Makin Buruk, Ogoh-ogoh di Denpasar Bali Diprotes
Ogoh-ogoh di Denpasar Bali |
HINDUALUKTA-- Untuk melengkapi perayaan hari raya nyepi, masyarakat Hindu
selalu melakukan pawai ogoh-ogoh. Hal ini dilakukan sebagai cerminan
sifat-sifat negatif pada diri manusia (adharma).
Pengarakan ogoh-ogoh dilakukan di berbagai lokasi di sekitar banjar atau
desa, yang melewati jalan-jalan utama sehingga tampak oleh semua warga banjar
yang memiliki suatu makna tersendiri. Kehidupan selalu memiliki elemen yang
positif maupun negatif, hal ini selalu ada di dalam diri manusia, dan jika kita
bijaksana untuk bersedia melihatnya, kita tidak akan menyangkalnya.
Ogoh-ogoh yang dibangun bersama secara swadaya oleh masyarakat banjar,
secara implisit, memberikan ide bagi kita semua untuk bersedia melihat sifat-sifat
negatif dalam diri kita, dan menjadi terbuka akannya, bahwa hal itu bukanlah
hal yang harus ditakuti, namun untuk kita lihat dan amati bersama, sehingga
kita dapat memahaminya.
Selain itu, ogoh-ogoh diarak keliling desa bertujuan agar setan-setan yang
ada di sekitar desa agar ikut bersama ogoh-ogoh, Karena setan setan tersebut
menganggap bahwa ogo-ogoh tersebut merupakan rumaah mereka dan kemudian ikut di
bakar.
Pengarakan ogoh-ogoh dapat kita jumpai di
beberapa daerah yang ada di Indonesia saat Penyambutan hari Raya Nyepi. Seperti
misalnya Blitar, Sulawesi, Kalimantan, Jakarta dan juga Bali yang merupakan
pusatnya.
Pawai ogoh-ogoh biasanya disertai dengan alunan
music daerah seperti gendang atau suara gambelan. Kendati demikian banyak juga yang
menggunakan suara music daerah. Sehingga, seiring dengan perkembangan jaman,
banyak perubahan yang terus terjadi. Contohnya saja yang terjadi di di Denpasar,
Bali.
Pawai Ogoh-ogoh Dempasar Bali |
Pawai Ogoh Ogoh mendapatkan kritikan dari
sejumlah umat. Pasalnya dalam iringan music speakernya lebih besar dari pada
ukuran ogoh-ogohnya. Sehingga suara gamelan khas Bali tidak terdengan. Hal ini
dikatakan oleh Admin Bali Cineplex dalam postinganya.
“Pawai Ogoh Ogoh di Bali khususnya di Denpasar
makin tahun makin buruk saja. Bukan tentang bentuk ogoh ogohnya, tetapi tentang
musik yang mengiringi arakan ogoh ogoh itu sendiri. Semakin banyak anak anak
muda lebih memilih memperbesar SPEAKER daripada ukuran ogoh ogohnya. Semakin
banyak yg lebih memilih menyalakan kencang kencang lagu house music daripada
suara gamelan khas Bali.”
Lebih lanjut dia mengatakan, seharusnya pawai
yang melambangkan sosok yang seram dan menakutkan, justru berubah menjadi musik
seperti pesta.
“Ini perayaan seni budaya Bali apa dugem? Mengubah
jalanan menjadi tempat clubbing. Dimana mana saling serang suara house music.
Ogoh ogoh yg seharusnya menjadi sosok yang seram, menakutkan, berubah menjadi
DJ clubbing.”
Pawai Ogoh-ogoh menggunakan Mobil pick up |
Maka dari itu, dia meminta agar wali kota Denpasar
Bapak Rai Mantra lebih tegas agar hal seperti itu tidak terulang lagi. Pasalnya
wali kota sebelumnya pernah mengumumkan agar tidak ada penggunaan speaker.
Namun tidak tidak ditindaklanjuti.
“Di depan pasar badung, ada mobil pick up mengangkat
ogoh ogoh! Bukan di angkat oleh pemuda pemuda itu sendiri, tapi oleh mobil pick
up dilengkapi speaker super besar. Making ngawur saja! Dibelakang ogoh ogoh
pick up itu ada Ogoh ogoh menggunakan gamelan yang seni nya jadi kehalang gara
gara ulah ogoh ogoh ngawur yang ntah darimana datangnya.
Wali kota Denpasar Bapak Rai Mantra seharusnya lebih
tegas, karena berdasarkan informasi yng, beliau sempat menyuruh adakan sidak
agar tidak ada penggunaan sound system, tapi sayang hanya sebatas Jl. Gunung
Agung. Padahal ogoh ogoh yg menggunakan sound system tidak hanya dari jl.
Gunung agung,” harapnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Arick Rockersholicks
dan Santun Rama, menurutnya hal tersebut sudah sangat jauh dari adat. Bahkan
mereka menyarakan bahwa sebaiknya tidak menggunakan ogoh-ogoh dari pada
menggunakan speaker. Pasalnya itu sudah merubah budaya para leluhur kita.
“Makin jauh dari adat dan istiadatnya..apa ini yang
namnya melestarikan?? Gagal paham. Malu sama leluhur bli bagus, kalo gitu
mending jangan buat ogoh" aja. Percuma buat ogoh" tp. Musik
pengiringnya seperti itu. Rasanya tidak punya rasa malu menampilk. Seharusnya
adat budaya Bali dipelihara n dilestarikan ke Aslianya karena itulah Esensi
Bali yang luarbiasa, memakai house music pengiring Ogoh2 itu benar2 tindakan
yang menghancurkan kekayaan Bali,Sadarlah2 wahai generasi muda Bali.”
0 Response to "Makin Buruk, Ogoh-ogoh di Denpasar Bali Diprotes"
Post a Comment