Teori tentang Brahman, Atman dan Kosmologi dalam Vedanta Darsana Filsafat Hindu

HINDUALUKTA-- Pembahasan tentang Brahman, Atman dan kosmologi Hindu merupakan topik yang selalu menarik dan tak pernah lapuk oleh waktu.  Bicara mengenai 3 hal ini adalah bicara tentang keyakinan.  Banyak filsuf yang membicarakan ini.  Dalam Hindu dikenal 6 aliran filsafat Hindu (Sad Darsana), yaitu Nyaya, Vaisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Vedanta Darsana.  Untuk pembahasan dalam artikel ini penulis menggunakan pemahaman Vedanta, khususnya cabang Advaita.

Pemilihan Advaita Vedanta sebagai dasar pembahasan karena aliran ini mengakui otoritas Veda, dan literaturnya Upanisad, Brahmasutra dan Bhagavadgita.

1. Brahman 
 
Menurut Advaita Vedanta, Brahman adalah Yang Mutlak, sebagai satu-satunya Realitas dan menolak atau tidak mengakui realitas permanen dari dunia dan juga kepada jiwa-jiwa individu.  Brahman adalah satu-satunya realitas, Brahma Satyam (Realitas tertinggi).

Brahman Yang Satu, tanpa yang kedua, Realitas yang tidak terbagi tetap tampak terbagi dalam jiwa-jiwa atau makhluk pada satu sisi atau obyek yang tak terhitung banyaknya.  Hal ini disebabkan karena avidya atau ketidak-tahuan.  Avidya menyebabkan atman yang satu tampak sebagai banyak jiwa dan adalah maya yang menyebabkan dunia fenomena ini.  Maya dan avidya dalam level kosmik.

Brahman atau Atman, adalah sat-cit-ananda (kebenaran atau keberadaan, kesadaran, dan kebahagiaan).  Secara tidak dapat dijelaskan terlibat dalam komplek-tubuh-pikiran, keterlibatan ini disebabkan karena avidya.  Karena asal mula dari keterlibatan ini tidak dapat dijelaskan secara logis dan memuaskan, avidya dinyatakan tanpa awal (anadi).  Atman yang terlibat disebut jiwa.

Sankara merumuskan filsafat Advaita dalam kalimat terkenal: Brahma satyam jagan mithya jivo b’rahmaiva  na’parah, yang artinya Brahman adalah nyata, dunia adalah ilusi, jiwa tidak berbeda dari Brahman (Ngakan Putu Putra, 2014: 117).  

Menurut Ngakan Putu Putra, secara literatur, Brahman berarti ‘itu yang besar dan agung’.  Brahman juga berarti Veda, kidung pujaan, seorang pandita, seorang Brahmana, tapa, Tuhan Pencipta, Jiwa tertinggi atau Yang Mutlak.  Dalam ajaran Advaita Vedanta, Brahman sering disebut dengan Jiwa tertinggi atau Yang Mutlak.

Brahman tidak berkaitan dengan ruang meskipun ada di mana-mana.  IA bukan sesuatu apa pun, IA tidak mempunyai hubungan ruang dengan lainnya.  Brahman tidak terikat dengan ruang, dan juga waktu.  Kalau kita berbicara tentang sesuatu maka kita menjelaskan sesuatu yang terbatas.  Brahman mempunyai sifat yang tidak terbatas jadi sebaiknya tidak menjelaskan Brahman.  Brahman sebagai ada dan non ada.

Brahman/Tuhan adalah Yang Mutlak, bukan kosong tetapi nyata dan tidak tergantung pada apa pun.  Tidak perlu apa pun dari luar dirinya sendiri, karena bila memerlukan sesuatu dari luar dirinya, kemudian ada (sat) dan mencakup non ada (asat).

Tuhan disebut dengan Isvara, pencipta dan penguasa alam semesta.  Tuhan, Yang Mutlak, adalah unik, berbeda dengan isi alam ini..  Tuhan diberi predikat negatif neti-neti (bukan ini, bukan itu).  Walaupun demikian Tuhan meliputi seluruh dunia.
 
2. Atman

Bagian kalimat Adi Sankara ke-3 adalah jivo b’rahmaiva na’parah, yang artinya jiwa tidak berbeda dari Brahman.  Atman sama dengan Brahman.  Hal ini tercermin dalam ucapan agung dari Upanisad  Tat tvam asi, itu adalah engkau; aham bramasmi, aku adalah Brahman.  Konsekwensi dari ini adalah seseorang tidak melihat apa pun dari lainnya, tidak ada pemisahan atau perbedaan.

Atman sebagai jiwa individu tidak terpisah dengan Brahman.  Hubungan ini dianalogikan sebagai sungai-sungai yang mengalir ke dalam samudera dimana akan hilang nama dan bentuknya menjadi samudera.  

Jiwa adalah atman yang telah mendapatkan tambahan-tambahan yang membuatnya jadi terbatas (upadhi).  Jiwa adalah penikmat hasilnya, sedangkan atman adalah pesaksi.  Jiwa tidak memiliki kesederhanaan, ia dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari indera dan pikirannya.  Atman adalah percikan dari Brahman, ia tidak lahir dan tidak mati, ia tidak dapat dihancurkan.  Ketika jiwa terbebas dari selimut Panca Maya Kosa, maka jiwa kembali ke keadaan aslinya, Atman yang Brahman.
 
3. Kosmologi (Penciptaan dan Pralaya Alam Semesta)

Kalimat Adi Sankara bagian kedua adalah jagan mithya.  Jagan berasal dari kata jagat, artinya dunia, kosmos. Mithya artinya tidak nyata.  Jadi jagan mithya adalah dunia atau alam semesta yang tidak nyata.  Pendapat ini sangat berbeda dengan kenyataan yang kita alami.  Kita hidup berdiri di atas tanah, siang hari kita tersengat sinar matahari.  Ada kematian dan kelahiran.

Menurut Advaita Vedanta, alam semesta ini adalah manifestasi dari ilusi (tipuan, dibuat-buat).  Alam semesta tidak nyata.  Ia tidak dapat berfungsi tanpa Brahman/Atman.  Menurut Śaṇkara, dunia atau Alam Semesta tidak boleh dijelaskan dengan kepastian kerana ia sentiasa berubah. Dunia tidak boleh dikatakan sebagai wujud atau tidak. Sesuatu yang benar-benar wujud tidak boleh kemudian menjadi tidak berwujud. Namun, suatu saat, ia bisa musnah, dan sesuatu yang baru lahir. Jadi, dunia wujud dan pada masa yang sama dunia tidak wujud. Alam Semesta ini bersifat Maya. 

0 Response to "Teori tentang Brahman, Atman dan Kosmologi dalam Vedanta Darsana Filsafat Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel