Pengertian Puasa (Brata) Ekadasi dan Manfaatnya
HINDUALUKTA-- Masih cukup banyak umat Hindu yang tidak mengenal puasa atau Barata. Padahal dalam Veda sendiri terdapat banyak dibahas mengenai Brata (puasa dalam Hindu). Hal ini dikarenakan pada dahulu kala Barata memang sering dikaitkan dengan pencarian kesaktian. Pasalnya dahulu orang yang berpuasa merupakan orang-orang yang mencari ilmu kesaktian.
Padahal Brata merupakan salah satu kewajiban bagi umat Hindu. Dalam Veda sendiri terdapat banyak aturan-aturan yang membahas tentang Brata dan jenis-jenisnya. Brata tidak hanya sekedar latihan pengendalian diri, tetapi juga ditujukan untuk memperingati momen-momen tertentu. Bahkan menurut beberapa sumber, pada dasarnya Brata menurut Veda juga menghasilkan phala (buah perbuatan) tertentu yang meskipun dalam banyak sloka-sloka Veda selalu ditegaskan bahwa kita tidak boleh terikat pada hasil tersebut. Seperti misalnya dalam kakawin Arjuna Wiwaha yang mengatakan:
Padahal Brata merupakan salah satu kewajiban bagi umat Hindu. Dalam Veda sendiri terdapat banyak aturan-aturan yang membahas tentang Brata dan jenis-jenisnya. Brata tidak hanya sekedar latihan pengendalian diri, tetapi juga ditujukan untuk memperingati momen-momen tertentu. Bahkan menurut beberapa sumber, pada dasarnya Brata menurut Veda juga menghasilkan phala (buah perbuatan) tertentu yang meskipun dalam banyak sloka-sloka Veda selalu ditegaskan bahwa kita tidak boleh terikat pada hasil tersebut. Seperti misalnya dalam kakawin Arjuna Wiwaha yang mengatakan:
"Hana mara janma tan pamihutang brata-yoga-tapa-samadi angetul aminta wiryya suka ning Widhi sahasaika, binalikaken purih nika lewih tinemuiya lara, sinakitaning rajah tamah inandehaning prihatin"
Artinya:
Ada orang yang tidak pernah melaksanakan brata-yoga-tapa-samadi, dengan lancang ia memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia menemui penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara murka/ambisius) dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati. Tegasnya, bila ada orang yang tidak pernah menggelar brata-yoga-tapa-samadi lalu memohon sesuatu kepada Hyang Widhi maka permohonannya itu akan ditolak bahkan akan mendatangkan penderitaan baginya. Yang dimaksud dengan brata adalah mengekang hawa nafsu pancaindra, yoga adalah tepekur merenungi kebesaran Hyang Widhi; tapa adalah pengendalian diri; samadi adalah mengosongkan pikiran dan penyerahan diri total sepenuhnya pada kehendak Hyang Widhi.
Brata yang saat ini kerap diterapkan oleh umat Hindu yakni Brata Ekadasi. Ekadasi berasal dari kata Eka dan Dasi. Eka berarti satu dan Dasa/dasi berarti sepuluh. Brata Ekadasi ini merupakan Brata yang dilakukan pada hari sebelas dihitung mulai dari sehari setelah bulan purnama atau bulan mati sebagai hari yang pertama dan lusa dihitung sebagai hari yang ke dua dan seterusnya hingga hari ke sebelas.
Brata ekadasi ini dinilai salah satu Brata dalam agama Hindu yang paling keramat. Brata Ekadasi ini dipercaya dapat menghilangkan semua dosa dan kebodohan dalam diri manusia sekaligus merubah nasib hidupnya, bahkan dapat meningkatkan kekuatan batin, hingga ke tingkat yang paling tinggi yakni tingkatan bhakti kepada Tuhan. Menurut Candrawati dalam bukunya yang berjudul “Ekadasi bimbingan rohani Hindu dalam berpuasa”, Brata Ekadasi sendiri terdiri dari 26 jenis.
Adapun jenis-jenis Brata Ekadasi tersebut antara lain;
- Utpanna,
- Moksada,
- Saphala,
- Putrada,
- Sat-tila,
- Jaya,
- Vijaya,
- Amalaki,
- Papamocani,
- Kamada,
- Varutini,
- Mohini,
- Apara,
- Nirjala,
- Yogini,
- Padma,
- Kamika,
- Putrada,
- Aja,
- Parivartini,
- Indira,
- Papangkusa,
- Rama,
- Haribodini,
- Padmini,
- Parama.
Brata Ekadasi dilakukan mulai jam 00.00 dan baru berakhir pada hari berikutnya kira-kira setelah sembahyang pagi saat Brahma Muhurta yang waktunya tidak tentu dan sesuai dengan perhitungan Jyotisa (Astronomi Veda). Jadi waktu Brata Ekadasi rata-rata adalah 30 jam lebih.
Bagi mereka yang tidak kuat menahan lapar atau mungkin karena alasan tertentu dapat melakukan Brata Ekadasi dengan berpantang memakan biji-bijian. Jadi hanya dapat memakan buah-buahan atau umbi-umbian. Namun pada saat Nirjala Ekadasi, semua penganut Veda dianjurkan untuk melakukan Brata total, tidak makan dan minum sama sekali.
Bagi mereka yang tidak kuat menahan lapar atau mungkin karena alasan tertentu dapat melakukan Brata Ekadasi dengan berpantang memakan biji-bijian. Jadi hanya dapat memakan buah-buahan atau umbi-umbian. Namun pada saat Nirjala Ekadasi, semua penganut Veda dianjurkan untuk melakukan Brata total, tidak makan dan minum sama sekali.
Dalam satu bulan terdapat 2 hari Ekadasi dan juga 1 atau 2 jadwal Brata selain Ekadasi dalam rangka memperingati kemunculan Avatara, Rsi/guru kerohanian, atau even-even yang lainnya. Jadi paling tidak umat Hindu seharusnya melakukan Brata paling tidak 3 kali dalam satu bulan.
Brata secara teratur 2-4 kali sebulan ternyata memberikan efek yang sangat positif bagi kesehatan tubuh manusia. Karena sel tubuh selalu mengalami siklus pembelahan dan regenerasi, maka Brata yang teratur dapat membantu menghilangkan sel-sel yang rusak dan lemah di dalam tubuh. Sel-sel rusak akan “termakan” dan dirubah menjadi sumber energi disaat tidak adanya asupan energi dari makanan. Sehingga dengan adanya regenerasi yang baik pada sel-sel dalam tubuh kita, maka kemungkinan adanya risiko tumbuhnya sel tumor atau kanker dapat ditekan.
Brata yang teratur 2-4 kali dalam sebulan juga dapat menekan mal-Kolesterol di dalam tubuh, sehingga kemungkinan munculnya penyakit jantung koroner dan struk akibat penyempitan pembuluh darah, pembengkakan jantung dan otak dapat dikurangi. Selain itu masih terdapat banyak hasil-hasil penelitian secara ilmiah yang telah mengungkapkan manfaat Brata secara teratur ini.
Dengan melakukan aturan Brata ini, anda akan mendapatkan manfaat rohani sebagaimana yang dijelaskan dalam buku yang saya kutip di atas dan sekaligus mendapatkan tubuh yang sehat. Jadi, kenapa kita tidak mencoba menerapkan Brata Ekadasi ini secara teratur dari sekarang?
Dengan melakukan aturan Brata ini, anda akan mendapatkan manfaat rohani sebagaimana yang dijelaskan dalam buku yang saya kutip di atas dan sekaligus mendapatkan tubuh yang sehat. Jadi, kenapa kita tidak mencoba menerapkan Brata Ekadasi ini secara teratur dari sekarang?
Ketika akan mulai Brata sucikan dahulu badan dan rohani dengan upacara majaya-jaya (jika dipimpin pandita) atau maprayascita jika dilakukan sendiri. Setelah itu haturkan banten tegteg daksina peras ajuman untuk menstanakan Hyang Widhi yang dimohon menyaksikan Brata kita.
Mantram :
Om Trayambakan ya jamahe sugandim pushti wardanam,
urwaru kam jwa bandanat, mrityor muksya mamritat,
Om ayu werdi yasa werdi, werdi pradnyan suka sriam,
dharma santana werdisyat santute sapta werdayah,
Om yawan meraustitho dewam yawad gangga mahitale candrarko gagane yawat, tawad wa wiyayi bhawet.
Om dirgayuastu tatastu astu,
Om awignamastu tatastu astu,
Om subhamastu tatastu astu,
Om sukham bawantu,
Om sriam bawantu,
Om purnam bawantu,
Om ksama sampurna ya namah,
Om hrang hring sah parama siwa aditya ya namah swaha.
Artinya :
"Ya, Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, hindarkanlah hamba dari perbuatan dosa dan bebaskanlah hamba dari marabahaya dan maut karena hanya kepada-Mu-lah hamba pasrahkan kehidupan ini, tiada yang lain.
Semoga Hyang Widhi melimpahkan kebaikan, umur panjang, kepandaian, kesenangan, kebahagiaan, jalan menuju dharma dan perolehan keturunan, semuanya adalah tujuh pertambahan. Selama Iswara bersemayam di puncak Mahameru (selama Gunung Himalaya tegak berdiri), selama Sungai Gangga mengalir di dunia ini, selama matahari dan bulan berada di angkasa, semoga selama itu hamba sujud kepada-Mu, ya Hyang Widhi."
TUTUP UPAWASA YANG BAIK
Bagaimana cara menutup upawasa yang baik? Dalam buku Filsafat Vegetarian (Ananda Marga) disebutkan untuk menutupnya didahului dengan minum segelas air bercampur air jeruk nipis. Setengah jam kemudian diikuti dengan makan pisang. Tetapi pisangnya tidak dikunyah halus, melainkan hanya dipotong potong dengan gigi kemudian ditelan. Adakah cara lain?
Cara paling baik menutup Upawasa adalah dengan cara minum air pada detik yang tepat penutupan Upawasa. Penutupan Upawasa dengan air dianjurkan mengingat dalam tradisi Veda, air diyakini berfungsi sebagai jalan tengah, tutup Brata atau pun tidak. Ceritanya, ketika Maharaja Ambrisha kedatangan rombongan Resi Durwasa, Maharaja Ambrisha sedang melaksanakan Upawasa. Sebelum dijamu makan, Resi Durwasa mengatakan akan mandi dulu ke sungai dan akan balik setelah mandi.
Pada detik Maharaja Ambrisha harus membuka Brata Resi Durwasa belum juga datang. Akhirnya, atas anjuran pada pendeta penasihat kerajaan, Maharaja Ambrisha meminum air untuk menutup Bratanya. Tetapi, meminum air juga dianggap tidak makan, sehingga Maharaja Ambrisha juga terbebas dari kesalahan makan sebelum tamu (Resi Durwasa) disuguhkan makanan.
Cara paling baik menutup Upawasa adalah dengan cara minum air pada detik yang tepat penutupan Upawasa. Penutupan Upawasa dengan air dianjurkan mengingat dalam tradisi Veda, air diyakini berfungsi sebagai jalan tengah, tutup Brata atau pun tidak. Ceritanya, ketika Maharaja Ambrisha kedatangan rombongan Resi Durwasa, Maharaja Ambrisha sedang melaksanakan Upawasa. Sebelum dijamu makan, Resi Durwasa mengatakan akan mandi dulu ke sungai dan akan balik setelah mandi.
Pada detik Maharaja Ambrisha harus membuka Brata Resi Durwasa belum juga datang. Akhirnya, atas anjuran pada pendeta penasihat kerajaan, Maharaja Ambrisha meminum air untuk menutup Bratanya. Tetapi, meminum air juga dianggap tidak makan, sehingga Maharaja Ambrisha juga terbebas dari kesalahan makan sebelum tamu (Resi Durwasa) disuguhkan makanan.
Adapula yang memilih penutupan dengan juice. Prinsipnya, kita tidak membuat sang perut “kaget” dengan makanan agak keras, jadi pilihan adalah minum air atau juice. 10-15 menit kemudia bisa dilanjutkan dengan makanan, yang juga diusahakan makanan yang lembut, tidak keras, tidak panas/pedas.
0 Response to "Pengertian Puasa (Brata) Ekadasi dan Manfaatnya"
Post a Comment