Waspada! Ini Dia Model Missionaris Masuk Bali

HINDUALUKTA-- Sungguh sangat luar biasa. Itu yang dapat saya katakan bagi "Para Missionaris" yang saat ini tengah menyerbu Bali. Mereka dengan lembut menggempur daerah yang akrab dikenal sebagai Pulau Dewata tersebut.

Mereka memiliki cara yang sangat unik dalam mengkristenisasi masyarakat Hindu Bali. Yaitu dengan modus Mendoakan, Memberi Sumbangan, Menyama-nyamakan, Mengganti Nama Tuhan dan Meruba Pola Berpakaian. Dalam artikel Kali ini Hindu Alukta akan membahas satu per satu Modus Missionaris di Bali. Berikut Ulasanya:

1. Mendoakan

Modus mendoakan adalah salah satu cara Missionaris untuk mendapatkan penghargaan "Emas" di mata masyarakat Hindu. Saya katakan penghargaan Emas, sebab dengan cara ini, Para Missionaris mampu memberi pandangan berbeda terhadap masyarakat yang di doakan.

Mereka memilih modus Medoakan dengan cara mengunjungi orang sakit. Setelah mendapatkan target, Tentunya, Akan Muncul pandangan berbeda dari Pasien yang di Doakan, seperti misalnya merasa mendapat Perhatian, Toleransi dan bahkan akan ada rasa Utang Budi bagi Pasien. Apalagi jika pasien sembuh. Dengan demikian, mereka dengan mudah menarik target. Apalagi kalau targetnya masyarakat yang kurang Srada dan pemahaman tentang Agama Hindu.

2. Memberi Sumbangan

Modus kedua yang sering dilakukan oleh Para Missionaris adalah memberi sumbangan. Target mereka adalah masyarakat yang memiliki latar ekonomi yang kurang baik/buruk. Mereka biasanya memberi sumbangan dengan modus kwatir dengan apa yang dialami target. Biasanya, ketika memberi sumbangan pertama masih menggunakan kata-kata yang sangat manis, dan seterusnya akan disertai dengan bumbu-bumbu yang manis.

Bagi masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi kurang. Tentunya sangat mudah tertarik. Meskipun gak semuanya. Tetapi pada kenyataannya modus ini sangat banyak dilakukan oleh para Missionaris.

3. Menyama-Nyamakan

Foto Keepo: Tempat pemujaan Yesus yang desainnya mirip seperti merajan versi Hindu Bali
Nah, modus ketiga yang Hindualukta Himpun yakni dengan cara menyama-nyamakan. Biasanya modus ini dilakukan dengan cara sistematis karena butuh waktu yang lama, yakni dengan cara membuat rumah ibadah mirip dengan Pura. Biasanya, pada awalnya rumah Ibadah yang dibangun disertai dengan simbol-simbol sama dengan daerah yang ditempati.

Dengan adanya simbol-simbol tersebut, Otomatis bagi masyarakat yang memiliki pendidikan rendah, akan memandang bahwa ajaran kita sama. Maka dengan demikian, sangat mudah untuk menarik sang target. Boleh dikata, dikasih bumbu dikit, langsung goalll..

4. Mengganti Nama Tuhan

Masih hangat ditelingah saya kata "Sang Hyang Yesus". Kata ini sangat-sangat dipaksakan menurut saya. Sebab, setahu saya Agama Kristen tidak mengenal kata sebutan "Sang Hyang Yesus". Dan tidak ada dalam Alkitab, dan kalau ada saya bilang itu tambahan untuk mengkristenisasi umat Hindu. Sebab, saya selaku penulis pernah belajar agama Kristen selama tiga tahun.

Pemberian gelar Sang Hyang Yesus di Bali, merupakan bukti nyata upaya mengkristenisasi umat Hindu. Sebab Sang Hyang Widi hanya digunakan oleh masyarakat Hindu Bali. Upaya pemberian gelar Sang Hyang Yesus mirip dengan sebutan Tuhan umat Hindu "Sang Hyang Widi Wasa" adalah salah satu cara untuk melakukan konversi agama yang pernah dikatakan oleh Psikolo Thomas E O'dea yang mengatakan bahwa salah satu cara dilakukan Missionaris untuk mengkonversi Agama adala "Menyama-nyamakan Tuhannya. Dengan Demikian Target Akan mudah merubah pandanganya terhadap agama tertentu.

5. Menyamakan Pola Berpakaian

Model lain yang sering digunakan oleh para Missionaris yaitu dengan cara "Menyamakan Pola Berpakaian". Pola ini di nilai sangat ampuh untuk menarik target. Pasalnya, dengan memasuki suatu Budaya dan adat, seseorang akan dengan mudah mengikuti pola kehidupan yang kita terapkan.
Umat Katolik merayakan misa natal dengan pakaian adat Bali
Model Missionaris dengan cara Menyamakan Pola Berpakaian ini sangat mirip dengan cara "Walisongo" menyebarkan Islam di Indonesia, yaitu dengan memanfaatkan pola kehidupan masyarakat. Seperti misalnya, Usai sembayang, dipercikin tirta, menggunakan pakaian Adat Bali ke Gereja, Menggunakan Udeng, dan menggunakan sanggul bagi Wanita (dikutif dalam Facebook Hindu Bali "Misionaris Tembus Benteng Terakhir Orang Bali".)

Dari kelima cara diatas, sering kita temui di dalam masyarakat Bali. Namun hal tersebut, sering dianggap hal biasa. Padahal, cara ini merupakan hal yang paling ampuh untuk merubah pola pikir seseorang dalam memandang agamanya.

Penyebab Konversi Agama

Menurut paradigma psikologi, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan agama bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari (Darajat, 2005).

Dosen Psikologi Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta, Lila Murti mengatakan proses konversi agama terjadi karena beberapa faktor seperti kejiwaan, Ketidakpuasan atas system adat dan agama, Krisis individu, Ekonomi dan lingkungan sosial, Pengaruh ilmu kebatinan, Kehausan rohani dan janji keselamatan, Keretakan keluarga dan urbanisasi, Perkawinan beda agama, Kegiatan penginjilan yang agresif, dan Lemahnya pemahaman teologi (Brahmavidya), serta Ajakan dari orang terdekat.

Menurutnya, proses konversi agama terjadi dalam lima tahap yakni Masa tenang, Masa Ketidaktenangan, Masa Konversi, Masa tenang dan Masa ekspresi konversi.

Konversi agama, pada awalnya paling banyak terjadi karena adanya masalah ekonomi, dimana seseorang mencari penyelesaian dari masalah yang dihadapi. Seperti misalnya karena tidak memiliki uang, tiba-tiba ada sumbangan dari orang beda agama, sehingga muncul pandangan lain dengan agama yang dianut dan memilih pindah agama.

Bukti Konversi Agama di Bali

Bukti Nyata Missionaris di Bali sangat banyak kita jumpai di dalam kehidupan masyarakat. Namun pergerakan mereka sangat lembut. Hal ini sama dengan yang sebelumnya saya pernah bahas yakni menggunakan modus toleran yang kemudian disertai dengan bumbu-bumbu manis.

Beberapa bukti pergerakan Missionaris yang pernah terjadi di Bali adalah sebagai berikut:

1. Modus Mendoakan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali

Dalam Kiriman yang di kirim Kantha Adnyana dalam Grup Forum Diskusi Jaringan Hindu Nusantara mengatakan bahwa telah terjadi pergerakan Missionaris di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali. Modus yang dilakukan yakni dengan cara mendatangi pasien dengan kedok mendoakan. Setelah itu mereka memberi buku-buku dengan penggunaan nama Tuhan "Hyang Widi Yesus".

2. Perayaan Paskah di Bali

Pada saat peryaan Paskah di Bali hampir semua yang ke gereja memakai pakaian adat Bali (mungkin semuanya orang Bali), yang wanita lengkap dengan sanggul dan yang laki-laki baik anak-anak maupun laki-laki dewasa lengkap dengan destar (udeng) tampak persis ketika umat Hindu Bali sembahyang ke Pure. Yang menarik juga dari tayangan tersebut adalah para biarawati yang lengkap dengan pakaian khas mereka memberikan dan memercikan air kepada para jemaatnya yang secara satu persatu berbaris mendekati para biarawati ibaratnya para pemangku memercikan Amertha.

Dan yang paling menarik adalah selain merayakan paskah di gereja para orang Bali Kristen tersebut di rumah masing-masing melakukan persembahyangan penghormatan kepada para leluhur dengan sarana banten gebogan dan sesajen namun dilengkapi dengan patung bunda Maria dan Yesus. Cara sembahyangnyapun ada yang mencakupkan tangan di dahi ada yang di dada. (Reff Hindu Bali)

Perayaan dengan Cara menyama-nyamakan ini merupakan salah satu buktinyata bahwa ada Misionaris di Bali.  Karena pada awalnya konversi agama paling mudah dilakukan yakni dengan mencampur aduk keyakinan dengan budaya. Seperti misalnya ketika anda mencampur antara kacang panjang dan buncis. Tentunya anda akan memandang bahwa itu sama-sama kacang. Tetapi anda tidak sadar bahwa Buncis dan kacang Panjang Jauh berbeda.

Baca: Sejatihnya Jawa Tidak Pernah Iklas Menerima Islam?

Sama halnya yang terjadi di BaliPada Awalnya orang memandang Bahwa Agama itu Sama, karena pas masuk ke gereja, eh ternyata ada juga pemercikan tirta. Sehingga kita menganggap bahwa agama kita sama. Namun pada kenyataannya sangat berbeda.

3. Gereja Di Bingkai dengan Model Pura

Buktinyata yang ketiga adalah pembuatan rumah Ibadah yang mirip dengan Pura. Sehingga orang-orang menganggap bahwa Hindu dan Kristen sama. Padahal ini sangat berbeda. Hal ini mengingatkan saya pada cerita teman-teman dari suku Toraja yang mengatakan Missionaris di Toraja sangat agresif. Pasalnya hanya dalam beberapa Tahun, penganut kristen di Toraja langsung membludak dengan cara menyama-nyamakan keyakinan.
Dia menceritakan, saat ini terhitung 100 Tahun injil masuk Toraja. Dimana pada awalnya mereka menyama-nyamakn Tradisi dan Agama.  Seperti misalnya, pada acara kematian. Mereka memasukkan maya dalam peti, dengan alasan bahwa agar terlihat lebih bagus dan mudah. Setelah itu, para missionaris kemudian membuat bingkai dilengkapi dengan salip. Akhirnya sampai sekarang hal tersebut terus dilakukan masyarakat. Padahal pada keyakinan Masyarakat Toraja, tidak boleh memasukkan mayat ke Peti.

Catatan:

1. Sebenarnya bahaya laten yang seolah tidak kelihatan tapi jauh lebih berbahaya adalah upaya-upaya sistematis orang-orang Kristen untuk menjadikan seluruh penduduk Bali menjadi pengikut Yesus (menjadi Kristen) dan saat ini pun masih berjalan terus. Penampilan fisik yang sama dengan pura, memakai upacara mirip “Hindu Bali” bisa menyesatkan orang-orang Bali beragama yang umumnya lugu dan toleran. Lebih lagi bila sebutan tuhan yang disembah di “Pura Gereja” ini dimirip-miripkan dengan Tuhan orang Hindu Bali, misalnya Sang Hyang Yesus, Sang Hyang Allah Aji, Ratu Biang Maria, misalnya.  Majalah Media Hindu, (edisi November 2011)

2. Jika dicermati, sesungguhnya apa yang dilakukan oleh umat Kristen di Bali adalah keliru. Sebab dalam aturan yang disepakati oleh lembaga-lembaga agama dan pemerintah telah ditentukan tidak boleh mengambil tatanan ibadah dari agama lain. Karena itu orang Kristen di Bali mestinya tidak mengambil simbol-simbol keagamaan Hindu. Karena itu budaya agama Hindu itu 100% tidak boleh digunakan oleh orang Kristen. (Reff Membedah Kasus Konversi Agama di Bali,Hal. 55 dan 260)

3. Kitab kaum Kristen baik Perjanjian Lama (bahasa aslinya Ibrani) dan Perjanjian Baru (bahasa aslinya Yunani Kuno) tidak pernah menyebut nama Tuhan. Sehingga tidak etis jika mereka mengatakan bahwa Tuhan Hindu sama dengan Tuhan Kristen apalagi jika mereka menyebut nama Tuhan dengan sebutan Sang Hyang Yesus, Sang Hyang Allah Aji dan Ratu Biang Maria.


4. Dalam Penjelasan Lembaga Alkitab Indonesia, tertanggal 21 Januari 1999, ditandantangani oleh Sekretaris Umumnya, Supardan, kata Allah di Indonesia mulai digunakan sejak abad ke-16. Tentu, ini juga untuk tujuan Misi, karena kaum Muslim di wilayah ini sudah menyebut Tuhan dengan nama Allah, sesuai dengan yang tercantum dalam Kitab Suci al-Quran. Kaum Kristen yang menyebarkan agama di wilayah Nusantara adalah Kristen Barat yang tidak punya nama Tuhan.

Nah demikian artikel ini semoga bermanfaat.

Reff:

Media Hindu
Faceboool
Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ramayulis. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia


1 Response to "Waspada! Ini Dia Model Missionaris Masuk Bali"

  1. Aneh, kenapa penulis anonim? Kenapa penulis juga gk membawa fakta bahwa Kekristenan awal ada di bangsa Yahudi, Yunani Anatolia, Romawi, Armen, dan Ethiopia, mereka semua membangun gereja dari bentuk bangunan agama leluhur mereka.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel