Riwayat Drestarstha
Berawal
dari kisah seorang raja yang bernama Santanu, merupakan seorang Raja dari
kerajaan Hastina Pura yang sedang berburu di Hutan dekat sungai Gangga. Ia
melihat seorang bidadari yang turun bagaikan cahaya. Sang Raja pun berhasrat
untuk memiliki bidadari tersebut yang bernama Gangga, “dan berkata kau sangat
cantik, aku ingin memiliki mu. Aku adalah Santanu raja dari Hastina Pura, Aku
mencintai mu. Aku tidak bisa hidup tanpamu”. Namun, sebelumnya, Gangga
mengajukan syarat, yakni sang Raja tidak boleh melarangnya dalam kedaan apapun.
Saat ia bersedih, maka ia akan meninggalkan Santanu. Lalu Santanu menyetujui
persyaratan tersebut dan membawanya pergi ke kerajaanya.
Hari telah berlalu, bulan pun juga
telah berlalu, Gangga melahirkan putra untuk sang Raja. Namun, putra-putra yang
dilahirkan dari rahimnya di hanyutkan kesungai. Melihat hal tersebut, sang raja
hanya menahan kemarahan dan kesedihan atas pembuangan keturunannya, samapai
anak yang ke delapan, sang Raja tak bisa membendung kemarahanya terhadap apa
yang dilakukan oleh istrinya. Dengan tutur kata lembut, Gangga pun berkata
kepada Santanu: “Raja waktunya telah tiba. Aku harus pergi meninggalkan mu.
Engkau telah melanggar sumpahmu. Aku akan pergi, putra kita (putera ke 8) akan
hidup. Aku akan membawa dan akan memberikanya padamu bila tiba waktunya.
Enam belas tahun telah berlalu,
serpihan hati sang Raja tidak akan patah dan raja berda dalam kondisi yang
buruk. Hidupnya kosong, akan tetapi tidak mempengaruhi kepemerintahanya. Rakyat
dibawah kepemimpinanya sangat bahagia.
Sutu hari ketika ia berkeliling di
tepi sungai sebuah pemandangan aneh terlihat, ketika air sungai tidak mengalir.
Tampaknya hal tersebut bersumber dari jarring panah yang diatur dengan baik,
sehingga setetes air pun tidak ada yang mengalir. Ia tercengang melihat hal
tersebut. Seketika itu Gangga, istrinya berdiri dan berkata: “lihatlah pemuda
itu, ia adalah anakmu yang kedelapan yakni Devaravrata (Bhisma). Lalu ia
berkata kepada Devavratha Santanu adalah ayah mu dan Santanu pun mengambil
tangan dam memeluk Devavratha.” Lalu pergilah sang raja bersama anaknya menuju
kerajaan dengan penuh suka cita.
Empat tahun berlalu setelah
pertemuan dirinya dengan anaknya, ia sangat bahagia dengan anaknya. Suatu hari
sang raja sedang berburu, ia mencium wewangian yang mebuat penasaran untuk
menemukan sumber dari wawangian tersebut. Di akhir perjalan ia menemukan sumber
wewangian itu yang ternyata bersumber dari seorang wanita di tepian sungai
Yamuna, yang sedang berada diatas perahu yang bernama Satyavati. Lalu santanu
mendekat dan berkata bahwa ia menginginkan puteri cantik tersebut. Lalu sang
puteri tersebut berkata: “Aku adalah seorang wanita nelayan. Ayahku adalah raja
nelayan”. Mendengar perkataan tersebut Santanu langsung bergegas menemui ayah
dari puteri cantik itu dan berkata bahwa ia ingin memperistri puterinya.
Merasa terhormat, ayah puteri
tersebut mengijinkan raja memperisteri anaknya. Namun dengan satu syarat yakni,
anak dari puterrinya kelak harus menjadi raja. Mendengar hal tersebut, raja
terdiam lalu pergi tanpa kata karena teringat ikatan cinta dengan Gangga yang
telah memberi satu putera yang telah di berikan anugerah Yuvaraja, yakni
pengganti Santanu sebagai raja kelak.
Melihat sang ayah yang sedih dan
kecewa atas apa yang telah terjadi, ia memutuskan untuk pergi menemui sang
puteri dan memintanya untuk ikut ke istana. Melihat sosok pangeran kerajaan
sang ayah puteri nelayan tersebut menyambutnya dengan gembira. Namun
sebelumnya, ia meminta agar putra dan puteri dari Satyavati untuk dijadikan
pewaris mahkota. Mendengar hal tersebut, Bhisma pun bersumapah bahwa ia tidak
akan menikah, demi kebahagian sang ayah (Santanu). Lalu ikutlah Satyavati
menuju kerajaan bersama Bhisma dengan menggunakan kereta.
Dari pernikahan Santanu dengan
Satyavati, lahirlah dua putera yang bernama Citrangada dan Vicitravirya. Namun,
Citrangada tewas ketika masih muda karena bertarung dengan seorang raja
Gandharva yang bernama Citrangada yang tidak rela namanya di samai. Pangeran
Vicitravirya yang lebih muda dari Citranggada kini menjadi harapan sang Ibu
Ratu Satyavati.
Mendengar
sayembara yang di adakan di kerajaan Kasi, Bhisma pun segra berangkat dan
mengikuti Sayembara tersebut atas nama adiknya, yakni Vicitravirya. Dalam
sayembara itu Bhima memenangkan sayembara lantas membawanya pulang menuju
kerajaan, gadis tersebut diantarannya Amba, Ambikha dan Ambalika. Ketika tiba
di kerajaan, Amba mengatakan bahwa ia sebenarnya menyukai Bhisma, namun ia
terikat sumpah sehingga tidak bisa meminangnya
sebagai
isteri dari Bhisma. Sehingga kini yang menjadi isteri dari sang pangeran
Vicitraviya hanya dua, yakni Ambikha dan Ambalika.
Pernikahan
pun telah dilaksnakan dengan kedua puteri kerajaan Kasi, akan tetapi dengan
masih mudanya kedua puteri tersebut belum terlahir seorang keturanan hingga
tewasnya pangeran Vicitravirya karena sakit di usia yang masih muda juga.
Melihat kejadian ini Satyavati dan Bhisma memutuskan untuk menemui Vyasa, yang
merupakan anak Satyavati sebelum pernikahanya dengan Santanu, ia meminta untuk
memberi keturunan kepada menantunya agar garis keturunan dinasti kuru tidak
punah. Merasa terhormat dengan sang Ibu, Vyasa pun bersedia menuruti keingan
ibunda yang telah memberikan kehidupan kepadanya.
Saat
itu Ambalika berada di kamarnya dalam keadaan gelap gulita menunggu kedatangan
Rsi Vyasa. Begitu datang ia merasa takut dengan takut dengan rupa wajah Vyasa
yang seram sehingga semalaman ia menutup rapat matanya. Stelah hal tersebut
berakhir, Vyasa berkata kepada sang Ibu Satyavati, bahwa putera yang kuat akan
terlahir dari Ambalika. Akan tetapi karena ia telah menutup matanya sepanjang
malam, karena tidak berani menatap wajahnya maka anak yang terlahir kelak akan
buta. Anaka yang terlahir dengan kondisi buta dari Ambalika ini di beri nama Dhrstarastra.
Nama tersebut diberikan langsung oleh Vyasa sendiri.
Bertahun-tahun
berlalu sang paman Bhisma pun mengajarkan ilmu yang diangap penting sebagai
calon putera mahkota dari kerajaan Hastina Pura. Setelah menginjak remaja,
Bhisma memikirkan calon pengantin untuk untuk Dhrstarastra. Lalu mendengar
bahwa raja Gandhara, yakni Subala memiliki seorang puteri yang terkenal cantik
yang bernama Gandhari. Ia menjodohkannya dengan puteri kerajaan Gandhara
tersebut, menikahlah mereka dan dikaruniai keturunan sebanyak 100 anak.
Dalam
pernikahan tersebut lahirlah anak pertamanya yang di beri nama Duryodhana, yang
merupakan anak pertama putera dari Dhrstarastra. Setelah kematian dari Pandu,
yang merupakan adik Dhrstarastra, maka ia diangkat sebagai Raja dari Kerajaan
Hastina Pura. Dalam kepemerintahananya ia menkjabat sebagai raja untuk beberapa
tahun. Dalam kepemimpinannya terjadilah perang saudara, yakni antara Kurava dan
lima Pandawa. Setelah perang tersebut usuai,
dan
dimenangkan pihak Pandava yang merupakan anak-anak dari Pandu/ adiknya, lantas
mahkota kerajaan pun beralih kepada Yudhistrhira.
Setelah
penobatan Yudhisthira sebagai raja usai, Dhrstarastra memutuskan untuk
mengambil suatu keputusan yakni, melakukan penebusan dosa, dengan cara bertapa
di hutan. Dari pertapaan tersebut keluarlah api suci dari dalam tubuhnya yang
membakar dirinya dan seluruh hutan di sekitar pertapaan tersebut juga turut
terbakar lalu moksalah sang Dhrstarastra.
0 Response to "Riwayat Drestarstha"
Post a Comment