Pengertian dan Makna Pelaksanaan Hari Raya Tumpek Landep

HINDUALUKTA -- Hari raya tumpek landep jatuh setiap Saniscara/hari sabtu Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari "Metu" yang artinya bertemu, dan "Mpek" yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.

Tumpek adalah hari Sabtu/ Saniscara Kliwon (Wiana, 2009: 127). Menurut Arwati (2003: 8) dalam bukunya yang berjudul Hari Raya Tumpek menguraikan bahwa “kata Tumpek berasal dari dua kata yaitu suku kata “tu (metu)” yang berarti lahir dan “pek” yang berarti putus atau berakhir. Pengertian ini didasari karena hari Tumpek bertetapan dengan pertemuan dari berakhirnya dua buah wewaran yaitu antara Saptawara dengan Pancawara. Hari sabtu/ saniscara merupakan hari terakhir dari Saptawara dan Kliwon merupakan hari kelima atau terakhir dalam Pancawara dan Wuku yang mengikutinya juga berakhir pada hari Sabtu”.

Image: Ane Bali

Tumpek merupakan hari raya yang berdasarkan pawukon yang dirayakan setiap enam bulan (210 hari) sekali dengan wukunya masing-masing yang berganti setiap bulan (35 hari) menurut perhitungan kalender Bali. Berdasarkan perhitungan di atas maka dalam kurun enam bulan ada enam kali perayaan Tumpek yang masing-masing memiliki nama dan tujuan yang berbeda sesuai dengan wukunya.

Adapun keenam Tumpek tersebut adalah: (1) Tumpek Landep (Saniscara Kliwon Wuku Lande); (2) Tumpek Wariga/ Tumpek Uduh/ Tumpek Pengatag (Saniscara Kliwon Wuku Wariga); (3) Tumpek Kuningan atau di kenal dengan hari raya Kuningan (Saniscara Kliwon Wuku Kuningan); (4) Tumpek Klurut (Saniscara Kliwon Wuku Klurut); (5) Tumpek Uye/ Kandang (Saniscara Kliwon Wuku Uye); dan (6) Tumpek Wayang (Saniscara Kliwon Wuku Wayang).

Hari Raya Tumpek diyakini sebagai hari turunya Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk menciptakan Sang Hyang Dharma dan tattwa-tattwa atau ilmu pengetahuan. Pengertian Tumpek di atas akan diperjelas di dalam Lontar Sundarigama sebagai berikut:

..............Saniscara Kliwon ngaraning Tumpek, ya wekasing tuduh ikang sarwa janma, away lali sira ngastiti Sang Hyang Parama Wisesa, apa sira tan hana doh tan aparek lawan sira, tan parok tan pasha, apan sira amet pinet, kala sane katemurun kerta nugraha, nira Sang Hyang ring madiapada loka, pangacinia kayeng pralagi, risedenging ratri tan wenang anambut gawe, balik manapuha sira acita nirmala, umengeta ring sasananing Sang Hyang Dharma, nwang kawiadnyane sastra kabeh , telas samangkana, away sira tan wruhin tattwa yeki tan metuhu, nwang alpa ring mami, tan manemuhaken rahayu, saparaning lakunta, apan nian mangkana wang tan pakerti tan payasa, tan pakerama ngarania, sama lawan sato, binania amangan segeha, yan sang wiku tan manut dudu sira wiku, ranakira Sang Hyang Dharma, kalinganika.

Terjemahan:

..............Saniscara (sabtu) Kliwon disebut hari raya Tumpek itu yang patut diajarkan kepada umat manusia, supaya tidak lalai memuja Sang Hyang Paramawisesa atau Hyang Widhi Wasa, oleh karena beliau berada tidak jauh dan tidak dekat dengan kita, tidak bersatu dan tidak berpisah, sebab beliau mengambil dan memberikan, ketika Beliau turun memberikan anugrah kebahagiaan dan keselamatan kepada siapa saja yang mengharapkan dan berada di dunia yang nyata ini, upacaranya sama seperti yang sudah-sudah, saat malam hari tidak dibenarkan untuk melakukan suatu pekerjaan (patut istirahat), sebaliknya dipergunakan untuk membersihkan pikiran, mengingatkan pada tugas Sang Hyang Dharma, dan memperdalam pengetahuan tentang aksara-aksara, demikianlah. Janganlah hendaknya sampai tidak tahu tentang tattwa-tattwa sebab itu bisa mengakibatkan hidup tidak berarti, apalagi berani menentang, tidak akan menemukan keselamatan segala apa yang sudah kita perbuat, kemudian menjadikan orang yang tidak berbudi dan berarti, tidak tahu tata krama dikatakan sama dengan binatang, bedanya tidak makan segehan, bila hal ini terjadi pada Sang Wiku atau Pendeta maka Beliau disebut sebagai Wiku putranya Sang Hyang Dharma, demikianlah dinyatakan (Arwati, 2003: 11-13).

Sementara itu, kata Landep memiliki arti: (1) tajam, runcing; (2) nama wuku yang kedua (Wiana, 2009: 127). Pada Tumpek Landep masyarakat Hindu akan melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati sebagai penguasa senjata atau peralatan besi. Dalam Lontar Sundarigama dinyatakan sebagai berikut:

..............kunang ring wara Landep Saniscara Kliwon, puja walin Bhatara Sambada mwang payoganira Sang Hyang Paupati, pujawalinira Bhatara Siwa...

Terjemahannya:

.............Adapun pada hari Sabtu Kliwon wuku Landep, merupakan pujawali Bhatara Siwa Sambada dan juga sebagain payogan Beliau Sang Hyang Pasupati serta pujawali Bhatara Siwa....(Arwati, 2003: 15-16).

Kedua sudut pandang pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa Hari Raya Tumpek Landep merupakan Hari Raya umat Hindu yang jatuh setiap Sabtu/ Saniscara Kliwon wuku Landep sebagai turunnya Ida Sang Hyang Widhi sebagai manifestasi Sang Hyang Pasupati, sebagai penguasa senjata.

Makna Tumpek Landep dari Sumber Lain:

Tumpek landep juga disebutkan sebagai upacara yadnya selamatan terhadap semua jenis alat yang tajam atau senjata, keris, tiuk dll serta memohon kehadapan Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati agar semua alat / senjata tetap bertuah yang perayaannya dilakukan setiap 210 hari yaitu pada sabtu wuku landep (Sumber: Kalender Bali Digital).

Tumpek Landep adalah pemujaan dan rasa syukur kepada Hyang Pasupati atas segala ciptaanya, sehingga atas analisys dari manusia menggunakan ketajaman Jnana (pikiran/idep, logika dan ilmu pengetahuannya) sehingga berhasilah mengolah logam logam yang dipergunakan untuk melancarkan usahanya dalam menunjang kehidupan sehari-hari, sehingga lazimnya pada tumpek ini sepertinya di katagorikan sebagai sarwa sanjata-senjatanyapun yang dari Logam, pada hal yang utama bagaimana ketajaman dari Jnanam kita yang di anugrahi oleh sang maha pencipta.

Ni Kadek P. Noviasih Mejalaskan Bahwa Tumpek dilaksanakan untuk memohon keselamatan kehadapan Sang Hyang Pasupati, manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) sebagai dewa pencipta dan pemilik peralatan yang terbuat dari besi, perak, emas dan lain sebagainya. Di samping itu, juga sebagai wujud atau simbol puji syukur umat Hindu ke hadapan Sang Hyang Widhi yang telah memberikan pengetahuan dan kemampuan merangcang teknologi canggih sehingga tercipta benda-benda yang dapat membantu sekaligus mempermudah kehidupan manusia.

Ritual ini sesungguhnya merupakan event yang penuh spirit kemanusiaan, membangun manusia yang arif dalam memanfaatkan teknologi.

Selain menghaturkan sesajen pada kendaraannya, umat Hindu juga menghaturkan sesajen itu di atas benda-benda teknologi yang mengandung unsur besi, sepeda motor, sepeda, mesin-mesin, komputer, televisi, radio, pisau, keris, tombak, cangkul, dan berbagai jenis senjata. Semua benda atau teknologi canggih itu memang harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat positif, sesuai dengan konsep hidup orang Bali yang berlandaskan Tri Hita Karana (hidup harmonis dengan Yang Maha Kuasa, dengan alam lingkungan, dan dengan sesama manusia).

Karena itu seluruh peralatan yang dipakai manusia untuk mengolah isi alam, harus tetap terjaga kesucianya, sehingga selalu dapat digunakan dengan baik tanpa merusak alam atau menyakiti mahluk lain. Sebagai ilustrasi, orang yang berprofesi sebagai petani akan merawat dan menjaga peralatan pertaniannya dengan baik, seperti bajak, cangkul, sabit, pisau, kapak, dan berbagai bentuk senjata seperti keris, tombak, bedil atau panah.  Orang yang berprofesi sebagai pande (tukang membuat berbagai peralatan dari besi, baja, emas, perak) juga memelihara dan menjaga peralatannya agar tidak disalahgunakan untuk membuat benda-benda yang membahayakan kehidupan di alam semesta ini.

Para sopir akan selalu merawat kendaraannya dengan baik, para operator komputer atau peralatan teknologi canggih lainnya juga akan bekerja dengan baik. (Baca: Hasil Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu)



0 Response to "Pengertian dan Makna Pelaksanaan Hari Raya Tumpek Landep"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel