Arti dan Fungsi Air dalam Upacara Yadnya Agama Hindu

HINDUALUKTA-- Arti dan Fungsi Air dalam Yadnya. Dalam uraian di atas telah disinggung mengenai api sebagai salah satu sarana dalam melaksanakan Yadnya atau korban suci yang dipersembahkan oleh umat Hindu. Demikian pula bahwa air juga merupakan sarana dalam agama Hindu. Air sebagai sarana dalam agama sangat banyak digunakan dan memiliki fungsi yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan Yadnya atau upacara agama Hindu bahwa air bukan lagi berfungsi sebagai air biasa, tetapi air yang fungsinya sebagai sarana upacara agama memiliki fungsi sakral yang sering disebut dengan air suci. Sarana yang berupa apapun yang kita miliki dan yang kita persembahkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa/lda Sang Hyang Widhi Wasa, hendaknya harus diingat selalu, agar sarana persembahan dimaksud diperoleh dan dipersembahkan dengan penuh ketulusan dan kesucian. Hal ini ada ditegaskan dalam kitab suci Bhagavadgita Bab IX sloka 26 yang berbunyi sebagai berikut : 



“Patram pusham phalam toyam
yo me bhaktya prayacchati
tad aham hhaktyauphritam
asnaini prahyatalmanah”

Artinya: 

Siapa saja yang sujud kepada Aku dan persembahan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air. Aku terima sebagai bhakti persembahan dan orang yang berhati suci. Menyimak makna dan sloka di atas, maka sarana upacara agama yang kita persembahkan sebenarnya bukan dan jumlahnya yang banyak dan melimpah, serta sifatnya yang mengikat, namun yang perlu mendapat perhatian utama adalah dasar dan persembahan itu sendiri yaitu kesucian hati. Apabila persembahan hanya dengan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, dan dengan seteguk air yang disertai dengan kesucian dalam berYadnya, maka persembahan yang demikian diterima oleh Tuhan. Sesungguhnya dalam memuja kebesaran Tuhan dengan tanpa sarana pun juga diterima, asalkan si pemuja dapat menumbuhkan suasana kesucian diri. Dalam penegasan soka di atas, bahwa persembahan air sebagai sarana upacara agama disebut dengan Toyam. Toyam atau disebut pula toya merupakan air suci yang dipergunakan sebagai sarana persembahan.

Kemudian dalam kaitannya dengan fungsinya sebagai sarana persembahan atau sarana upacara agama juga disebut dengan istilah Tirtha. Penggunaan istilah Toyam dan Tirtha adalah sebagai sarana Yadnya yang sarana-sarana memiliki nilai kesucian. Jadi toyam dan tirtha adalah air suci yang secara khusus dipergunakan dalam kaitannya dengan upacara keagamaan yang memiliki kekuatan magis dan kekuatan religius yang bersumber dari kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sedangkan penggunaan air dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari atau untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang fungsinya air biasa disebut dengan odaka atau odakam. Dalam sehari-harinya manusia sangat membutuhkan sekali air. Air juga merupakan sumber kehidupan, sumber kebersihan, sumber kesehatan bagi manusia. Air sebagai sumber kehidupan bagi manusia juga disebut dengan Animalia. Dengan adanya air, maka manusia dapat hidup dengan bersih, sehat, dan dapat mencapai ketenteraman. Kata tirtha dapat pula berarti permandian atau sungai, kesucian atau setitik air, toya atau air suci, sungai yang suci, permandian/sungai/air suci, tempat perziarahan, mengunjungi tempat-tempat suci, bersuci dengan air, air suci, permandian, tempat mandi atau tempat yang dapat diseberangi, (Arti dan fungsi Sarana Persembahyangan, Drs. I Kt. Wiana: 91). Demikianlah makna air dan fungsinya sebagai tirtha atau air suci yang digunakan dalam upacara Yadnya. Kemudian kalau kita perhatikan Kitab Suci Bhagavadgita ada yang menegaskan bahwa dengan melalui persembahyangan atau korban suci dapat memberikan suatu sumber kehidupan berupa air atau hujan. Dengan demikian, di satu sisi air merupakan sarana Yadnya yang kita persembahkan ke hadapan Tuhan, dan di lain sisi melalui Yadnya/persembahan kita mendapatkan anugerah Tuhan berupa air atau hujan. Berikut ini mari kita renungkan sloka yang berbunyi :

Annad bhawanii bhutani,
parjanyad anrasamhawah,
Yadnyad bhawanii parjanjo,
Yadnyan karma samudhhawan; (Bhagavadgita, III, 14).

Artinya:

Adanya makhluk hidup karena makanan, adanya makanan karena hujan, adanya hujan karena Yadnya, adanya yadnya karena karma. 

Sloka suci tersebut mengingatkan kita bahwa air merupakan sarana yang diperlukan dalam berYadnya dan dengan Yadnya umat memohon anugerahnya berupa air kehidupan dalam wujud air hujan. Singkatnya, pahala dan berYadnya adalah anugerah air kehidupan, sehingga manusia dalam kehidupannya menjadi sehat dan selamat. Demikian pula tumbuhtumbuhan dapat tumbuh subur, hewan dan binatang dapat hidup dengan baik. Adapun syarat-syarat untuk memohon tirtha air suci ketentuannya adalah : 

a. Pemohon harus sudah bersih lahir batin.
b. Berpakaian yang khusus untuk hal-hal yang suci.
c. Menghadap ke arah terbit matahari atau gunung setempat.
d. Kedua tangan diangkat dampai ke atas kepala dengan memegang suatu tempat khusus untuk air suci berisi bunga dalam air dan dupa sudah dinyalakan dipegang ; (Upadeca: 82).

Tirtha atau air suci kalau kita perhatikan dan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Tirtha yang dibuat sendiri oleh Sulinggih/Pandita;
b. Tirtha yang didapatkan melalui memohon oleh Pemangku/Dalang/Balian/Sang Yajmana.

Tirtha biasanya diperoleh atau dibuat oleh Pandita atau Pinandita yang telah memiliki kewenangan untuk memimpin upacara agama Hindu. Apabila telah berstatus Sulinggih dengan ketentuan bahwa orang suci itu telah mediksa dan ngeloka pala sraya serta berstatus pinandita dengan ketentuan telah melakukan pewintenan. Sedangkan yang lainnya agar tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam memohon tirtha sebagaimana telah diterangkan di depan. Selanjutnya macam-macam tirtha kalau kita perhatikan dalam kaitannya dengan pelaksanaan Panca Yadnya, maka jenisnya dapat dibedakan menjadi : 

a. Tirtha Pembersihan
b. Tirtha Pengelukatan
c. Tirtha Wangsuhpada/banyun cokor/kekuluh
d. Tirtha Pemanahan
e. Tirtha Penembak
f. Tirtha Pengentas (Air dan Fungsi Sarana Persembahyangan, Drs. I Kt Wiana : 1994) 

Jenis-jenis tirtha tersebut di atas, biasanya dipergunakan dalam rangkaian upacara Panca Yadnya, seperti: tirtha pemanahan, penembak, pengentas untuk upacara Pitra Yadnya dan tirtha pembersihan, pengelukatan, dan wangsuhpada hampir untuk semua Yadnya. Dalam kaitannya dengan persembahyangan dan sehabis menghaturkan sembah dilanjutkan dengan mohon/nunas tirtha dengan ketentuan dipercikkan ke seluruh tubuh masing-masing tiga kali, diminum tiga kali, dan diraupkan sebanyak tiga kali. Adapun maknanya adalah sebagai penyucian sabda, bayu dan idep. 

Pada saat dipercikkan diiringi puja mantra :
a. Om Budha Pawitra ya namah.
b. Om Budha Maha Tirtha ya namah.
c. Om Sanggya Maha Toya ya namah.

Pada saat diminum tiga kali diiringi doa yaitu :
a. Om Brahma Pawaka.
b. OmWisnuAmerta.
c. Om Iswara Jenyana.

Dan pada saat diraupkan diiringi mantra yaitu:
a. Om Ciwa Sampuma ya namah.
b. Om Sadha Ciwa na namah.
c. Om Parama Ciwa ya namah. 

Ketiga sasaran pemercikan tirtha tersebut di atas pada diri manusia, tentunya bermakna agar menusia memperoleh kesucian diri. Adapun jenis tirtha yang dimaksudkan seperti tersebut di atas, ada tiga jenis antara lain :
  1. Tirtha Kundalini/Tirtha pada saat dipercikkan ke anggota badan yang bermakna penyucian badan atau sthula sarira.
  2. Tirtha Kamandalu/Tirtha pada saat diminum yang bermakna untuk penyucian kekotoran dan perkataan atan suksirna sarira.
  3. Tirtha Pawitra Jati/Tirtha pada saat diraupkan yang bermakna kesucian dalam kekuatan hidup. (Upacara Yadnya Agama Hindu, I Gde Wijaya, 87 — 88).
Dalam pustaka Purwa Bhuini ada disebutkan lima jenis Tirtha yang terdapat di liina gunung atau Panca Gin, sebagai berikut :

  1. Tirtha Sveta Kamandalu di Gunung Indrakila, dijaga oleh Indra dan Sang Hyang lswara atau Sadyojata;
  2. Tirtha Ganga Hutasena di Gunung Gandhamadana, dijaga oleh Bamadewa,
  3. Tirtha Ganga Sudha-Mala di Gunung Pgat atau Udaya, dijaga oleh Tatpurusa ;
  4. Tirtha Ganga Amnta-Sanjivani di Gunung Rsymukka dijaga oleh Aghora;
  5. Tirtha Ganga Amrta-Jiva di Gunung Kailasa dijaga bersama Ardhanareswari. (Weda Kuning, Tim Penyusun dan Peneliti Naskah, 100-101).
Kelima jenis Tirtha atau Panca Tirtha yang didapat di lereng Parica Giri, merupakan kelompok tirtha atau air suci yang digunakan untuk menyucikan Bhuta dan Kala, terutama pada saat hari raya Nyepi, dan juga dilakukan menjelang upacara-upacara penting lainnya dalam rangkaian pelaksanaan Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu. 

Memperhatikan tentang arti air dalam upacara agama dan jenis air yang disebut air suci atau tirtha sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dalam uraian berikut ini akan dibahas mengenai fungsi air suci atau tirtha, antara lain : 

(a) Tirtha berfungsi sebagai lambang penyucian atau pembersihan

Setiap sarana persembahan atau Yadnya yang kita haturkan hendaknya terlebih dahulu disucikan agar persembahan itu dapat diterima dengan penuh kesucian. Maka dalam hal ini yang menjadi sarana untuk menyucikannya biasanya digunakan sarana berupa air suci atau tirtha, oleh karena air suci atau tirtha sebagai lambang penyucian atau pembersihan. Namun demikian sebelumnya airpun yang digunakan sebagai penyucian hendaknya disucikan pula. 

Berikut ini mari kita simak makna doa suci yang digunakan untuk memohon air suci atau tirtha, dengan doa sebagai berikut:

“Om Anantasana ya namah,
Om Padmasana ya namah,
Om, I, ba, sa, ta, a,
Om, ya, na, ma, siwa,
Mang Ang Ung namah,
Om Aum Dewapratista ya namah,
OmSabataai,
Om Nama siwaya,
Ang UngMangnamah,
Om Gangga Saraswati Sindhu, Wipasa Kauskinadi,
Yamuna maha srestha sarayu ca mahanadi,
Om Ganggadewi mahapunya, Ganggasahassramedhini,
Gangga tarangga samyukte, Ganggadewi namo ‘stute,
Om Gangga mahadewi tadupama-mrtanjiwani,
Ungkaraksara bhuwana-padamrta-manohara,
Om Ulpalika surasanca, utpati tawa ghorasca,
Utpatti sarwa-hitanca, utpaliwa sriwahinam”

Artinya:

Hamba memuja tempat (asana). Ia yang tanpa akhir. Hamba memuja tempat (asana). Ia yang suci, bagai teratai. Semoga Hyang Widhi dengan kekuatannya yang menguasai sepuluh penjuru alam ini melindungi dan membangkitkan kekuatan suci (utpati). Hamba memuja kemahakuasaan Hyang Widhi dalam manifestasi Trisakti (Mg Ung Mang). Hamba memuja Hyang Widhi yang bersemayam di tempat ini (di air suci). Semoga Hyang Widhi dengan kekuatannya yang menguasai sepuluh alam melindungi dan menegakkan kekuatan suci (Sthiti) ini. Hamba memuja kemahakuasaan Hyang Widhi dalam manifestasi Trisakti (Ang Ung Mang). Hamba memuja Dikau O Gangga, Saraswati. Sindhu, Wipasa, Kausiki, Yamuna, Sarayu; tujuh sungai suci yang agung dan membahagiakan. Hamba memuji Dikau, Dewi Gangga yang mahasuci, Gangga sumber ribuan ilmu pengetahuan, yang bersatu dalam riak gelombangnya Gangga. 

Dewi Gangga yang maha indah, Dikau adaah maha gaib dan merupakan air suci kehidupan abadi. Dalam aksara suci Dikau adalah aksara U di dalam alam dari kaki-Mu mengalir amerta yang membahagiakan makhluk. O Hyang Widhi, ciptakanlah (dalam air suci ini) kenikmatan rasa, kekuatan suci serta ciptakan kegunaan dan bawakan kewibawaan untuk kesejahteraan semua makhluk.

Demikianlah suatu doa suci yang biasa digunakan untuk pemujaan memohon air suci atau tirtha. Karena fungsinya sebagai penyucian, maka sarana Yadnya yang dijadikan persembahan menjadi terbebas dan segala kekotoran yang ada pada sarana tersebut baik secara fisik maupun spiritual. Demikian juga sang Yajmana atau orang yang berYadnya, tentunya juga terbebas dan segala hal yang meyebabkan dirinya menjadi tidak suci. Tirtha yang fungsinya sebagai sarana penyucian juga untuk memberikan pengelukatan atau penyucian terhadap sesajen dan alat-alat kelengkapan upacara. Tirtha yang fungsinya untuk menyucikan sajen atau banten disebut dengan Tirtha Pangresikan Banten. Cara memohon Tirtha Pangresikan Banten ini dapat dilakukan oleh Sulinggih atau Pedanda. Juga dapat dilakukan oleh Pemangku sendiri yang langsung membuatnya, yang dilakukannya dengan Ngayat Bhatara atau Ratu Tukang Banten yang bersthana di suatu Pura tertentu. Kemudian dapat juga dilakukan dengan mengucapkan puja-japa-mantra, seperti dengan mantra Apsudeva, yang bunyinya:

“Om Apsu deva-pavitrani, Ganga-devi namo ‘stute
sarva-kiesa-virasanani, toyena parisuddhyate.
sarva papa vinasini, sarva, roga, vim ocane
sarva-kiesa-virasanam, sarva-bhogam avapnuyat
Om Sri-kare sa-pahut-kare, rosa-dosa-visanam
Siva-lokam maha-yaste, mantre manah pada kelah
Siddhim tri-sandhya sa-phala, sakala-mala-kalahar
Sivamrta-mangalan ca, nadinindam namah Sivaya.

Artinya:

Om Dewata Penyuci penjiwa Air Dewi Ganga dimuliakan nama-Mu Engkau musnahkan semua noda Bersih tanpa noda berkat air-Mu Om Dewi pemusnah semua kejahatan Membendung serangan berbagai penyakit Dengan pemusnahan noda-noda Siapapun akan mendapat kebahagiaan. Om ditunjang oleh Siwa hancurlah semua dosa dan noda dari alam Siwa engkau bersumber mengucurkan Amrta, menyucikan semuanya yang memuja Siwa, dengan pikiran, dengan mantra, dengan puja Tri-Sandhya, semua penyakitpun sirna! 

Kemudian kalau memohon tirtha untuk menyucikan Banten caru dapat diucapkan mantra Siva-Stava, berikut ini :

“Om alilaya sarve, nistula nisluvahapi
deva-sangha va devanam, elebhyas lal nanio namah svaha!
Om Guhyali-ghuya-gpla Ivam, grhya papam krtam
mama siddhir bhavatu lasyeha, tad-vikaram ksamasva me “. 

Artinya :

Om Deva Maha Kuasa Engkau tiada bandingan, kekal, luhur, didampingi Dewa-dewa yang lain, kepada semuanya itu hamba sujud, sujud! Om Engkau Penjaga tersembunyi, yang paling tersembunyi, mohon diterima cacat-cela perbuatan hamba sempurnakan hamba di sini, ampunkan pelanggaran di dalam upacara itu, (Weda Kuning: 43-45). 

(b) Tirtha berfungsi sebagai pengurip alam penciptaan

Dengan memercikkan tirtha sebuah Yadnya menjadi persembahan yang memiliki nilai spiritual dan menjadi suci adanya. Tirtha juga dapat memberikan kehidupan pada Yadnya yang kita persembahkan serta dapat memiliki nilai magis. Yadnya yang suci dapat mendatangkan dan menyatukan kehidupan manusia dengan alam Tuhan atau dengan Hyang Pencipta. Dengan menyuguhkan persembahan seolah-olah Tuhan terasa hadir di hadapan yang menyembah-Nya. 

Berikut ini mari kita simak mantra Gayatri dalam kitab suci Rg Weda Mandala I Sukta 3, sloka 10, 1.1, 12, dan Sukta 5, sloka 6, antara lain : 

“Pawaka nati Sarasati wajebhirwajiniwati, Yadnyam wastu dhiyawasuh “, (R.W. 1, 3, 10).

Artinya:

Dengan keagungan, pencinta kidung, semoga Saraswati berkenan, Dengan cinta sejati mendatangi persembahan kami.

“Codayitri Sunrtanam Celarti Sumatinam, Yadnyam Dadhe Saraswati “, (RW.I,3,11).

Artinya:

Pembawa kidung yang inanis pencipta pikiran agung, Saraswati terimalah persembahan kami.

Maa amah Saraswati Pro cetayarti keituna, dhivo wiewawi Rajati (RW. 1, 3, 12).

Artinya :

Saraswati sungai perkasa, dengan cahaya-Mu menerangi alam, Dia menerangi tiap pikiran suci.

“Twanatya pit a ya sadyo wrddho ajayatah,
Indra Jyaishyaya Sukarato (R.W. 11, 5, 6).

Artinya :

Engkau tubuh segera menjadi kuat, lahir untuk minum air Soma, indah perkasa, melebihi semua.

Dan mantra-mantra suci di atas menegaskan tentang fungsi air suci atau tirtha yang sekaligus menjadi sarana Yadnya yang dapat memberikan daya cipta yang tinggi untuk mengundang kedatangan atau kehadiran Tuhan pada umatnya, dapat menciptakan suasana, perilaku, perkataan dan pikiran yang serba suci menuju pada keterangan yang abadi, sehingga karena tirtha yang suci itulah dapat tumbuh, dan melahirkan hal-hal yang berguna bagi kehidupan sesama manusia atau umat Hindu. 

(c) Tirta berfungsi sebagai pemelihara

Dalam kehidupan ini sesungguhnya mengharapkan adanya, ketenangan, kenyamanan, kesejahteraan dalam hidup ini. Secara lahir dan batin diupayakan untuk tercapainya suatu kebahagiaan yang abadi dan yang berkesinambungan. Termasuk juga ciptaan yang lainnya di alam semesta ini memerlukan kesinambungan dan kelestariannya.  Antara suatu kehidupan dengan kehidupan yang lainnya ada yang memelihara dan dipelihara, ada yang melindungi dan ada yang dilindungi, serta ada yang yang mengawasi. Dengan demikian bahwa dalam kehidupan di dunia ini senantiasa adanya kebersamaan antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya: manusia dapat hilang hausnya oleh karena ada air yang diminumnya, tumbuh-tumbuhan menjadi segar dan tidak layu, oleh karena disiram dengan air, dan binatang dapat hidup dengan nyaman dan gemuk, berkat karena air yang membantu dan memelihara kehidupannya. Begitulah manfaat dan fungsi air bagi kehidupan di dunia ini. Dan dalam kaitannya dengan pelaksanaan Yadnya, bahwa air terutama air suci atau tirtha juga berfungsi sebagai pemelihara. Dalam Tri Murti, Dewa Wisnu sebagai penguasa air guna untuk memelihara (stithi) semua menciptaan Tuhan, dan Demikian pulalah Dewa Indra sebagai penguasa hujan yang dapat memberikan air kehidupan dan air kesuburan, oleh karena air merupakan lambang kemakmuran. 

Berikut ini beberapa mantra dalam Rg Weda, ada menegaskan, sebagai berikut :

“Purutamam purunainicanam waryanam,
Indram some saca sute “.
(R.W.l. bagian kedua, 5, 2).

Artinya :

Kepadanya yang memiliki segala-galanya, Dewa Kebaikan, Indra dengan menuangkan air soma.

“Sutapane suta imne cucayo yatti witaya, Somaso dadhyacirah” (R.W. 1,2, 5, 5).

Artinya:

Mendekatlah kepada peminum soma, untuk kebahagiaannya, air suci ini, soma dengan mentega. 

Kedua mantra tersebut sebagai Dewa Indra menganugerahkan air suci untuk memelihara kehidupan dan untuk menemukan kebahagiaannya. Kemudian dalam mantra berikut juga ada dijelaskan tentang fungsi air sebagai pemelihara kehidupan yang berbunyi 

“Rtasya Dewa, anu wrata gurbhuwat Paristidyauma bhuma, wardhartimapah, panwa susiawan “, (R.W. XIII, 65, 2).

Artinya : 

Dewa-dewa mencari jalan suci, berkumpul seluas langit itu sendiri. Air menghidupi semua yang tumbuh, lahir mulia, menurut hukum alam (Rta). Air yang dijadikan sebagai sarana upacara agama memiliki fungsi yang bermacam-macam dan cara memperolehnyapun bermacam-macam pula, asalkan memenuhi syarat kesucian, seperti: air dan mata air, air ledeng, air sumur, air pada tempat-tempat yang khusus yang bersih, air kelapa, dan sebagainya. 

Dalam upacara piodalan pada suatu Pura atau tempat bahwa air suci atau tirthabiasanya diperoleh dengan melalui ngukup yaitu dengan mengasapi air yang akan dijadikan tirtha dengan asap harum-haruman beserta pujanya. Kalau diperhatikan secara umum, air sebagai sarana upacara agama atau air dalam kaitannya sebagai upacara ritual dapat dipergunakan, antara lain :
  1. Sebagai alat penyuci segala sarana upacara dalam fungsinya sebagai tirtha pembersihan.
  2. Sebagai tirtha amerta atau sumber kehidupan.
  3. Sebagai wasuh pada yang disebut ancamannya dan padyargha.
  4. Sebagai air minum untuk tarpana dan juga keperluan minum sehari-hari. 
Referensi:
Sukrawati, Ni Made. 2019. Acara Agama Hindu. Denpasar: UNHI Press.
Dikutib Dari Buku: Acara Agama Hindu Karya Dr. Ni Made Sukrawati, S.Ag., M.Si halaman 45-55

0 Response to "Arti dan Fungsi Air dalam Upacara Yadnya Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel