Arti dan Makna Kekawin Ramayana Sargah Tiga 63

HINDUALUKTA -- Dalam Kekawin Ramayana sargah tiga bait 63, tertulis sloka dalam Bahasa Bali dengan wirama Bhramara-wilacita yang telah di tulis dalam bahasa latin sebagai berikut :

                      Sangkaning wruh aji ginega
                      Nitijna cara kapuhara
                      Pandya Acarya Dwija pahayun
                      Gongetatah tikanangasih

Arti Kakawin Ramayana sargah tiga bait 63.

                                    Asal kepandaian itu ada karena pengetahuan itu dipatuhi,
                                    Kebijaksanaan membawa sikap dan perilaku,
                                    Para Sarjana, Para Guru dan Para Pendeta hendaknya dihormati,
                                     Besarkanlah olehmu kasih sayang itu.

Makna Kakawin Ramayana Sarga Tiga bait 63.

         
Setelah mendapatkan arti dari setiap baris dalam kakawin di atas maka makna dari setiap baris bisa di paparkan sebagai berikut :

Baris pertama “kepandaian itu ada karena pengetahuan itu dipatuhi”
     Baris pertama memiliki kata kunci “memiliki pengetahuan” dimana seseorang dikatakan memiliki kepandaian ketika orang tersebut mematuhi dan menerapkan ilmu pengetuannya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu diterapkan oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain yang sudah menerima ilmu pengetuan dari dia karena sepandai-pandainyya seseorang, seluas-luasnya wawasan seseorang akan ilmu pengetahuan tetapi jika kemampuan yang dimilikinya tidak diterapkan dan tidak diimplementasikan dalam kehidupan maka dengan demikian pengetahuan yang dimilikinya tidak akan berguna baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Memiliki pengetahuan juga merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk memiliki pengetahuan yang luas tentang kepemimpinan. Karena tanpa pengetahuan, ibarat pedati tanpa kusir maka sistem kepemerintahan tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan ilmu pengetahuan seorang pemimpin dapat membuat rencana dan melaksanakan serta mampu menerapkan ambeg parama arta yaitu dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.

Baris kedua “Kebijaksanaan membawa sikap dan perilaku”.
          Kata kunci dari kalimat “bersikap bijaksana” yaitu Kebijaksana atau Prajna. Kata Prajna pada mulanya berarti mengetahui, dari kata “Jna” artinya tahu. Orang yang banyak pengetahuannya adalah orang yang memiliki peluang besar untuk menjadi bijaksana. Orang yang bijaksana ukurannya adalah mampu memahami berbagai kebijaksanaan yang mendatangkan kebahagiaan. (Modul: 188).
Selain itu orang bijaksana selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya), arif, tajam pikiran, pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan serta kepandaian dalam menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya) ketika menghadapi masalah. Sikap bijaksana adalah kekuatan pikiran untuk mempertimbangkan berbagai macam faktor sampai pada suatu keputusan. Karena dengan bijaksana akan mendatangkan kebahagiaan. 

Baris ketiga “Para Sarjana, Para Guru dan Para Pendeta hendaknya dihormati”.
        Kalimat ini memiliki makna bagaimana kita menghormati sarjana, guru, dan pendeta. Dimana mereka adalah sumber dari ilmu pengetahuan.  Ilmu pengetahuan tidak semata-mata langsung bisa diperoleh dengan sendirinya melainkan melalui sebuah proses pendidikan. Begitu pula dengan kebijaksanaan tidak muncul secara tiba-tiba atau muncul dari watak yang dimiliki seseorang melainkan berawal dari suatu proses pendidikan juga dan menerapkan pengetahuan itu dikehidupan sehari.
Para sarjana, para guru, dan para pendeta merupakan orang-orang yang berperan penting dalam proses pendidikan untuk mengembangkan pengetahuan kepada seseorang sehingga seseorang bisa menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian para sarjana, para guru dan para pendeta dihormati karena dari merekalah pengetahuan suci itu diperoleh. Penghormatan itu dapat dilakukan dengan cara mengimplementasikan ilmu yang telah diperolehnya.

Baris keempat “Besarkanlah olehmu kasih sayang itu”
            Kalimat ini memiliki makna tentang menumbuh kembangkan kasih sayang. Perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada lima syarat untuk mewujudkan kasih sayang, yaitu perasaan, pengenalan, tanggung jawab, perhatian, dan saling menghormati.
Erich Fromm dalam buku larisnya (The Art of Loving) menyatakan bahwa ke empat gejala: care, responsibility, respect, knowledge muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang memiliki kasih sayank. Omong kosong jika seseorang mengatakan sayang anak tetapi tak pernah mengasuh dan tak ada tanggung jawab pada si anak. Sementara tanggung jawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya & tanpa rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan, dan individu lainnya pada sikap otoriter.
Pada jaman Majapahit, Raja Hayam Wuruk menjadikan Catur Kotamaning nrpati sebagai pegangan dalam menjalankan kepemerintahannya. Salh satu bagiannya adalah Kaprahitaning Prajayang artinya bahwa seorang pemimpin hendaknya memiliki sikap belas kasihan terhadap rakyatnya. Karena dengan rasa kasih sayang itulah rakyat akan merassa terlindungi. Kasih sayang dari seorang pemimpin akan menciptakan kedamaian yang dapat membuat rakyat sejahtera. 
Semua orang wajib untuk menumbuhkan dan menerapkan rasa kasih sayang pada sesama dalam kehidupan bermasyarakat tanpa memandang perbedaan suku, ras, agama, dan lain-lain agar tercipta suatu keharmonisan.

Kaitan Makna Kakawin Ramayana Sarga Tiga bait 63 dengan Pembinaan Moral Dan Etika dalam Kehidupan.

    Uraian  Kekawin Ramayana sargah tiga pada 63 tersebut memberikan sebuah makna yang sangat mendalam bagi pembinaan moral dan etika di dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, khususnya bagi seluruh bangsa Indonesia dalam wawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
    Kehidupan berbangsa dan bernegara tak lepas dari seorang Pemimpin dan Rakyat dalam menjalankan pemerintahannya yang tentunya memiliki moral dan etika yang tinggi di masyarakat. Makna dari kekawin Ramayana tersebut bila di kaitkan dengan pemimpin yaitu, seorang pemimpin harus mempunyai atau menguasai ilmu pengetahuan yang suci. Ilmu pengetahuan itu bersifat netral. Dalam hal ini diingatkan agar ilmu pengetahuan itu didapatkan dan digunakan untuk tujuan yang suci. Dalam Catur Kotamaning Nrpati (empat sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang raja) hal ini disebut dengan Jana Wisesa Sudha.
Pemimpin hendaknya mematuhi pengetahuan baik itu pengetahuan tentang negara, agama, dan pengetahuan lainnya. Pengetahuan yang benar itu kemudian dijadikan pedoman dalam memimpin negaranya karena dengan pengetahuan yang benar pemimpin dapat menciptakan keadilan di negara. 
          Pembinaan moral dan etika kehidupan berbangsa dan bernegara juga mempertimbangkan unsur kebijaksanaan karena sangat menentukan kewibawaan seseorang. , terutama seorang  pemimpin. Pemimpin yang bijaksana akan dihormati dan disegani oleh rakyatnya. Jika rakyat sudah hormat dengan pemimpinnya maka rakyat akan patuh terhadap segala peraturan sehingga kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, khususnya bagi seluruh bangsa Indonesia dalam wawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang dicita-citakan bersama.
            Ilmu pengetahuan suci yang diperoleh seorang salah satunya adalah bersumber  dari sarjana, guru, dan pendeta. Maka sudah sepatutnya sebagai pemimpin menghormatinya karena tanpa mereka pemimpin tidak bisa mendapatkan pengetahuan tersebut.
            Kasih sayang harus terus ditumbuhkembangkan oleh semua seorang. Kasih sayang inilah yang akan mendorong seseorang untuk selalu melakukan kasih sayang kepada 'jiwa' atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dan lain-lain. Cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan pengabdian terhadap rakyanya. Kasih sayang juga sebagai landasan utama untuk menciptakan kedamaian. Kedamaian sangat diperlukan karena tanpa kedamaian stabilitas sebuah negara tidak akan tercapai. Kasih sayang harus senantiasa pula dijaga karena tanpa itu akan timbul kekisruhan yang akhirnya berujung pada perkelahian dan perpecahan bangsa. Pemimpin yang baik harus mampu menjaga keutuhan dan kedaulatan negaranya.
  

0 Response to "Arti dan Makna Kekawin Ramayana Sargah Tiga 63"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel