu mengingat 5 fungsi dari pura akan semakin effective diantaranya adalah
  1. Sebagai pusat menghubungkan diri kepada Hyang Widhi Wasa sekaligus meningkatkan sradha dan bhakti umat.
  2. Sebagai pusat pendidikan khususnya pendidikan agama dan spiritual serta kepemimpinan Nitisastra. 
  3. Sebagai alat pemersatu yang sangat ampuh terutama umat-umat Hindu yang masih tercerai berai, puralah dalam hal ini sebagai wadah penampungnya. 
  4. Sebagai pusat benteng seni dan budaya, karena di puralah antara seni dan keindahan itu digabungkan menjadi satu Satyam, Siwam, Sundaram. 
  5. Sebagai tempat dan wadah transfer informasi social kemasyarakatan karena di puralah umat itu akan berkumpul dari segala arah dan menyatukan persrpsinya OM Samaniwah Akusih Samanahar Dayaniwa samanamo, jatye vah susahasathih.
B. Negative point sekaligus Barier yang akan muncul
  1. Tidak adanya factor History-Mitos yang spesifik mensuport keberadaan pura sehingga kekuatan karismatik dari mitos tidak ada yang signifikan untuk menunjang.
  2. Akan bermunculan dari berbagai aspek tentang pemilihan pura-pura tertentu, terutama bagi mereka yang merasakan puranya layak untuk terpilih tetapi tidak terpilih sehingga akan muncul suatu rasa ketidak puasan, yang sudah pasti akan muncul rasa antisipasi terhadap Padma Bhuana yang terpilih.
  3. Bagi mereka golongan tertentu akan merasakan dirinya semakin kurang cirri khas mereka, seolah-olah dengan adanya Padma Bhuana mereka merasa kharismatik yang berdasarkan keturunan semakin terkikis, karena sesungguhnya itulah yang harus dikikis habis Vasudewa kunthumbahakam.
  4. Kesulitan utama adalah dana, karena yang akan terkuras sudah tentu tidak ringan, dimana masa-masa sekarang yang menjadikan problem utama adalah SDM yang jauh ketinggalan dari umat-umat yang lainnya. Dan semestinya pembanguna SDM inilah yang perlu mendapatkan prioritas.
  5. Akan ada suatu tantangan yang sangat signifikan terhadap pembangunan Padma Bhuana dari agama lain, rasa ketidak nyamanan mereka dengan bangkitnya Hindu berupa Padma Bhuana, Jangankan mendirikan yang baru yang sudah adapun mereka ingin diratakan dengan tanah, contohnya candi Borobudur dan candi Prambananan  yang merupakan salah satu keajaiban dunia sehingga untuk antisipasi ini, mereka akan melakukan beberapa hal :
  • Perijinan untuk pendirian pura tidaklah mudah dan dipersulit. 
  • Lokasi akan dipersulit, embarkasi dari berbagai hal sudah pasti. 
  • Gangguan keamanan, contoh pura Lumajang, dll.
KESIMPULAN
Bila ingin mendirikan Padama Bhuana maka segala aspek yang telah ditunjukan di atas seyogyanya patut dipertimbangkan khususnya berkaitan dengan
  1. Sebelum cita-cita pendirian Padma Bhuana perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi stress karena memperjuangkan agama.
  2. Sumber Daya Manusia perlu dipertimbangkan dan ditingkatkan
  3. Lokasi perlu dikaji dan di analysis agar tepat dan tidak bermasalah dengan umat atau penduduk setempat yang ada disekitar pura Padma Bhuana.
  4. Kerukunan internal umat Hindu yang beraneka ragam suku dan budaya  perlu ditingkatkan karena semakin mengalami degradasi.

0 Response to "Siva Tatwa “PADMA BHUANA” (Makalah)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel