Sesungguhnya sejak dahulu dikatakan Tuhan telah menciptakan manusia melalui Yajña dengan (cara) ini engkau akan berkembang, sebagaimana lembu perahan yang memerah susunya karena keinginanmu (sendiri)(Pudja, 2001:76).
Dari bait sloka Bhagawadgita di atas mengingatkan kepada kita betapa pentingnya kewajiban umat untuk beryajña termasuk di sini melaksanakan persembahan atau korban suci kepada orang-orang suci atau para rsi yang disebut Rsi Yajña.
Mengingat dan melaksanakan persembahan yang tulus ikhlas merupakan hal yang penting dan merupakan kewajiban yang mulia baik oleh umat Hindu tanpa mengenal apakah usianya masih muda atau tua, pria atau wanita, suami atau istri, yang kaya ataupun miskin, maka disini dituntut kesadarannya yang tinggi dengan penuh kebersamaan.
“Prajanartha striyah srstah
Samtanartham ca manawah
Tasmat sadharano dharmah
Srutan patnya sahaditah”
Terjemahan:
Untuk menjadi ibu, wanita diciptakan dan untuk menjadi ayah, laki-laki diciptakan. Karena itu upacara ditetapkan dalam Weda untuk dilaksanakan oleh suami (pria) bersama dengan istri (wanita) (Mantra,1970:241).
Dari sloka di atas, ternyata manusia adalah ciptaan Tuhan. Ia diciptakan dengan jenis kelaminnya dan masing-masing jenis kelamin menyandang peran tertentu. Dalam kebersamaan antara pria dan wanita, maka diharapkan akan dapat menunjang, kehidupannya termasuk melaksanakan upacara keagamaan, seperti: Dewa Yajña, Rsi Yajña dan Yajña-yajña yang lainnya. Selanjutnya dalam kitab suci Manawadharmasastra ada ditegaskan mengenai beberapa Yajña yang dilaksanakan oleh umat Hindu sebagai berikut:
“rsi yajñam dwa yajñam
Bhuta yajñam a sarwada
Nryajnam pitra yajñam ca
Yatha sakti na hapayet”
Terjemahan:
Hendaknya jangan sampai lupa, jika mampu laksanakanlah Rsi Yajña, Dewa Yajña, Bhuta Yajña, Manusa Yajña dan Pitra Yajña (Mantra,1970:245).
Menyimak bait sloka di atas, maka pelaksanaan upacara Rsi Yajña merupakan salah satu upacara Yajña dari beberapa Yajña yang ada. Selanjutnya dalam kitab suci Agastya Parwa dijumpai keterangan tentang rincian Panca Yajña yang juga menguraikan hakikat dari Rsi Yajña, yang berbunyi:
“Kunang ikang yajña lima pratekanya, lwirnya dewa yajña, rsi yajña, pitra yajña, bhuta yajña, manusa yajña. Nahan tang panca yajña ring loka. Dewa Yajña ngaranya taila pwa krama ri bhattara Siwagni, maka gelaran ring mandala ring bhattara, yeka Dewa Yajña ngaranya, rsi yajna ngaranya kapuja sang pandita mwang sang wruh ri kalingan ing dadi wwang ya rsi ngarannya;…” (Agastyasparwa, 35.b)
Terjemahan:
Adapun yang disebut Panca Yajña, perinciannya, sebagai berikut: Dewa Yajña, Rsi Yajña, Pitra Yajña, Bhuta Yajña, Manusa Yajña. Demikianlah Panca Yajña di dalam masyarakat. Dewa Yajña adalah persembahan wijen kehadapan Bhatara Siwagni, yang dipersembahkan di atas altar pemujaan, itu disebut Dewa Yajña. Rsi yajña adalah penghormatan kepada para pendeta, mengetahui hakikat hidup menjelma sebagai manusia.
Didalam kutipan sloka di atas diingatkan kepada kita seluruh sedharma untuk dapat melakukan suatu usaha yang bersifat positif ataupun kebaikan kepada para pendeta atau orang suci agama Hindu sesuai dengan kemampuan yang ada dan sesuai pula dengan keadaan masing-masing.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Pendeta/pandita adalah rohaniawan Hindu yang tergolong Dwijati. Pendeta/Pandita atau disebut juga Sulinggih. Sulinggih itu mempunyai kedudukan yang khusus dalam agama Hindu yang hanya bisa didapat dengan memenuhi syarat-syarat dan melalui upacara pendiksaan (penyucian) menurut sasana dan ketentuanketentuan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
Pada dasarnya orang yang telah didwijati diberikan berbagai sebutan tergantung pada ketentuan keluarga dan wangsanya. Ada yang disebut pedanda, rsi, bhagawan, bujangga, empu dan dukuh. Semua dwijati itu mempunyai kedudukan yang sama/ sejajar dalam pandangan agama Hindu. Keseluruhannya termasuk pendeta karena semua gelar dwijati itu baru boleh dipakai setelah melalui proses upacara diksa.
Selanjutnya di dalam kitab suci Yajur Veda CC, 25 diuraikan tentang diksa, sebagai berikut:
“Dengan melakukan brata seseorang memperoleh diksa
Dengan melakukan, diksa seseorang memperoleh daksina,
Dengan daksina seseorang melaksanakan sraddha.
Dan dengan sraddha seseorang memperoleh satya”
Brata adalah suatu janji diri untuk melaksanakan pantangan-pantangan keagamaan agar mendapat kesucian atau dwijati. Daksina adalah pendapatan yang suci karena didapatkan dari perbuatan suci dan terhormat. Sraddha artinya keyakinan atau keikhlasan untuk mengabdi pada Sang Hyang Widhi. Satya adalah kebenaran yang tertinggi. Jadi, Rsi Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas untuk kesejahteraan para rsi atau punia yang berjiwa suci serta mengamalkan segala ajaran rsi.
Rsi Yajña juga sering disebut Brahma Yajña, intinya adalah yajña yang ditujukan kepada Rsi atau Brahma yaitu bagi mereka yang dianggap sebagai penerima wahyu dan penggubah Weda. Setiap umat Hindu berpegang kepada Weda dan memiliki pandangan hidup berdasarkan Weda. Umat Hindu menjadi manusia yang berbudaya dan berbudi pekerti yang luhur atau manusia Indonesia seutuhnya adalah juga karena Weda.
Oleh karena itu, maka setiap umat Hindu merasakan memiliki hutang (rsi rnam) kepada para maha rsi atau para Brahma. Brahma adalah dewa yang dianggap berkuasa atas Weda serta menyampaikan ajaran itu melalui para maha rsi, oleh karena itu bahwa brahma atau maha rsi sangat besar jasanya terhadap kemajuan dan peningkatan taraf hidup umat manusia. Dari jasa-jasa para rsi itulah kita wajib untuk memberikan persembahan atau penghormatan sebagai balas budi yang baik dengan selalu ingat akan kewajiban untuk melaksanakan Yajña kepada para maha rsi. Hal-hal inilah yang mendorong umat Hindu untuk tetap hormat dan memberikan persembahannya dengan melaksanakan Rsi Yajña.
Rsi adalah orang suci yang telah memberikan tuntutan hidup untuk menuju kebahagiaan lahir bathin baik di dunia dan di akhirat. Orang suci yang demikian, secara berkesinambungan turun ke dunia untuk memberikan tuntutan kepada umat manusia. Pemujaan dan penghormatan tidak hanya terbatas kepada para rsi yang telah lampau, tetapi dilaksanakan pula kepada yang meneruskan tugas dan ajaran beliau.
Dengan demikian bahwa Rsi Yajña adalah upacara penghormatan serta pemujaan yang ditujukan kepada para rsi atau orang-orang suci agama Hindu.
Selanjutnya mengenai uraian yang berkenaan dengan bagaimana tujuan dan pelaksanaannya, berikut ini akan diuraikan secara sekilas dalam modul ini.
#Tujuan Rsi Yajña
Segala sesuatu yang dilaksanakan yang berkaitan dengan persembahan atau pengorbanan yang suci dan tulus ikhlas, maka sudah tentu mempunyai makna tertentu pula. Persembahan itu merupakan sesuatu yang bersifat kebaikan atau yang menyenangkan orang lain yang kita persembahkan seperti halnya kepada para rsi atau orang-orang suci. Apapun wujudnya persembahan itu baik yang mempunyai nilai materi maupun yang mengandung nilai spiritual yang dilandasi oleh dharma, hal demikian dapat dikatakan sebagai suatu Yajña.
Pelaksanaan berbagai Yajña tentunya mempunyai tujuan. Secara umum tujuan pelaksanaan Yajña adalah untuk menebus atau membayar utang (kewajiban) kita sebagai umat Hindu.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam ajaran agama Hindu bahwa kelahiran kita sebagai manusia mempunyai tiga kewajiban atau utang yang tentunya hendaknya ditunaikan atau ditebus sesuai dengan swadharmanya masing-masing serta situasi dimana kita berada. Adapun ketiga utang yang dimaksudkan yang dikenal dengan nama Tri Rnam (tiga hutang / kewajiban) yaitu:
- Dewa Rnam yaitu merupakan utang/kewajiban yang ditujukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya, atas terciptanya dunia ini beserta isinya, juga atas perlindungan dan pemeliharaan-Nya. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan Yajña, biasanya Dewa Rnam ini ditebus dengan pelaksanaan Dewa Yajña dan Bhuta Yajña.
- Pitra Rnam yaitu kewajiban atas utang jasa dan pemeliharaan secara lahiriah kepada para leluhur. Pitra Rnam dapat ditunaikan atau dibayar melalui pelaksanaan Pitra Yajña dan Bhuta yajña.
- Rsi Rnam yaitu utang berupa ilmu pengetahuan kepada maha rsi atau pandita (pedanda) yang senantiasa mengabdikan diri demi kesejahteraan umat dan membentuk manusia yang berkepribadian luhur, cakap, dan memiliki etika (susila). Rsi Rnam dapat ditunaikan dengan melaksanakan Rsi yajña yaitu suatu korban suci yang tulus ikhlas untuk kesejahteraan para rsi (pembina rohani) serta dengan mempelajari dan mengamalkan ajaran kebenaran.
Mengingat rsi rnam merupakan utang kepada para maha rsi dan orang-orang suci agama Hindu yang dibayar dengan pelaksanaan rsi yajña, maka dari itu tujuan melaksanakan upacara rsi Yajña adalah untuk membayar utang kepada para maha rsi/orang suci agama Hindu. Kalau kita kenang jasa-jasa atau pengabdian para maha rsi atau orang suci agama Hindu yang begitu mulianya dalam upaya untuk menyelamatkan umat dari berbagai bencana maka betapa pentingnya dan sangat mulianya usaha umat Hindu untuk dapat beryajña dengan tulus guna terwujudnya jalan yang terang, manusia yang cerdas, tercapainya kesejahteraan, mencapai usaha-usaha yang benar / kebajikan, serta mencapai kebahagiaan lahir dan bathin.
Secara sederhana dapat dikemukakan disini beberapa harapkan dalam melaksanakan upacara Rsi Yajña, antara lain:
- Sebagai persembahan untuk mencapai kesucian lahir bathin.
- Untuk menyampaikan rasa bhakti dan terima kasih kehadapan para maha rsi atau orang suci agama Hindu atas jasa-jasa dan pengabdian yang luhur para rsi/ orang suci.
- Untuk mengenang kembali jasa-jasa yang luhur para rsi / orang suci.
- Untuk menjalin rasa kebersamaan dan persatuan yang tulus antara sesama umat dengan para rsi / orang suci guna kesinambungan agama Hindu.
0 Response to "Pengertian dan Tujuan Rsi Yajña dalam Agama Hindu"
Post a Comment