Sejarah Bali Sebelum Masehi Sampai Kekuasaan Dinasti Kerajaan Mataram di Bali

HINDUALUKTA - BALI SEBELUM ABAD MASEHI, Terdapat dua kelompok masyarakat yang bersifat animisme dan dinamisme yaitu melakukan pemujaan kepada roh leluhur (Parahyang) dan kekuatan alam di Bali sebelum abad masehi. Adapun keduanya yakni Wangsa Bukit dan Wangsa Peminggir.

A. Wangsa Bukit
  1. Mendapat pengaruh budaya perundagian.
  2. Sarana pemujaan dari batu yang disebut Batu Taulan, tempat pemujaan disebut Ulan, bangunan pemujaan disebut Bumi Kemulan.
  3. Bertempat tinggal di daerah pegunungan. pusat orientasi pemujaan ke arah gunung.
  4. Keyakinannya pada roh leluhur berstana diatas puncak gunung. dan melakukan pemujaan pada bulan mati (hari Tilem). 
Sejarah Bali Sebelum Masehi Sampai Kekuasaan Dinasti Kerajaan Mataram di Bali
Pura Ulundanu Batur

B. Wangsa Peminggir
  1. Mendapat pengaruh budaya bahari dan bertempat tinggal didaerah pesisir. 
  2. Pusat orientasi pemujaan ke arah laut. 
  3. Keyakinannya bahwa roh leluhur akan naik perahu ke alam sorga, bentuk bangunan pemujaannya seperti perahu yang sedang berlayar. 
  4. Melakukan pemujaan pada bulan terang (Bulan Purnama). 

Situasi bumi Bali yang belum mendapat pengaruh agama Hindu, dalam foklormasyarakat Bali disebutkan dengan ungkapan "Dugas Gumi Baline Kari Suwung".

BALI DIBAWAH KEKUASAAN WANGSA SORA DI INDIA 
(TONGGAK KEDUA)
  1. Pada awal abad masehi terjadi perubahan jalur perdagangan dari jalur darat ke jalur Iaut yang disebut Jalur Sutra (The Silk Road). 
  2. Peninggalan arkeologis berupa Guci Kamadetu di desa Pacung Buleleng, menunjukkan bahwa sejak awal abad pertama pengaruh Agama Hindu mulai berkembang di Bali yang disebarkan oleh wangsa Sora dari India Selatan. 
  3. Seorang musafir Yunani yang bernama Jambulos dalam catatannya menjelaskan bahwa tahun 78 M, mereka terdampar di Bali. Pada saat itu masyarakat Bali mayoritas memuja Dewa Matahari (Sora), sedangkan Dewa Laut (Wisnu) tidak mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat Bali. 
  4. Terjadi perubahan arah orientasi pemujaan yaitu yang semula ke arah laut (kelod) dan gunung (kaja), menjadi kearah Matahari Terbit (timur/kangin). 
  5. Nama dewa pujaan disesuaikan dengan kepercayaan masyarakat setempat seperti Hyang Api, Hyang Bukit dan tempat pemujaannya disebut Ulan dengan simbol dari batu alam yang disebut Batu Taulan seperti Ponjok Batu, Batu Madeg, Batu Lempeh. 

BALI DIBAWAH KEKUASAAN KERAJAAN CAMPA. 
(TONGGAK KETIGA)
  1. Dilihat dari nama Raja Campa dan Kutai, mereka masih dari satu keturunan yaitu keluarga Warman, seperti: Bada Warman, Rudra Warman, Mula Warman, Puma Waman.
  2. Pada abad keempat berdiri Kerajaan Kutai yang bersifat Siwaistis. Pengaruh Siwa mulai berkembang di Bali dengan berbagai sub-sektenya. 
  3. Awal penyebaran Siwa di Bali dengan menyatukan diri dengan sekte Raditya (pemuja Matahari), sehingga muncul pemujaan terhadap Kemanunggalan Siwa Raditya.
  4. I-Tsing seorang musafir Cina mengatakan pada abad ke-4, belum banyak pemuja Agama Budha di Nusantara. 

BALI DIBAWAH KEKUASAAN KAISAR CINA 
(TONGGAK KEEMPAT)
  1. Pengaruh raja Dinasti Warman semakin berkembang dengan berdirinya kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat. Disamping itujuga telah berdiri kerajaan Keling di tanah Jawa. 
  2. Menurut catatan resmi negeri Cina, pada tahun 518 M datang rombongan masyarakat Bali (keturunan Kundya) pada kekuasaan Dinasti Han dan Dinasti Tang untuk bekerjasama dan meminta dukungan kekuasaan. 
  3. Tahun 523 M masyarakat Bali datang ke Cina dengan membawa oleh-oleh berupa kapas, bahan-bahan obat dan burung jalak putih. 
  4. Mulai berlaku mata uang Cina yang disebut Qian Tang (keteng), sekarang disebut uang kepeng.
  5. Agama Buda mulai masuk, dengan menyatukan diri dengan sekte Siwa sehingga muncul pemujaan kemanunggalan Siwa-Buda. Setelah Agama-Buda dapat diterima kemudian melepaskan diri dari Agama Siwa.
  6. Muncul nama-nama desa yang merupakan penyebaran orang orang Tang seperti Tangeb. Tangkid, Lumintang.

BALI DALAM PERSAINGAN RAJA-RAJA NUSANTARA DI BALI.
(TONGGAK KELIMA)
  1. Pada abad ketujuh di Indonesia telah berdiri banyak kerajaan yang bercorak Hindu seperti: Kerajaan Kutai, Taruma Negara, Kalingga, Mataram dan Sri Wijaya. 
  2. Pulau Bali menjadi rebutan kekuasaan raja-raja Nusantara, dan belum ada raja yang berdaulat di Bali, sehingga pulau Bali disebut "Nusa Kambangan". Kondisi ini sering disebut dalam istilah "dugas gumi Baline kari enceh (cair)". 
  3. Wilayah kekuasaan Raja Keling di Bali disebut Bumi Keling, seperti Buda Keling, Padang Keling, Tukad Keling. 
  4. Wilayah kekuasaan Raja Mataram di Bali disebut Bumi Manukan seperti Manuk Sesa, Iga Manuk, Manuk Kaya, Manuk Liu, Cili Manuk, Labuhan Manuk. Pulau Bali disebut Gili Manuk yang berarti Pulau Kecil Berbentuk Ayam. 
  5. Wilayah kekuasaan Sri Wijaya di Bali (Dapuntha Hyang Sri Mahanasa) disebut Bumi Minanga seperti Desa Menanga, Mangandang, dan Desa Padang. Beliau membangun Taman Sri Kesetra dan pelabuhan seperti yang terdapat di desa Sangsit (prasasti Talang Tuo tahun 683M). 
  6. Terjadi perpisahan antara Wangsa Siwa dengan Wangsa Buda di Mataram dan di Bali. yang didasarkan atas warna kulit (apartheit). Agama Siwa didukung oleh Ras Melayunesia (kulit lebih hitam) disebut Wangsa Kayu Selemdan Agama Buda didukung oleh Ras Austronesia (kulit lebih putih) disebut Wangsa Kayu Putih. Daerah penyebaran Agama Siwa dan Agama Buda dibatasi oleh Karang Tuang yang disebut Desa Selat. Daerah Wangsa Buda yang mempunyai kulit lebih putih disebut Desa Kayu Putih, Desa Dadap Putih, Desa Kayu Putih Melaka. . 

KEKUASAAN DINASTI KERAJAAN MATARAM DI BALI
(TONGGAK KEENAM)
  1. Hegemoni kekuasaan di Bali dimenangkan oleh raja Mataram lewat penyerangan dari pesisir utara pulau Bali (Desa Sambirenteng) dengan mendirikan Pura Hyang Api sebagai simbol kekuasaannya (sekarang disebut Pura Segara Pegonjongan).
  2. Keraton bernama Singamandawa (sekarang disebut Pura Puncak Penulisan yaitu tempat ditulisnya prasasti raja), dan simbol kekuasaan Pura Hyang Api (untuk memuja Dewa Mahasora).
  3. Raja-raja yang berkuasa: Sri Aji Aditya/Sri Aji Jaya Singamandawa (882 M-914 M), Diah Tirta Harum Sari/ Ugrasena I (915M-933M), Meilan Coladungkang/Ugrasena II (933 M-966 M). 
  4. Sejak kekuasaan Ratu Ugrasena I terjadi dualisme kekuasaan di Bali, karena Kerajaan Sri Wijaya telah menguasai Blanjong Sanur dan mengangkat Sri Kesari Warmadewa sebagai Adipati di Bali.
  5. Sejak kekuasaan Ratu Ugrasena II pusat pemerintahan Singamandawa dipindahkan ke Balingkang Pura, karena Keraton Singamandawa di Penulisan dihancurkan oleh Sri Tabanendra Warmadewa. 
  6. Pusat oricntasi pemujaan adalah Gunung Batur. Hari raya kemenangan adalah Hari Raya Galungan. 
  7. Kekuasaan didukung oleh Wangsa Mandawa (Brahma, Gana, Budha dan Siwa).
Baca Lebih Lanjut:

Kekuasaan Dinasti Kerajaan Sri Wijaya di Bali (Tonggak Ketujuh)

0 Response to "Sejarah Bali Sebelum Masehi Sampai Kekuasaan Dinasti Kerajaan Mataram di Bali"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel