Kekuasaan Dinasti Kerajaan Sri Wijaya Di Bali

Kekuasaan Dinasti Kerajaan Sri Wijaya Di Bali (Tonggak Ke Tujuh)

A. Dualisme Kekuasaan di Bali 

  • Setelah Sri Aji Aditya ngraja rsi dengan gelar Bathara Hyang Gni Jaya, kekuasaan diserahkan pada Diah Tirta Arum dengan gelar Ugrasena I. Kékuasaannya sangat lemah karena telah berpisah dengan Kerajaan Mataram, sehingga Sri Wijaya melakukan ekspedisi ke Bali di bawah pimpinan Sri Kesari Warmadewa tahun 917 M. 
  • Keratonnya bemama Singadawala (Pura Dalem Blanjong Sanur), yang didukung oleh wangsa Dawala (penyatuan Wangsa Budha, Warma dan Kala).
  • Pusat Orientasi Pemujaan Bukit Jimbaran dan Pura Uluwatu untuk memuja Dewa Kala. 
  • Kekuasaan Sri Kesari Warmadewa tidak begitu besar karena kekuasaan Singamandawa masih kuat di Bali. 
  • Tahun 920 M, Sri Kesari Warmadewa merebut wilayah Minanga di Gunung Agung.
  • Tahun 922 M (Prasasti Sembiran) Singamandawa minta bantuan pada Raja Pajajaran bernama Hyang Aji Tapak untuk menyerang Singadawala. 
  • Tahun 924 M (Prasasti Pengotan), Singadawala diserang oleh Singamandawa dan Sri Kesari Warmadewa meninggal di Nusa Dua. 

B. Berdirinya Keraton Indara Pura di Minanga Besakih 
  • Putra Sri Kesari Warmadewa yang bemama Jaya Kesunu melarikan diri ke Minanga Besakih. Atas bantuan raja Sri Wijaya yaitu Sri Wijaya Tungga Dewa, Jaya Kesunu berhasil mendirikan kerajaan lagi dgngan Keraton Indra Pura (Pura Gelap di Besakih). 
  • Karena Kekuasaan beliau didukung oleh Wangsa Pasupata, Baruna, Wisnu dan Indra maka beliau bergelar Sri Tabanendra Warmadewa. 
  • Tahun 933 M (Prasasti Batunya) Indra Pura menyerang Singamandawa. Diah Tirta Harum/Ratu Ugrasena I berhasil dibunuh di desa Siakin dan dikubur di Banjar Pendem. Beliau diganti oleh Permaisuri Sri Aji Aditya yang kedua bernama Meilan Coladungkang bergelar Sri Ratu Ugrasena ll. Keraton Singamandawa dipindah dari Pura Penulisan ke Balingkang Pura dan beliau berhasil menata kembali kekuasan Singamandawa yang hancur. 
  • Tahun 935 M (Prasasti Dausa) Ratu Ugrasena II, berhasil mengatasi pemberontakan rakyat Indra Pura dan masyarakat Tamblingan yang ingin mendukung Indra Pura. 
  • Tahun 940 M, Singamandawa menyerang Indra Pura di Besakih. Keraton Indra Pura berhasil dihancurkan. Sri Tabanendra memindahkan Keraton Indra Pura ke Selatan yang sekarang disebut Pura Dalem Selonding. Sedangkan Keraton Indra Pura yang lama diratakan dengan tanah agar tidak dapat diketahui musuh dan disebut Pura Gelap. 
  • Tahun 942 M (Prasasti Gobleg): Ratu Ugrasena berhasil mengatasi pemberontakan masyarakat Gobleg dan Tamblingan. 
  • Tahun 945 M, Indra Pura yang dipimpin Sri Tabanendra Warmadewa menyerang Singamandawa di Balingkang Pura. Ratu Ugrasena II melarikan diri dan bersembunyi ke Alas Metaum. Dalam persembunyiannya beliau bergelar Ratu Mas Pingit. Sedangkan Putra beliau yang bernama Banu Wka (Putra Matahari) melarikandiri ke wilayah Manukaya dan menjadi Adipati Manukaya. 
  • Tahun 951 M (Prasasti Sembiran) Sri Tabanendra berhasil menguasai wilayah pesisir Balingkang Pura. 
  • Tahun 955 M (Prasasti Manik Liu), Sri Tabanendra berhasil menguasai daerah Manuk Liu. Kemudian Sri J aya Danawa berencana untuk mengadakan penyerangan ke Indra Pura. Beliau diangkat menjadi Senapati Perang yang bergelar Sri Aji Jaya Danawa, karena penyerangannya didukung oleh Wangsa Buda, Gana dan Birawa. 
  • Tahun 962 M (Prasasti Manukkaya), Sri Jaya Danawa mengadakan penyerangan ke wilayah Indra Pura atau Pura Dalem Selonding Besakih. Wilayah Minanga berhasil dikuasi dan mendirikan benteng pertahanan' Danawa Pura yang sekarang disebut Pura Dalem Puri. Pertempuran yang hebat terj adi di daerah perkebunan antara Dalem Puri dan Dalem Selonding yang sekarang disebut Tegal Penangsaran. Berkat bantuan wangsa Indra akhimya pasukan Sri Jaya Danawa dapat dikalahkan dan Keraton Danawa Pura di Manuk Kaya dapat di hancurkan (sekarang disebut Pura Dalem Mangening). Kemudian Sri Tabanendra yang bergelar Sri Candrobhaya mendirikan Pura Indra Pura sebagai Simbol kekuasaannya di wilayah Manuk Kaya yang lebih dikenal dengan nama Pura Tina Empul. 
  • Meninggalnya Senapati Perang Sri Aji Jaya Danawa, kemudian Sri Ratu Ugrasena II, keluar dari pengasingannya di Alas Metaum. Beliau memimpin langsung pasukan Singamandawa menjadi Senapati Perang. 
  • Tahun 966 M (Prasasti Serai), Sri ratu Ugrasena berhasil menguasai wilayah Serai. Kemudian beliau berhasil dibunuh dan berakhirlah kekuasaan Singamandawa di Bali. 
C. Indra Pura sebagai Penguasa di Bali 
  • Runtuhnya kekuasaan Singamandawa di Bali maka dibawah kekuasaan Sri Thabanendra Warmadewa, Wangsa Warma mulai berkuasa di Bali (walaupun masih di bawah kekuasaan Raja Sri Wijaya).
  • Simbol kekuasaannya adalah Pura Indrakila dengan pusat orientasi keagamaan ke Gunung Agung yang disebut Gunung Indra Kila. Dewa Pujaan tertinggi adalah Dewa Indra yang disebut Hyang Mahendra. 
  • Hari kemenangannya adalah Hari Raya Nyepi untuk memuja Dewa Indra yaitu diambil dari peristiwa yang sangat sepi ketika penempuran Sri Aji Jaya Danawa dan Sri Candrobhaya Warmadewa. 
  • Sri Thabanendra Warmadewa pernah melarang masyarakat Bali untuk merayakan Hari Raya Galungan untuk memuja Hyang Mahasora. Namun kebijaksanaan beliau ditentang oleh sebagian besar masyarakat Bali, sehingga munculah perayaan Galungan Naramangsa (pelaksanaan Galungan yang dilarang oleh manusia). 
  • Tahun 967 M (Prasasti Kintamani), Sri Subadrika Warmadewi wafat di Air Mih. 
  • Tahun 975 M (prasasti Sembiran AII) Sri Tabanendra Warmadewa wafat di Baleswara Banwa Bungkulan Buleleng. Sekarang disebut Pura Agung Bungkulan. Kemudian beliau diganti oleh putranya yang bernama Sri Janasadhu Warmadewa.
D. Sri Wijaya Mengambilalih Kekuasaan di Bali 
  • Pada kekuasaan Sri Janasadhu Warmadewa di Bali, di Jawa Timur telah berdiri kerajaan Medang Kemulan yang merupakan musuh dari kerajaan Sri Wijaya. 
  • Tahun 983 M (Prasasti Gobleg Pura Desa II), Sri Janasadhu Warmadewa mengadakan hubungan politik dengan Kerajaan Medang Kemulan, sehingga kekuasaan beliau diambil alih oleh Kerajaan Sri Wijaya, dengan mengangkat Sri Wijaya Mahadewi sebagai Raja di Bali. 
  • Pusat Pemerintahan dipindahkan dari Pura Dalem Selonding Besakih ke wilayah Indra Pura di desa Dausa. Pusat orientasi keagamaan adalah Pura Pucak Bukit Sinunggal. 
E. Pemberontakan Sri Janasadhu Warmadewa 
  • Sri Janasadhu Warmadewa (Wangsa Warma) meminta dukungan kepada Wangsa Buda dan Wangsa Isana,untuk mengambilalih kekuasaan Sri Wijaya Mahadewi di Bali. Koalisi Tiga Wangsa ini disebut Wangsa Wardana yaitu penyatuan Wangsa Warma, Buda dan Isyana.
  • Tempat pertemuan ketiga wangsa ini disebut Pura Samuan Tiga, yang menghasilkan kesepakatan bahwa jika perjuangannya berhasil maka kekuasaan akan dilaksanakan oleh tiga wangsa secara koleklif kolegial. 
  • Sri Janasadhu Warmadewa menyerang tahun 988 M dan berhasil merebut kekuasaan tahun 989 M, pada hari Tileming Kapitu yang sekarang dirayakan sebagai Hari Raya Siwa Ratri.

3 Responses to "Kekuasaan Dinasti Kerajaan Sri Wijaya Di Bali"

  1. saya sangat tertarik dengan penjabaran singkat di atas.
    Bila diijinkan, saya ingin mendengarkan dan belajar lebih lanjut mengenai penjabaran di atas. Mohon bila berkenan di kirimkan no contact via email, agar saya bisa menghubungi dan berdiskusi lebih lanjut.
    Matur suksma

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sangat kreatif... Xixixixix.. ada ada azjzaaaaaa..



      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel