Makna Bentuk dan Fungsi Rumah Adat Tongkonan Toraja
Ilustrasi Rumah Adat Tongkonan |
Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare' allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Khususnya di Sillanan-Pemanukan (Tallu Lembangna) yang dikenal dengan istilah Ma'duangtondok terdapat tongkonan yaitu Tongkonan Karua (delapan rumah tongkonan) dan Tongkonan A'pa' (empat rumah tongkonan) yang memegang peranan dalam masyarakat sekitar.
Tongkonan karua terdiri dari:
Tongkonan A'pa' terdiri dari:
- Tongkonan Pangrapa'(Kabarasan)
- Tongkonan Sangtanete Jioan
- Tongkonan Nosu (To intoi masakka'na)
- Tongkonan Sissarean
- Tongkonan Karampa' Panglawa padang
- Tongkonan Tomentaun
- Tongkonan To'lo'le Jaoan
- Tongkonan To Barana'
Banyak rumah adat yang konon dikatakan tongkonan di Sillanan, tetapi menurut masyarakat setempat, bahwa yang dikatakan tongkonan hanya 12 seperti tercatat di atas.
- Tongkonan Peanna Sangka'
- Tongkonan To'induk
- Tongkonan Karorrong
- Tongkonan Tondok Bangla' (Pemanukan)
Bentuk konstruksi atau wujud keseluruhan dari tiga jenis rumah Tongkonan Tana Toraja hanya satu. Adapun letak perbedaannya hanya pada pemakaian ornamen, jenis ukiran yang digunakan dan status sosial pemilik rumah Tongkonan. Perbedaan yang paling mencolok terletak pada pemakaian a’riri posi’ (tiang pusat), pemakaian ornamen kepala kerbau yang disebut kabongo dan pemakaian simbol kepala ayam yang disebut katik. (Toramapetilasan)
Ketiga unsur tersebut (tiang pusat, simbol ayam dan simbol kepala kerbau) khusus diperuntukkan bagi Tongkonan layuk, sedangkan pada Tongkonan pekamberan atau pekaindoran hanya diperbolehkan memakai hiasan kabongo dan katik. Sementara untuk Tongkonan batu a’riri, ketiga unsur tersebut tidak diperbolehkan untuk digunakan.
Tongkonan batu a’riri dari golongan Tomakaka (bangsawan) dan Tongkonan batu a’riri dari golongan kaunan (orang biasa) mempunyai perbedaan yang telah ditetapkan oleh adat. Tongkonan orang biasa tidak boleh diukir. Sedangkan pada golongan Tomakaka tergantung dari kemampuan ekonomi pemiliknya, apakah perlu diukir secara keseluruhan atau tidak. Golongan kaunan tidak pernah memiliki Tongkonan layuk, karena latar belakang status sosial pada masyarakat adat Toraja.
Salah Satu Contoh Ukiran Rumah Adat Tongkonan |
Menggunakan eran (tangga) dari bawah sulluk (kolong) rumah Tongkonan, dapat memasuki ruang rumah Tongkonan dan sampai pada bagian yang paling rendah dari tiga ruangan di dalam rumah Tongkonan. Bagian tersebut dinamai sali. Sebelah timur sali terdapat dapo’ (dapur). Bagian barat ruang rumah Tongkonan biasanya dipergunakan untuk meletakkan mayat saat akan diupacarakan di bawah rumah. Sebelah barat sali terdapat satu jendela kecil dan satu jendela lebih besar yang kegunaannya untuk tempat mengeluarkan mayat yang disimpan apabila hendak diupacarakan. Pintu tersebut merupakan pintu khusus yang disediakan untuk jalan keluarmasuknya arwah para leluhur.
Rumah Adat Tongkonan |
Sulluk (kolong) terdapat di bagian bawah dari ruang rumah Tongkonan. Sebelah utara terdapat tanggo’ sebagai tempat duduk, tepatnya berada di bawah ruang dari rumah Tongkonan yang disebut paluang. Halaman di depan rumah Tongkonan biasanya dipakai sebagai tempat upacara, pesta dan menjemur padi dan hasil panen lainnya.
Prinsip dasar yang dipegang teguh pada pengembangan Tongkonan adalah hidup kekeluargaan yang harmonis lahir batin dan sangat erat bertumpu pada Tongkonan, bahwa Tongkonan itu menjadi wadah dalam upayaupaya : Pembinaan persekutuan darah daging (keluarga) berbentuk kasiturusan salurara salubuku (kesepakatan semua rumpun keluarga) yang berorientasi pada silsilah keturunan;
Pembinaan persekutuan kemasyarakatan berbentuk kasiturusan ada’ (kesepakatan adat) yang berorientasi pada to sangbua’ (satu keturunan) atau to sang lembang (satu lembang atau desa); Pembinaan persekutuan dengan Dewata Penguasa Alam sekitar lingkungan hidup yang berorientasi pada tallu lolona (tiga ritual yang mendasar), yakni lolo tau (ritual tentang manusia), lolo penatuo (ritual tentang hewan) dan lolo tananan (ritual tentang tanaman). Kaitannya dengan aluk rambu tuka’;
Perwujudan harmonisasi dengan Tuhan maupun dengan arwah nenek moyang atau Todolo yang berorientasi pada tata cara kapenombaan (cara melakukan persembahan). Kaitannya dengan aluk rambu solo’; Pembinaan persekutuan kader kepemimpinan Tongkonan dan kehidupan masa depan lembang (wilayah) kekuasaan suatu desa, yang berorientasi pada londong Tongkonan (pemimpin pada rumah Tongkonan) masingmasing pada perannya. Londong artinya jantan, yang jika dikaitkan dengan karakter seorang pemimpin adalah orang yang mampu berkuasa dan mampu mempengaruhi orang yang dipimpin.
Reff:
Wikipedia, 2016, Tongkonan.
Wacananusantara, 2013, Makna Tongkonan (Rumah adat) di Tana Toraja, Arian Zwegers
Torajaparadise, Orang Toraja dan Makna Tongkonan, Gidion Yuris Triawan.
Palembang, Bentuk dan Makna Simbolik Rumah Adat Tongkonan Toraja, Balai Arkeologi Palembang, 2016.
Penulis: Arnold Suasneger
Bingung mencari Situs Judi Taruhan Ayam Aman dan Terpercaya?
ReplyDeleteUntuk Anda yang sedang mencari Situs Judi Taruhan Ayam, tidak perlu khawatir. Agen BOLAVITA juga menyediakan permainan Sabung Ayam terlengkap yang bisa Anda daftar dan mainkan.
Banyak bonus yang disediakan oleh Agen BOLAVITA untuk Anda baik member baru maupun member setianya.
Segera daftarkan dirimu di www.bolavita.ltd
Baca juga = Cara Daftar Sabung Ayam di BOLAVITA
Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
BBM : BOLAVITA / D8C363CA
Whatsapp : +62812-2222-995
Livechat 24 Jam