Bhairawa di Nusantara dan Perkembanganya
HINDUALUKTA-- Bhairawa jika ditinjauh dari sejarah serta cerita yang beredar maka pernah berkembang di Nusantara yakni pada jaman kerajaan Singosari. Pada jaman itu para pengikut Bhairawa melakukan pemujaan terhadap Bhairawa dengan melakukan Pancamakarapuja, versi kiri, yaitu dengan melaksanakan Panca Ma:
1. Mada, yaitu berupacara dengan mabuk-mabukan;
2. Maudra atau menari hingga jatuh pingsan;
3. Mamsa, yaitu makan daging bangkai, mayat dan minum darah;
4. Matsya, yaitu makan ikan sepuas-puasnya;
5. Maithuna, yaitu berpesta sex secara berlebihan.
Kegiatan ini dilakukan di Kuburan atau Setra pada saat tilem atau bulan mati. Pada jaman itu pemujaan terhadap Bhairawa yang dilakukan raja Kertanegara adalah Bhairawa Kalacakra untuk mendapatkan kekuatan atau kesaktian. Hal ini ditujukan untuk melindungi kerajaan dari serangan raja Cina, yaitu Kaisar Khu Bhi Lai Khan yang menganut Bhairawa Heruka. Sedangkan Patih raja Singasari, Kebo Parud menganut Bhairawa Bima guna mengimbangi kekuatan Raja Bali.
Pengertian Dan Asal Usul Bhairawa Atau Bhairawi
Pada jaman tersebut pelaksanaan ajaran Bhairawa lebih banyak bersifat politis untuk mendapatkan kekuasaan, kharisma, kesaktian, agar para penguasa atau para bala pasukan disegani oleh lawannya. Pada jaman raja Dharma Udayana Warmadewa dan Gunapriyadharmapatni merupakan jaman berkembangnya ajaran ini, seperti tentang adanya pemujaan terhadap Bhairawi atau Dewi Durga yang mana pada jaman tersebut pemujaan dilakukan oleh Calon Arang dengan tujuan mendatangkan penyakit di kerajaan Airlangga. (majalahhinduraditya)
Pada jaman tersebut para pengikut Calon Arang melakukan upacara dengan berpesta pora di atas mayat-mayat dengan maksud agar kemauannya dikabulkan oleh Dewi Durga. Sedangkan di Bali terutama pada masa Kebo Parud, kita bisa melihat perjalanannya sejarahnya di daerah Pejeng. Di sana ditemukan arca Bhairawa setinggi 360cm dengan fostur tubuh yang gagah, berdiri diatas tengkorak manusia.
Dilihat dari posisinya, bisa dikatakan bahwa posisi semacam itu merupakan perwujudan Dewa dalam keadaan Krodha atau marah, sehingga orang sering menyebut arca tersebut Siwa Bhairawa. Selain Arca Siwa Bhairawa, di Bali juga ditemukan arca-arca raksasa yang mirip dengan arca Siwa Bhairawa di pura Kebo Edan. Di pura tersebut terdapat banyak arca yang memiliki atribut-atribut seperti pada arca Siwa Bhairawa.
Sisa-Sisa Upacara Bhairawa Zaman Kini di Bali
Sehingga bisa dikatakan bahwa Pura Kebo Edan merupakan salah satu bukti peninggalan tentang jejak Bhairawa di Bali pada abad XIII. Setelah abad XIV perkembangan ajaran Bhairawa semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh karena berkembangnya pola pikir manusia, dan juga banyak ritual-ritual yang dilakukan bertentangan dengan nilai kesopanan manusia, seperti melakukan seks seperti layaknya binatang, makan daging bagaikan harimau, dan lain sebagainya.
0 Response to "Bhairawa di Nusantara dan Perkembanganya"
Post a Comment