Pengertian Purana Menurut Para Ahli dan Kitab Hindu
HINDUALUKTA – Secara etimologi purana berasal dari kata
“Pura” yang berarti pada masa purba, terdahulu dan kata “An” yang artinya
bernafas atau hidup. Jadi kata purana berarti meraka yang hidup pada jaman
purba, (Vayu Purana, I.203). kitab Brahmanda Purana (I.1.173 menyatakan disebut
purana karena keberadaannya di jaman yang sangat purba. Sedangkan Padma Purana
(V.2.53) sedikit berbeda dalam menjelaskan etimologi purana, yang menyatakan:
Hal tersebut dinamakan Purana, karena merindukan atau menginginkan (kehidupan)
masa lampau. Dari kata “pura” dan akar kata “vas” yang berarti merindukan atau
menginginkan, (Deshpande, Vol.29, Part I, 1988: XIII).
Dalam Mishra (1988: 9) menjelaskan bahwa kata Purana
berasal dari kata: Pura+ ana menjadi kata Purana. “pura” berarti kuno atau
jaman kuno dan “ana” berarti mengatakan. Jadi Purana adalah sejah kuno. Pura
isinya menceritakan ceritra dewa-dewa, raja-raja, dan rsi-rsi kuno. Purana juga
berarti cerita kuno, penceritra sejarah, koleksi ceritra.
Kata Puran di dalam Purana mengandung dua arti yaitu
yang lalu dan yang akan datang. Dalam kitab suci Rgveda, kata Purana dijumpai
puluhan kali sebagai kata sifat yang bearti “kuno atau tua”. Yaska dalam kitabnya
Nirukta (III.19) menyatakan “Purana” berasal dari kata “pura” yakni pura nabam
bhavati, yang artinya sesuatu yang baru di masa silam.
Pengertian lain juga terdapat dalam Matsya Purana
(53.63) menggambarkan bahwa Purana mengandung catatan kejadian-kejadian masa
silam. Asalnya istila Purana mengandung makna hikayat atau cerita purba yang
terdapat di dalam susastra Brahmana, yang dapat dibandingkan dengan Itihasa dan
Narasamsi, yang pada akhirnya menempati posisi tersendiri di dalam susastra Hindu.
Panini (4.2.23, 2.1.4), menjelaskan Purana berasal
dari kata “Pura” (purvasmin kale), yang artinya yang telah ada di masa lalu.
Maharsi Kautilya pada kitabnya Arthasastra (I.5.14) yang membahasa tentang
Itihasa menyebutkan bahwa purana dan itivrtta dari segi isinya merupakan bagian
dari Itihasa. Itivrtta berarti
peristiwah bersejarah. Purana kemungkinan berarti mitologi dan tradisi yang
lama dalam legenda.
Pada kepustakaan kuno, dalam kitab-kitab Brahmana,
kitab-kitab Upanisad dan buku-buku ajaran Buddhisme kuno, kata purana dapat
disejajarkan secara umum dalam hubunganya dengan Itihasa. Kitab-kitab itihasa
dan Puraa sangat dekat hubunganya dengan Atharvaveda seperti disebutkan dalam Chandogya
Upanisad (III.4.1-2/Winternitz, 1990:290).
S.Radhakrishnan dalam komentar terjemahanya tentang
Chandogya Upanisad (III.4. 1-2) menyatakan bahwa cerita-cerita dalam Itihasa
dan Purana biasanya dibacakan berulang-ulang dalam pelaksanaan upacara Yajna.
Hal ini disebutkan dalam kitab-kitab Brahmana dan terakhir dikumpulkan dalam
Mahabharata dan Purana (1990: 381). Lebih jauh S.Radhakrishnan dalam bukunya
History of Philosophy and Western, menyatakan: kitab-kitab purana bersama-sama
dengan ceritra kepahlawanan besar seperti Ramayana dan Mahabharata, memainkan
peranan yang unik dalam pencampuranan kebudayaan dari bermacam-macam ras, suku,
marga, sekta-sekta keagamaan pada jaman India Kuno dan pertengaan, sebagai
bentuk kepercayaan yang mucul dari semua golongan masyarakat di India. Purana
merupakan kumpulan ceritra yang sangat terkenal dari Jaman India Kuno dan jaman
pertengahan yang mengandung ajaran agama, filsafat, sejarah, marga, social kemasyarakatan
dan politik (1954: 120).
Isi pokok dari ceritra Purana dan itihasa adalah
ceritra para dewa-dewa dan dongeng-dongeng para raksasa, dewi ular, rsi-rsi
jaman purba dan silsilah raja-raja di masa yang lalu. Kadang-kadang seperti
sloka-sloka pujian yang dirapalkan dan dipersembahkan kepada para dewa sebagai
tambahan terhadap kitab-kitab Itihasa dan Purana disebut dengan nama
Gatha-narasamsi dapat dijumpai dalam kitab Satapha Brahmana (XI.5.6.8) dan
Asvalayana Grhyasutra (III.3).
Faktanya, pada lagu-lagu pujaan atau tulisan-tulisan
pujaan lebih penting dibandingkan data historunya, sebagai bukti bahwa
kitab-kitab tersebut (Itihasa dan Purana) mengalir dari kitab suci Veda, untuk
menjelaskan tentang posisi “Gatha” tersebut (lihat pula Maitrayani Samhita
I.11.5 dan Kathaka XIV.5).
Reff:
Titib, I Made. 2004. Purana Sumber Ajaran Hindu Konprehensip, Surabaya: Paramita
Winternitz, Maurice. 1990. A History of Indian Literature, Motilal Banarsidass, Delhi.
Deshpande. 1988. Padma
Purana Vol. 39 Part I, Motilal Banarsidass, New Delhi.
0 Response to "Pengertian Purana Menurut Para Ahli dan Kitab Hindu"
Post a Comment