Hindu Menyembah Tuhan Yang Maha Esa
HINDUALUKTA - Sebagaimana telah diuraikan bahwa pada dasarnya semua agama menyembah Tuhan Yang Satu dan Tuhan Yang Sama, karena itu Hindu juga menyembah Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana diyakini oleh semua penganut agama. Hal ini secara eksplisit tersurat dalam Veda yang menyatakan eko narayanadvityo’sti kascit artinya ‘hanya satu Tuhan tidak ada duanya’. Pernyataan lainnya dalam Veda ekam sat viprah bahuda vadanti artinya hanya satu Tuhan tetapi orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama’ (Sudharta dan Atmaja, 2014:5-6).
Ide dasar bahwa Hindu adalah agama menyembah Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana juga semua agama sangat jelas terdapat dalam teks-teks suci Hindu, hanyalah pada penggunaan metode untuk memahamiNya dan cara menyembahNya saja yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah wajar dan dibenarkan oleh Tuhan. Hal tersebut sebagai wujud cinta dan kasih sayang Tuhan kepada umat manusia yang masing-masing memiliki perbedaan level pemahaman. Hal tersebut sesuai dengan sloka Bhagavadgῑtā IV.11 yang berbunyi: “dari manapun dan dengan cara apapun umat manusia datang kepada Tuhan akan diterima”.
Madrasuta (2010:17) menguraikan bahwa sekalipun Veda menyatakan Tuhan itu Satu dan hal ini dipertegas lagi dalam Upanisad, tapi karena Hindu tidak melarang umatnya untuk memuja hanya salah satu aspek, salah satu sifat, salah satu sinar (Dev) dari Tuhan, maka timbul kesan (sebagai kesalahpahaman) bahwa Hindu menyembah banyak Tuhan. Setiap agama mengajarkan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, namun karena Tuhan bersifat abstrak, metafisik dan transenden (paravidya), maka Tuhan tidak mudah untuk dipahami oleh setiap orang, karena itu setiap orang membutuhkan panduan seorang guru yang mapan. Hal ini sangat relevan dengan uraian pustaka Sarasamuscaya 40 dan Geguritan Sucita I.XII.40. Sarasamuscaya 40 menyatakan: "Kitab Suci takut pada orang bodoh sebab khawatir akan disalahartikan".
Selanjutnya Geguritan Sucita I.XII.40 menyatakan: "Karena demikian luhur dan halusnya isi sastra dan agama, karena itu tidak mudah dipelajari secara mandiri, karena harus meminta petunjuk dari guru yang mapan. Jika tidak, maka seseorang bisa sangat bertentangan dengan apa yang dipahaminya" (Krishna, 2015:41; Jelantik,1982:67 dan Wisasmaya, 2012:104).
Menyadari keanekaragaman kualitas pemahaman akibat perbedaan evolusi dan level kecerdasan setiap orang dalam memahami yang transendental, maka para bijak Hindu secara garis besarnya membuat dua macam teologi. Pertama, teologi Nirguna Brahman, yaitu teologi yang menjelaskan tentang Tuhan yang tidak dikaitkan dengan atribut apapun, tidak bisa diasumsikan dengan sifat apapun dan tidak bisa dibayangkan seperti apapun. Kedua teologi Saguna Brahman adalah teologi yang menjelaskan tentang Tuhan dengan atribut dan bermanifestasi sebagai sinar-sinar suci (Dev). Dua macam teologi ini sesuai dengan peta wilayah kognitif pemahaman teologis manusia yang selanjutnya dijabarkan ke dalam sub-sub peta wilayah kognisia teologis berdasarkan level pemahaman teologi setiap orang.
Referensi:
Donder, I Ketut. 2015. Jurnal Keesaan Tuhan dan Peta Wilayah Kognitif Teologi Hindu: Kajian Pustaka tentang Pluralitas Konsep Teologi dalam Hindu.
0 Response to "Hindu Menyembah Tuhan Yang Maha Esa"
Post a Comment