Macam Kedudukan Yadnya dalam Hindu

HINDUALUKTA  -- Yadnya menduduki tempat yang sangat penting ; tidak saja materi atau pokok bahasan terpenting dalam mata kuliah Acara Agama Hindu, tapi juga menduduki tempat yang penting dalam Agama Hindu itu sendiri. Menurut pustaka suci Atharwa Weda ada dinyatakan bahwa Yadnya adalah salah satu bagian dari hakikat Dharma yang menegakkan bumi. Untuk jelasnya perhatikan petikan mantra Veda berikut:





satyam brhadyiam ngram diksa,
tapo brahma Yadnya prihirvim dharayarti,
(Aiharwa Veda; XII.11).

Artinya:

Satya, rta, diksa, tapo, brahma dan Yadnya inilah yang menegakkan bumi. Dalam petikan mantra di atas nyata tampak bahwa Yadnya itu adalah salah satu dari 6 ikatan dharma yang merupakan bagian yang terakhir. Keenam bagian dan hakikat dharma yang merupakan dasar-dasar agama Hindu menurut Veda tersebut adalah: 

1) Satya

Satya berarti kebenaran.

Dalam Veda, kebenaran disimbulkan sebagai inti ke-Tuhan-an. ‘Savita satya dharma’ (Atharwa Veda VII.24. 1.). 

Dewata mempunyai kebenaran sebagai hukum bagi kebenaran-Nya. Rg. Veda menyatakan bahwa dewata-dewata itu sebagai perwujudan kebenaran. Kata Satya dalam arti ke-Tuhan-an dipergunakan sebagai sifat yang lazimnya dipergunakan bersama dengan kata Sat yang artinya sama dengan zat atau sering diterjemahkan dengan kata Yang Maha Ada, sebagai hakikat sifat benar dan pada Tuhan yang bersifat mutlak atau absolut. Kita sering menjumpai Om Tat Sat dan Sat Cit Ananda. Kata Om Tat Sat berarti Om itu adalah Satya. Sedangkan kata Cat Cit Ananda berarti bahwa Tuhan bersifat Satya (kebenaran), Tuhan bersifat Citta (pikiran) dan Tuhan bersifat Ananda (kebahagiaan). Kata Satya juga berarti kebenaran atau kejujuran yang merupakan landasan untuk pengembangan sikap mental dan jalan pikiran dalam agama Hindu. Maksudnya bahwa orang hendaknya berlaku benar, jujur dan setia yang merupakan sifat terpuji karena sifat itu adalah sifat Tuhan. Orang yang bersifat Satya akan dapat mendekatkan dirinya pada Tuhan. 

2) Rta

Hakikat Dharma yang kedua adalah Rta. Rta berarti hukum abadi yang merupakan bentuk hukum Tuhan yang berupa hukum murni yang bersifat absolut dengan tracendental. Bentuk hukum yang dijabarkan ke dalam bentuk pengamalan manusiawi adalah Dharma. Dharma mengatur tingkah laku manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup lahir batin baik di dunia maupun di akhirat. Tuhan juga disebut Ritawan karena Tuhan adalah pencipta Rta itu sekaligus pendirinya. Rta adalah hukum alam semesta dan juga hukum moral. Alam semesta dengan segala isinya tunduk pada Rta yaitu hukum yang berlaku baginya. Manusia disamping harus tunduk pada hukum alam juga patuh pada hukum moral karena manusia adalah makhluk bermoral.

3) Diksa

Diksa adalah hakikat dharma yang ke-3 yang berarti inisiasi yaitu upacara atau pentasbian. Diksa, tapa dan Yadnya dianggap merupakan satu rangkaian pengertian yang arti dan fungsinya saina sebagai sarana untuk sampai pada kesucian. Pustaka suci Yajur Veda XIX, menyatakan sebagai berikut : 

Bratena diksan apnoti,
diksaya apnoli daksinan,
daksina sraddhain apnoti,
sraddhaya salyam apyale,
(Yajur VedaXIX.30).

Artinya :

Dengan melakukan brata orang memperoleh diksa. Dengan daksina seorang memperoleh Sraddha. Dengan Sraddha seorang memperoleh Satya. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa daksina itu dapat diakukan melalui brata. Dengan brata itulah orang didiksa sehingga menjadi seorang Diksita yang berwenang untuk melakukan atau memimpin upacara Yadnya dan “ngaloka pala sraya”. Dengan wewenang ini seorang daksita berhak menerima daksina yaitu kehonnatan (honor). 

4) Tapa

Tapa adalah landasan utama dharma yang ke-5, yang berarti penguasaan atas nafsu dan melakukan hidup suci. Untuk dapat hidup baik dan suci, seorang harus dapat menguasai dirinya sendiri. Penguasaan atas diri sendiri adalah penguasaan atas Panca Indariya dan pikiran. Pikiran dan indariya harus dikendalikan dengan baik sebab jika tidak, akan menyebabkan seseorang jatuh ke lembah penderitaan dan mala petaka. Tapa dapat juga merupakan ajaran kesadaran untuk menghukum diri atas kesalahan yang tidak disengaja. Jadi tapa juga berarti penghukuman untuk menebus dosa atau kesalahan yang telah dilakukan. Tapa pada hakikatnya adalah usaha yang tak kenal lelah untuk mencapai yang lebih tinggi. Tapa merupakan awal segala sesuatu yang mulia. 

5) Brahma

Brahma sebagai bagian ke-5, dan landasan dharma ini berupa pujian atau doa. Arti dasar kata Brahma adalah Doa, mantra-mantra dalam Veda adalah untuk doa, maka buku Veda disebut buku doa. Brahmacharya artinya kegiatan untuk menguasai buku doa atau buku Veda. Demikianlah Brahma adalah objek doa. Ketuhanan yang digambarkan sebagai kenyataan yang tak terwujud. Dan orang yang mencarii Brahman disebut Brahmana di samping juga Brahmana berarti orang yang mengetahui Brahman atau isi Veda. 

6) Yadnya

Yadnya berarti bagian terakhir dan dasar-dasar dharma menurut Veda. Penjelasan tentang pengertian Yadnya sudah dipaparkan di depan. Jadi disini jelas kedudukan dan pada Yadnya itu sebagai salah satu bagian dan landasan dharma yang menegakkan bumi ini. Selanjutnya pada sumber lain seperti pada pustaka Wrhaspati Tattwa juga ada dinyatakan bahwa Yadnya itu adalah merupakan salah satu bentuk pengalaman dan pada dharma. 

Dalam hal ini Dharma itu pengalamannya meliputi :

1. Sila
2. Yadnya
3. Tapa
4. Dana
5. Prawarajya
6. Bhiksu
7. Yoga 

Yadnya menurut sumber itu adalah menduduki tempat bagian yang ke-2. BerYadnya dalam hal ini berarti menjalankan dharma. Sloka Wrhaspati Tattwa ini sudah ada kutipannya di depan. Kemudian dalam buku Agastya Parwa dinyatakan bahwa Yadnya itu adalah merupakan salah satu bagian dan pelaksanaan “Prawerti Kadharma” atau Prawerti Marga, yaitu jalan untuk mencapai kebahagiaan hidup dengan pelaksanaan tapa, Yadnya dan krti. Sedangkan Nirwrti Kadharman atau Nirwrti Marga adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup itu dengan melaksanakan yoga samadhi.

Untuk memudahkan pengetahuan mengenai kedudukan dan Yadnya itu dalam agama Hindu berdasarkan uraian dan ketiga sumber di atas maka perhatikanlah tabel berikut :





Dan tabel di atas jelaslah tempat kedudukan dan Yadnya itu yang merupakan bagian dan pelaksanaan dharma. Ini berarti melaksanakan Yadnya berarti mengamalkan sebagian dari dharma itu. 

Referensi:
Sukrawati, Ni Made. 2019. Acara Agama Hindu. Denpasar: UNHI Press.
Dikutib Dari Buku: Acara Agama Hindu Karya Dr. Ni Made Sukrawati, S.Ag., M.Si halaman 26-30

0 Response to "Macam Kedudukan Yadnya dalam Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel