Kisah Turunnya Air Gangga Ke Bumi
HINDUALUKTA -- SEJARAH TURUNNYA GANGGA -- Kitab-kitab Purana seperti Srimad Bhagavatam, Matsya Purana, Brahma-Vaivarta Purana dan sebagainya menjelas dengan rinci alur yang ditempuh sungai gangga dari ujung alam semesta hingga turun ke planet bumi.
Ketika Raja Bali menguasai ketiga susunan planet bhur, bhu-vah dan svah dengan menyingkirkan kekuasaan para dewa. Para dewa yang kalah akhirnya membuat strategi. Mereka berdamai dengan para iblis untuk bersama-sama mengaduk lautan susu di dasar alam semesta. Singkat cerita para dewa berhasil mendapatkan amrita yang membuat mereka menang melawan para iblis. Atas petunjuk gurunya Sukracarya, Raja Bali yang kalah akhirnya membuat seratus yajnya agnihotra.
Ketika Raja Bali menyelesaikan upacara yang ke - 99 dan memulai upacara yang terakhir, Indra penguasa surga mulai khawatir posisinya akan direbut. Indra beserta para dewa memohon kepada Tuhan Sri Visnu untuk turun menghentikan upacara yang dilangsungkan Bali. Tuhan turun beravatara menjadi bocah brahmana bernama Upendra. Karena brahmana kecil ini memiliki kaki yang pendek (cebol), maka Dia dinamai Vamana. Tuhan sebagai wujud Vamana datang ke tempat yajnya milik Bali dan meminta sebidang tanah seukuran tiga kali langkah kaki-Nya.
Bali setuju. Seketika itu pula Vamana membesarkan badan-Nya. Langkah pertama Vamana telah sanggup menutupi alam bhur, bhuvar dan svar. Langkah kedua jemari kaki padma-Nya menyentuh batas tertinggi alam semesta dan merobek selubung penutup alam semesta. Pada langkah yang ketiga, karena tidak ada lahan untuknya berpijak, maka Bali menyerahkan kepalanya. Sejak itu, tamatlah kekuasaan Bali. Karena terkesan dengan kedermawanan Bali, Vamana memberinya gelar Mahabali. Ia juga berjanji bahwa kelak Bali akan menjadi Indra pada Manwantara berikutnya.
Dalam Veda dapat dilihat uraian detai tentang alam semesta. Diluar batas-batas alam semesta terdapat tujuh jenis pembungkus yang menjadi batas alam semesta. Di luar batas tersebut terdapat samudera yang sangat besar tempat alam semesta yang tidak terhitung jumlahnya mengambang bagaikan telur-telur keemasan. Samudera tersebut bernama Karana, dan kadang disebut sebagai sungai Viraja. Di atas sungai Viraja terdapat cahaya Brahman yang tidak berwujud. Diatas cahaya Brahman adalah dunia rohani, tempat tinggal kekal Tuhan. Jadi surga milik para dewa di dalam alam semesta ini dan tempat tinggal Tuhan di luar alam semesta adalah tempat yang amat berlainan.
Karena pembungkus alam semesta telah koyak oleh kaki padma Tuhan, air sungai Viraja merembes masuk dan membasahi kaki-Nya. Rembesan air ini turun ke seluruh alam semesta. Kini umat manusia dapat melihat rembesan sungai Viraja di langit malam sebagai Milky-way atau galaksi yang berupa kabut putih dari utara ke selatan di langit malam yang cerah. Air sungai Viraja yang telah menyentuh dan mencuci kaki padma Tuhan (Vamana) dikenal dengan nama Mandakini (Gangga).
Jadi sungai Gangga sejatinya bukan berasal dari planet bumi seperti anggapan manusia selama ini, namun dari ujung tertinggi alam semesta. Ketika Gangga mengalir turun, alirannya jatuh di planet Dhurvaloka (bintang kutub/polaris). Planet ini berada di gugusan Maharloka, Janaloka dan Tapaloka, tempat tinggal ketujuh resi penerima wahyu Veda dan para manu atau leluhur manusia (yang ditandai dengan bintang tujuh / ursa minor).
Dari planet Dhurvaloka, Gangga turun ke planet tujuh resi dan bergerak menuju orbit bulan. Dari sistem planet ini, air Gangga ditampung dalam pesawat luar angkasa milik para dewa yang jumlahnya jutaan. Kemudian, air Gangga dibawa dan dituangkan di orbit bulan. Dari orbit bulan, Gangga jatuh ke sistem planet surga (alam svarloka) yang dikuasai oleh Indra. Gangga jatuh tepat di puncak Gunung Sumeru (Meru) yang berbentuk kerucut terbalik. Gunung Sumeru ini terdapat di luar planet bumi dan puncaknya merupakan pusat (ibukota) kerajaan surga, yaitu Amaravati-puri. Di puncak Sumeru Gangga terpecah menjadi empat aliran yaitu Sita, Alakananda, Caksu, dan Bhadra. Aliran Gangga ke arah selatan adalah aliran yang paling dekat dengan bumi.
Sungai Gangga dibawa turun ke bumi sekitar 90-80 juta tahun lalu atas permohonan Raja Bhagiratha. Dan seperti yang diceritakan Raja Sagara yg menginginkan seorang penerus. beliau memiliki 2 orang permaisuri , beliau melakukan tapa bersama permaisurinya pada Mahadewa, dan Mahadewa menganugrahkan seorang putra pada salah satu istrinya yang bernama Asamanja dan seribu orang putra pada istrinya yang lain .keseribu orang ini memiliki kesaktian setingkat dengan dewa bahkan semua bisa terbang keangkasa. Ketika raja Sagara membuat upacara Aswamedha yadnya, atau korban kuda, kuda ini hilang disembunyikan di alam patala oleh Dewa Indra sebelum berlangsungnya upacara dan baginda memerintahkan seribu putranya untuk mencari kuda itu. Pencarian itu sampai membuat lubang yang dalam hingga ke Sapta Patala dimana para naga dan pisaca yang ditemui mereka semua dibunuh oleh putra Sagara ini.
Ketika putra2 raja ini sampai pada sebuah tempat dimana mereka melihat seorang insan lelaki yang tubuhnya memancarkan cahaya yg menyilaukan, para putra raja Sagara melihat kuda mereka berada disebelah insan lelaki ini yang tiada lain adalah Rsi Kapila yang agung, mereka menyangka sang resilah yg mencuri kuda tersebut, tanpa rasa hormat para mereka semua mengambil kuda tersebut. Kegaduhan yang terjadi ditempat itu membuat sang Rsi agung bangun dari semedinya kemudian sinar mata adjna nya membakar semua putra raja Sagara menjadi abu. mendengar kematian seribu putranya itu raja Sagara menjadi sedih, yang hanya tinggal 1 putranya yang bernama Asamanja dan cucunya bernama Dillipa , Asamanja adalah putra yg memiliki kelainan dan bersifat jahat, dimana ia suka menenggelamkan anak2 yang cacat fisik kesungai, sehingga raja Sagara mengusir putranya itu dari kerajaan. kemudian raja Sagara memerintahkan cucunya Dillipa untuk mencari kuda tersebut dan beliau menemukan kuda itu disebelah Rsi kapila, dan sang rsi mengijinkan mengambil kuda tersebut karena pangeran Dilipa memiliki rasa hormat dan kebaikan hati. raja Sagara pun berhasil menuntaskan yadnya tersebut, namun ke seribu putranya belum dapat menghuni swarga loka karena belum dapat ruwatan dari sungai Gangga sebagai persyaratanya. Segala upaya sudah dilakukan raja Sagara sampai beliau wafat belum dapat menurunkan sungai Gangga, kemudian Cucunya Raja Dillipa meneruskan cita2 nya menurunkan sungai suci tersebut namun gagal dan beliau juga wafat, putra Dillipa bernama Raja Ansuman ,beliau juga dengan segala upaya menurunkan sungai Gangga ke bumi namun juga gagal dan beliau wafat.
Putra Raja Ansuman bernama Raja Bhagiratha , beliaulah yg berhasil menurunkan sungai gangga ke bumi dan menyelamatkan leluhurnya supaya mendapat tempat di swarga loka. Bhagiratha berhasil menurunkan Gangga maka Gangga dikenal dengan nama Bhagirathi. Ketika Gangga mengalir ke bumi melewati pertapaan Rsi Jahnu, Rsi Jahnu menjadi kurang berkenan lalu menelan Gangga. Atas permohonan Raja Bhagiratha, Rsi Jahnu mengeluarkan Gangga kembali dari pahanya. Karena Sungai Gangga muncul dari paha Rsi Jahnu, sungai Gangga juga dikenal dengan nama sungai Jahnavi.
Kisah turunnya sungai Gangga ini adalah kisah sejarah yang sangat menakjubkan. Secara duniawi, sejarah ini terlihat fantastis dan terkesan seperti dongeng, namun sesungguhnya ada banyak hal yang belum diketahui oleh umat manusia dengan kemampuan indera yang terbatas. Air Gangga yang ditampung dalam pesawat luar angkasa para dewa mungkin terdengar sangat mengada-ngada, namun sehebat apakah manusia sehingga bisa memahami misteri dan teknologi para dewa yang halus ? Apakah kegiatan dan teknologi para dewa sedemikian murahan sehingga dapat dengan mudah dipahami dan dipersamakan dengan milik manusia modern? Suksma..semoga berkenan.
Ditulis 4 Desember 20215
0 Response to "Kisah Turunnya Air Gangga Ke Bumi"
Post a Comment