Contoh Dharma Wacana Singkat: Faktor yang Mempengaruhi Keruntuhan Kemuliaan Manusia
Om Swastiastu
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja kehadapan Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertawaranugraha-Nya kita dapat berkumpul pada pagi hari ini dalam acara Kuliah Umum STAH DNJ.
Hadirin yang Terhormat
Pada Wacana kali ini saya akan mengangkat tema yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi Keruntuhan Kemuliaan Manusia”. Mungkin ada yang bertanya, kenapa saya mengangkat Tema ini?
Setiap hari, bahkan setiap detiknya, kita mendengar perlakuan yang tidak sepantasnya di kalangan masyarakat. Baik melalui media maupu tampak dimata kepala kita sendiri. Seperti misalnya pencemohan, pembunuhan dan pelecehan. Pernahkah kita merenungkan kenapa hal tersebut terjadi? Padahal kita semua manusia yang memiliki agama yang mengajarkan kebaikan. Biarkanlah itu menjadi Pr kita bersama!
Sebagai umat Hindu, seyogyanya akan sangat bahagia karena agama Hindu telah menyiapkan umatnya dengan konsep hidup yaitu “catur asrama”. Catur adalah empat, asrama (dalam konteks ini) berarti tahapan hidup. Jadi ada 4 (empat) tahapan hidup manusia yang harus dicapai. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Brahmacaria Asrama
Pada tingkat hidup ini seorang sisya (siswa, murid) tugasnya adalah mempelajari ilmu seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya, baik ilmu keduniaan yang berguna untuk meningkatkan hidupnya kelak, juga ilmu kerohanian yang bersumber pada Veda dan kitab suci lainnya, untuk mengimbangi kehidupannya kelak memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena itu ilmu yang harus dipelajari adalah ilmu agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, ilmu terapan, seni dan sastra, ilmu bumi dan sejarah (ada 10 macam ilmu menurut pembagian / penggolongan Dewey, atau ada yang mengelompokkan ilmu itu menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu ilmu pengetahuan alam / natural sciences, ilmu pengetahuan sosial / social sciences, pengetahuan humaniora / humaniora, misalnya agama, bahasa, budaya dan sastra).
Pada tingkatan Brahmacaria ini yang menjadi prioritas utama adalah pendalaman tentang dharma yang bersumber pada kitab-kitab suci (Veda, Bhagavadgita, Dharmasastra, Vedasmrti, Sarasamuscaya, dan lain-lainnya). Artha, kama, moksa tetap menjadi tujuan hidup yang hendak dicapai, namun dharma menjadi prioritas utama, karena semua pencapaian hidup manusia didasari oleh adanya dharma. Selain itu juga mengingat adanya keterbatasan waktu, maupun kemampuan manusia itu sendiri.
2. Grhasta Asrama
Grhasta asrama adalah tingkatan hidup manusia berkeluarga / berumah tangga. Dalam tingkatan hidup ini ada 3 (tiga) kewajiban, yaitu : dharmasampati, praja dan rati. Yang dimaksud dengan dharmasampati ialah keluarga itu siap untuk melaksanakan kewajiban dewa yajna, manusa yajna, pitra yajna, rsi yajna dan butha yajna. Dengan melaksanakan 5 (lima) kurban suci ini manusia akan memperoleh kehidupan yang selamat, aman, tenang, bahagia dan sejahtera.
Praja adalah melahirkan keturunan yang suputra. Karena itu, pada kehidupan berkeluarga ini peranan artha dan kama sangat penting artinya. Tanpa artha, berupa uang, dan benda-benda dunia lainnya, maka keluarga ini tidak mampu memenuhi kama yang ada seperti adanya beribu-ribu keinginan yang menjadi obsesi manusia untuk hidup makmur dan sejahtera. Sedang rati adalah mencapai kepuasan-kepuasan dari segenap keluarga itu, kesenangan / kegembiraan, termasuk memperoleh kepuasan seks sebagai kelengkapan kepuasan hidup manusia.
3. Wanaprasta Asrama
Wanaprasta asrama adalah tingkatan hidup dengan penuh kesadaran untuk berdikit-dikit melepaskan diri dari ikatan keduniawian, antara lain tidak membanggakan diri pernah berkuasa, termasyhur, kaya dan bahkan mungkin mempunyai anak-anak yang hebat / luar biasa. Kesenangan materi dunia ini adalah keduniaan yang secara bertahap akan dilupakan dan ditinggalkan untuk menatap harapan bersatu dengan Hyang Pencipta (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).
4. Sanyasa Asrama
Adalah tahapan hidup, yang berkonsentrasi secara penuh untuk memantapkan diri bersatu dengan Tuhan. Moksa adalah tujuan utama, karena inilah tujuan tertinggi untuk melepaskan diri dari keduniawian, dan bersatu dengan Tuhan. Untuk mencapai tujuan ini memang tidak mudah, tetapi sebagai insan beragama inilah tujuan akhir dari penjelmaan kita ke dunia ini. Usaha dan upaya setiap insan merupakan tanggung jawab masing-masing, dan semestinya kebajikanlah yang selalu harus diperbuat, sebagai persiapan untuk mencapai tujuan hidup tertinggi ini. Tidak ada seorang pun yang tahu apakah ia mampu mencapai moksa atau tidak (Tuhanlah yang Maha Sempurna).
Berbuat kebaikan, menegakkan dharma, melepaskan diri dari keduniawian menjadi syarat utama agar seseorang mampu bersatu dengan Tuhan “amoring acyntia”. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga seseorang tidak kuasa menghadapi ikatan duniawi, bahkan faktor-faktor ini pulalah yang menjadi hambatan, godaan dan sekaligus meruntuhkan kemuliaan manusia yang mulia itu. Secara umum, godaan itu meliputi antara lain hedonisme, materialisme, triguna, arogansi, dengki dan iri hati, loba, kemabukan atas keturunan, kekayaan, ilmu yang dikuasai, kekuasaan, kemasyhuran dan kelemahan-kelemahan manusia lainnya. Maka dari itu marilah kita membangun diri dengan menerapkan Catur Purusa Artha dalam kehidupan kita.
Om Santi Santi Santi Om
Oleh: Saleppang
0 Response to "Contoh Dharma Wacana Singkat: Faktor yang Mempengaruhi Keruntuhan Kemuliaan Manusia"
Post a Comment