Fungsi dan Makna Bunga Dalam Sembahyang Serta Cara Memilih Bunga yang Baik

HINDUALUKTA-- Bunga merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam persembayangan Umat Hindu. Tampa bunga persembayangan bagaikan sayur tampa garam. Bunga dalam Hindu memiliki dua fungsi utama. Yang pertama bunga sebagai simbol Tuhan (Siwa) atau Sang Hyang Widhy Wasa. 

Kemudian yang kedua yakni bunga sebagai sarana persembahan. Bunga sebagai simbul Tuhan diletakkan di ujung cakupan tangan pada saat menyembah dan sesudahnya bunga tersebut diletakkan di atas kepala atau disumpingkan di telinga. Bunga sebagai saranha persembahan maka bunga dipakai mengisi sesajen.

Bunga perlambang ketulus ikhlasan dan kesucian hati untuk menghadap pada sang pencipta. Dari bunga, daun, buah-buahan serta isi bumi lainnya menurut tatwa agama dibuatlah rangkaian yang me-ngandung filosopi tinggi yang dinama-kan canang.

Unsur pokok pembentuk canang adalah: Porosan bahan dasarnya pinang kapur dan sirih inilah simbolis Tri Murti karena kehidupan manusia terkait dengan unsur ini.
Bila diartikan lebih mendalam makna banten canang adalah: 

1. Sebagai simbul perjuangan manusia yang selalu mohon petunjuk dan bantuan dari Ida Sanghyang Widhi.
2. Menumbuhkan pikiran yang jernih serta tulus, karena pikiran merupakan sumber segalanya tercermin dari frint out yang berupa perbuatan dan perkataan.

Bunga sebagai lambang Makna, hal ini tampak jelas dalam kekawin Ramayana ketika Rama berperang melawan Rahwana. Para dewa berpihak pada Sang Rama dengan menghujani bunga yang harum baunya. Dalam kitab Surya Sewana yang merupakan kitab pagelaran sang Pandita, ketika akan membuat Tirtha, bunga sebagai lambang Dewi Gangga dewanya tirtha. Bunga sebagai lambang keprawiraan. Lontar dasa Nama menyebutkan para prajurit atau mahapatih dalam penokohan kesenian Bali selalu memakai kembang sepatu yang memancar gagah berani bergelar Wira Kusuma.

Dalam Kekawin Negara Kerthagama dijelaskan bunga dipakai Upacara Saradha yaitu upacara penyucian Roh Leluhur tahap kedua di Bali disebut Puspa Lingga. Tahap pertama dinamakan Puspa Sarira yang artinya berbadan bunga. Inilah yang dibakar sebagai simbul badan manusia. Tujuannya agar jiwatman bisa menyatu ke alam Ketuhanan yang dinamakan Mur Amungsi Maring Siwa Buda Loka.

Dalam kitab suci umat Hindu, Bhagavadgita bab.IX sloka 26, disebutkan unsure-unsur pokok persembahan yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah bunga, di samping daun, air dan buah-buahan.

Pattram puspam phalam puspam phalam toyam
Yome bhaktya prayaccati
Tad aham bhaktyu pakrtam
Asnami prayatat asnamah.

Artinya:

Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan padaKu daun, bunga, buah-buahan atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci, Aku terima.

Dari penjelasan Sri Kresna sebagai Awatara Wisnu mengenai unsure-unsur pokok dari lambang persembahyangan itulah berkembang menjadi bentuk sesajen, yang didasari oleh kesucian dan keikhlasan hati serta cinta kasih. Dasar inilah yang dikembangkan oleh para Rsi dan para ahli agama serta para seniman agama untuk mewujudkan berbagai Tattwa Agama ke dalam bentuk-bentuk upakara. 

Dari yang berbentuk amat sedehana hingga yang berbentuk besar dan megah penuh arti. Inilah yang dimaksudkan dengan persembahyangan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan atau dengan kata lain, membuat sesajen atau upakara tidak boleh sembarangan, asal megah dan meriah saja, tapi harus diwujudkan berdasarkan sastra (ilmu pengetahuan) bersangkutan yang telah dikembangkan.

Kendati demikian Fungsi bunga berbeda beda tidak setiap bunga bisa dipakai sebagai sarana persembahyangan. Untuk bunga yang paling baik menurut ajaran agama dan multi guna adalah bunga Teratai. Bunga ini akarnya di lumpur daunnya di air dan bunganya membujur di udara.

Bunga Yang Baik Untuk Persembayangan

Bunga yang baik untuk sipersembahkan saat melakukan sembayang yakni bunga yang segar, bersih dan harum. Dalam kutipan artikel kramaning sembah dalam parisada, ada beberapa bunga yang tidak baik untuk sembahyang, menurut Agastyaparwa, bungabunga tersebut seperti berikut:

Nihan Ikang kembang yogya pujakena ring bhatara:

kembang uleran,
kembang ruru tan inunduh,
kembang laywan,
laywan ngaranya alewas mekar,
kembang munggah ring sema,
Nahan talwir ning kembang tan yogya pujakena de nika sang satwika.
Artinya: Inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada Bhatara,
bunga yang berulat,
bunga yang gugur tanpa digoncang,
bunga­bunga yang berisi semut,
bunga yang layu, yaitu bunga yang lewat masa mekarnya, dan
bunga yang tumbuh di kuburan.
Itulah jenis­jenis bunga yang tidak patut dipersembahkan oleh orang yang baik­baik yang juga dalam penjelasan lontar Kunti Yadnya, Bunga Mitir dinyatakan tidak patut
dipersembahkan sebagai sarana upacara Dewa Yadnya.
Sebagai tambahan, untuk Mantram Penyucian Bunga, disebutkan : “Om puspa dantà ya namah swàha”, artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.Dalam pengembangan aspek relegi pertamanan tradisional Bali, dijelaskan beberapa jenis bunga yang baik dipakai dalam persembahyangan sesuai dengan warna dari masingmasing Dewa yang disesuaikan dengan warna bunga yang dipilih sesuai dengan Asta Dala dan baunya harum seperti :
  1. Dewa Wisnu : bunga kenanga atau teleng,
  2. Dewa Brahma : bunga mawar merah, teratai biru, bunga soka, kenyeri, kembang
  3. kertas merah,
  4. Dewa Iswara : bunga teratai putih, jepun atau kamboja petak (putih), cempaka putih.
  5. Dewa Mahadewa : bunga teratai kuning, cempaka kuning, kembang kuning atau
  6. alamanda.
Nah demikian fungsi makna dan juga cara memili bunga yang baik untuk sembayang semoga bermanfaat.

0 Response to "Fungsi dan Makna Bunga Dalam Sembahyang Serta Cara Memilih Bunga yang Baik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel