Macam-macam Yadnya dalam Agama Hindu

HINDUALUKTA -- Macam-macam Yadnya itu dan sumber yang berbeda maka berbeda pula macamnya. Tapi yang paling umum adalah yang disebut Panca Maha Yadnya. Berikut akan disajikan macam-macam Yadnya sesuai dengan sumbernya : 



1) Panca Yadnya menurut kitab Manawa Dharma Sastra III 69 -70, adalah sebagai berikut :

a. Brahma Yadnya yaitu belajar dan mengajar Veda.
b. Pitra Yadnya yaitu upacara menghaturkan tarpana dan air.
c. Dewa Yadnya yaitu upacara mempersembahkan minyak susu.
d. Bhuta Yadnya yaitu upacara bali.
e. Nri Yadnya yaitu menerima tamu dengan ramah. 

tasam kramena sarwasam,
niskrryastham maharsi bhih,
panca kirpla mahaYadnyah,
pratyaham grhamedhinam.
(M.D.S. III. 69).

Artinya:

Untuk menebus dosa yang ditimbulkan oleh pemakaian kelima alat itu para Maharsi menggariskan untuk para kepala keluarga agar tiap harinya melakukan pancayadnya. 

adhyapanam hrahma Yadnyah,
pitr vajnastu larpanam,
homo daiwo halihhaurio,
myajno’ i’ilhi pujanam.
(MDS. III. 70). 

Artinya:

Mengajarkan dan belajar adalah yadnya bagi bramana, upacara menghaturkan tarpana dan air adalah kurban untuk para leluhur, upacara dengan minyak dan susu adalah kurban untuk para dewa. Upacara bali, adalah kurban untuk Bhuta dan penerimaan tamu dengan ramah adalah korban untuk manusia. 

2) Pada bagian lain dan Kitab Manawa Dharma Sastra itu menyebutkan ada 5 jenis upacara yang masing-masing diberi nama :

a. Upacara yang dinamakan AHUTA, yaitu upacara ritual yang dilakukan tanpa mempergunakan kesaksian api (agni), misalnya bila upacara itu hanya dilakukan dengan cara pembacaan mantra-mantra pujaan saja. Dasar dan pada ajaran ini adalah bersumber pada kitab Rg. Weda IV. 25.

b. Upacara yang dinamakan HUTA, yaitu upacara ritual yang dilakukan dengan mempergunakan api sebagai unsur yang penting, misalnya dengan mempergunakan dupa, dipa atau api lainnya (membakar kemenyan). Dalam upacara ini ada pula benda-benda upacara yang kemudian dibakar (dimasukkan ke dalam api upacara).

c. Upacara yang dinamakan PRAHUTA, yaitu jenis upacara ritual yang dilakukan dengan cara penyebaran benda-benda upacara di tanah, misalnya pada waktu upacara bhuta Yadnya dan lain-lainnya.

d. Upacara yang dinamakan BRAHMAHUTA, yaitu upacara ritual yang ditujukan sebagai penghormatan kepada para Brahmana, misalnya dengan mengundang para Brahmana dalam satu upacara dan kemudian kesempatan itu kepadanya diberikan dana berupa apa saja. Umumnya upacara ini dilakukan pada waktu melakukan Pitra Yadnya atau Sraddha.

e. Upacara yang dinamakan PRASITA, yaitu upacara ritual yang diselenggarakan dengan cara penyuguhan jenis-jenis makanan, buah-buahan, kapur sirih dan lain-lainnya, terutama ditujukan kepada yang meninggal. Prasita ini adalah semacam tarpana. 

ahu tam ca hutam caliwa,
tat ha prahu tam ewa Ca,
brahmyam hutam pracitam,
ca paucavajnan prakcaksate.
(M.D.S. III. 73).

Artinya : 

Ahuta adalah pengucapan doa dan Weda, Huta persembahyangan homa, Prahuta adalah upacara Bali yang dihaturkan di atas tanah kepada para Bhuta Brahmahuta yaitu menerima tetap Brahmana secara hormat seolah-olah menghaturkan kepada api yang ada dalam tubuh Brahmana dan Prasita adalah persembahan tarpana kepada pitara. 

3) Lima macam bentuk Yadnya menurut kitab suci Bhagawad Gita IV. 28, adalah sebagai berikut :

a. Drwya Yadnya : yaitu Yadnya dengan sarana benda-benda material.
b. Tapa Yadnya : yaitu Yadnya dengan melaksanakan tapa.
c. Yoga Yadnya : yaitu Yadnya dengan melaksanakan yoga.
d. Swadhaya Yadnya : yaitu Yadnya dengan mempelajari ajaran suci.
e. Jnana Yadnya : yaitu Yadnya dengan ilmu pengeahuan dan kebijaksanaan.

Dravya Yadnyas tapoYadnya,
yoga Yadnyas tat/ia pare,
vadhya Yadnyana Yadnyas ca,
yatayyah samsitavratah. (Bg. Gila. IV. 28).

Artinya :

Yang lainnya lagi memberikan sebagai korban benda kekayaannya atau sifat tapanya atau latihan batinnya, sedangkan yang lainnya yang berpikiran terkendalikan dan pemegang sumpah yang keras memberikan pelajaran dan pengetahuannya sebagai korban. Pada bagian lainnya kitab Bhagawad Gita XVII 11-14, menyebutkan tiga jenis sifat Yadnya yaitu :

a. Yadnya yang bersifat satwika / yang baik.
b. Yadnya yang bersifat rajasika / yang bernafsu.
c. Yadnya yang bersifat tamasika/yang bodoh.

aphalakkanksibhir yajno,
vidhidrste ta yyate,
yastavyam ece’ Ii manah,
samadhaya sa sativikah.
(Bg. Gita. XVII. II).

Artinya : 

Yadnya yang dihaturkan sesuai dengan Sastranya, oleh mereka yang tidak mengharap buahnya (ganjaran) dan teguh kepercayaannya, bahwa memang sudah kewajibannya untuk beiyadnya adalah Satwika, baik. 

abhisamdhaya tu phalam,
dambhartham api cai vayat,
ya1e bharatasretha,
tam Yadnyam viddhi rajasam.
(Bg.Gita XVII. 12).

Artinya:

Akan tetapi apa yang dihaturkan dengan pengharapan akan buahnya atau hanya untuk memamerkan, ketahuilah, Oh Arjuna, bahwa yadnya itu adalah Rajasika, bernafsu. 

viddhihinam asrslannam,
inantrahinam adaksinam,
sraddhavirahiiam yanna!n,
tamasam paricaksate.
(Bg. Gita. XVII. 13)

Artinya :

Yadnya yang tidak sesuai dengan petunjuk, dengan tidak ada makanan yang dibagi-bagikan, tidak ada mantra, syair suci dinyanyikan, dan tidak ada dana punia daksina yang diberikan, tidak mengandung kepercayaan, mereka sebut yadnya yang Tamasika, bodoh. 

devadvaguruupraajnaa,
pujanam saucam aranam,
brahinacan am ahi,nsa ca,
sari ram lapa ucyate.
(Bg. Gita. XVII. 1-I).

Artinya:

Penyembahan pada dewa-dewa, terhadap sulinggih, terhadap guru-guru dan orang bijaksana, kesucian, kejujuran, brahmacari, ahimsa, hal-hal ini di sehut ujian (tapa) dari badan. 

4) Panca Yadnya menurut kitab Agastya Parwa:

Kitab Agastya Parwa yang merupakan naskah yang berbahasa Jawa Kuno yang juga disertai teks Sansekerta menyebutkan Panca Yadnya itu sebagai berikut:
  1. Dewa Yadnya adalah pemujaan dengan mempersembahkan minyak kepada Bhatara Siwagni.
  2. Rsi Yadnya adalah pemujaan atau penghormatan kepada para pendeta atau beliau yang mengetahui asal-usul kelahiran ini (sangkan paraning dumadi).
  3. Pitra Yadnya adalah upacara kematian.
  4. Bhuta Yadnya adalah upacara “Tawur” dan pemujaan terhadap tumbuhtumbuhan maupun binatang.
  5. Manusa Yadnya adalah memberikan makan kepada orang lain.
Kunan ikan Yadnya lima pralyekanya, lwirya; dewaYadnya, rsiYadnya, pitraYadnya, bhutavajna, manusaYadnya, nahan tan pancaYadnya rin loka. DewaYadnya naranya taila pwa krama ri bhhattara siwa gni, makagelaran in mandala rinbhatara; yeka dewaYadnya naranya. RsiYadnya naranya kapujan san pandita mwan san wruh ri kalinan in dadi wwan; ya rsiYadnya naranya. PitraYadnya naranya tileman bwat hyan siwasraddha; yeka pitraYadnya narcinya, bhutaYadnya naranyatlawur mwan kapujan in luwuh ada pamunwan kunda wulan makadi walikrama, ekadasa-dewata-mandala; ya bhulaYadnya naranya. Awwh amanan in karaman, ya manusaYadnya naranya. Ika Ia limaan wijil ri sedan nin lokacara nanahhayasa ika makahheda lma.

Artinya :

Yadnya itu lima jenisnya, yaitu: dewaYadnya, rsiYadnya, pitraYadnya, manusaYadnya, bhutaYadnya. Itulah pancaYadnya di masyarakat. Dewa Yadnya ialah persembahan minyak kepada Bhatara Siwagni, yang ditaruh di tempat bhatara, itulah yang disebut dewaYadnya. RsiYadnya ialah penghormatan kepada para pandita dan orang yang mengetahui hakikat kelahiran menjadi manusia. ltulah RsiYadnya. PitraYadnya ialah upacara kematian yang dipersembahkan kepada Siwa sebagai penguasa upacara kematian. Itulah PitraYadnya. BhutaYadnya adalah tawur dan penghormatan kepada sarwa bhuta pamungwan, tempat api pemujaan, wulan, terutama walikrama (Panca walikrama), wilayah dewa-dewa yang sebelas itulah BhutaYadnya. ManusaYadnya ialah memberikan makan kepada masyarakat. Itulah lima jenis upacara yang umum dilaksanakan orang, lima jenisnya.

Demikianlah macam-macam Yadnya menurut beberapa sumber sastra, yang terpenting dalam pelaksanaan Yadnya itu yang patut diperhatikan adanya ketulusan hati atau keikhlasan berkorban, sebab jiwa Yadnya itu adalah semangat berkorban diri untuk maksud dan tujuan yang mulia dan luhur. Tinggi rendahnya nilai dan Yadnya itu tidak semata-mata tergantung pada besar kecilnya material yang dikorbankan akan tetapi sangat tergantung pada tinggi rendahnya kualitas dan ke-Tuhan-an itu sendiri. Semakin tulus hati seseorang dalam berkorban maka akan semakin tinggi pula nilai dan Yadnya itu Yadnya yang besar bagaimanapun jika tidak disertai dengan ketulusan hati maka Yadnya yang demikian itu dikatakan sia-sia tanpa pahala, seperti dinyatakan dalam pustaka Sarasamuscaya sloka 211 berikut:

acrddhva hit/am dallam lapaslaplam kr/am cayal,
asadityucyaie parsa na ca Ia! pee Iya nehaca,
upalaksana tika, ring aliuti, weweh, lapa,
saiwiining ulah dharma, yang Ian padulur,
craddhaning nianah, kanista ngaranika,
tan ala ring ihaira paraira.

Artinya :

Syarat pada korban kebaktian, sedekah, pelaksanaan tapa, segala macam perbuatan mengenai dharma, jika tidak disertai keikhlasan hati berdasarkan kepercayaan yang sungguh-sungguh, maka perbuatan itu disebut sangat hina tingkatannya, tidak berpahala, baik di dunia ini, maupun di akhirat.


Referensi:
Sukrawati, Ni Made. 2019. Acara Agama Hindu. Denpasar: UNHI Press.
Dikutib Dari Buku: Acara Agama Hindu Karya Dr. Ni Made Sukrawati, S.Ag., M.Si halaman 30-35

0 Response to "Macam-macam Yadnya dalam Agama Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel