Arti, Makna dan Manfaat Sembahyang Bagi Umat Hindu

HINDUALUKTA -- Arti dan Makna Sembahyang. Wiana (1992: 1-2) menyatakan kata “Sembahyang” berasal dari bahasa Jawa Kuno, dari kata “sembah” artinya menghormat, takluk, menghamba, atau permohonan, dan “hyang” artinya dewa, dewi, suci. Jadi kata “sembahyang” artinya menghormat atau takluk serta memohon kepada Dewa atau kepada yang suci. Jadi sembahyang disini memiliki pengertian yang cukup luas, yaitu melakukan penghormatan kepada dewa atau Tuhan Yang Mahaesa atau kepada sesuatu yang suci. Kata “Sembahyang” mengandung pengertian menyerahkan diri atau menaklukkan diri serta menghamba kepada yang disembah. Bagi Hindu sembahyang merupakan wujud nyata kegiatan beragama dengan tujuan untuk menghormat, menyerahkan diri serta menghamba kepada Tuhan dan yang suci, misalnya kepada leluhur yang telah suci dan kepada para Maha Resi yang telah memiliki kesucian. 


Perihal sembahyang, di dalam kitab suci Weda, telah dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan yang tergolong Upasana, dalam bahasa Sansekerta artinya pelayanan, kebaktian, dan pemujaan. Kitab suci Weda merupakan sumber hukum atau sumber ajaran tentang kewajiban bagi umat Hindu melakukan sembahyang sebagai salah satu wujud bhakti dari pelaksanaan kehidupan beragama. Weda juga memuat tentang cara atau jalan melakukan hubungan dengan Ida Sanghyang Widhi sebagai Maha Pencipta, diantaranya dengan melalui jalan bhakti, sebagaimana disuratkan di dalam kitab Bhagawadgita, Bab IX. 34 : 

“Manmana bhswa madbhakto
madwaji mam namaskuru
mam ewai ’syasitwai ’wam
atmanam matparayanah”

Maknanya:

‘Pusatkanlah pikiranmu kepada-Ku, berbhakti kepada-Ku, sembahlah Aku, sujudlah pada-Ku. Setelah melakukan disiplin pada dirimu sendiri dan Aku sebgai tujuan engkau akan datang (mendekat) pada-Ku’ (Pudja: 1981 : 69). 

Selanjutnya di dalam kitab Bhagawadgita, Bab XII, 1-2 perihal jalan bhakti (Bhakti Yoga) juga secara konsepsional dijelaskan:

“Ewam satata-yukta ye
bhaktas twam paryupasate
ye capy aksharam awyaktam
tesham ke yoga-wittamah” 

Maknanya :

‘Para bhakta yang senantiasa bersungguh-sungguh menyembah-Mu dan mereka yang memuja Yang Abadi dan Yang Tak Berwujud, yang manakah dari keduanya ini yang memiliki pengetahuan yoga yang lebih besar’ (Pudja: 1981: 283).

“Mayy awesya mano ye mam
nitya-yukta upasate
shraddhaya parayopetas
te me yuktatama matah”

Maknanya :

‘Mereka yang memusatkan pikirannya pada-Ku dengan menyembah-Ku dan senantiasa bersungguh-sungguh serta memiliki keyakinan yang sempurna, merekalah yang Aku anggap paling sempurna dalam yoga’ (Pudja: 1981: 283). 

Perlu juga dipahami bahwa, mendekatkan diri pada Tuhan melalui sembahyang dengan landasan Bhakti Yoga dan Upasana adalah jalan yang paling mudah dan lumrah dapat dilakukan. Didalam sembahyang terdapat unsur memuji dan memuja kesucian dan kesempumaan yang disembah, baru kemudian melakukan penyerahan diri dan dilanjutkan dengan menyampaikan permohonan kepada yang disembah. Seperti sudah menjadi kewajiban, ketika melakukan bhakti persembahyangan, umat Hindu melengkapi diri dengan sarana persembahan, diantaranya berupa upakara bebanten (sesajen/sesaji), seraya diiringi ucapan-ucapan suci melalui doa mantra, serta menunjukkan laku sikap diri yang membatin. Diharapkan melalui jalan bhakti persembahyangan itu, umat akan dapat mendekat dan kemudian menyatu pada Nya, sebagaimana disuratkan di dalam kitab Bhagavadgita, XIII. 55 : 

“Bhaktya mam abhijanati
Yayan yas ca ’smi tattvatah
tato mam tattvato jnatva
visato tad anantaram”

Maknanya :

‘Dengan jalan bhakti ia mengetahui Aku, siapa dan bagaimana Aku sebenarnya, ia seketika manunggal dengan Aku’ (Pudja: 1981: 147).

2. Manfaat Sembahyang

Secara garis besar menurut Wiana (1992: 99) ada beberapa manfaat sembahyang, diantaranya adalah :

a) Menentramkan jiwa
Jiwa yang tentram merupakan kebutuhan rohani pada setiap orang yang bisa dirasakan jika selalu merasa dekat dengan Tuhan. Jiwa yang tentram adalah jiwa yang terlepas dari rasa cemas, gelisah, bingung, ragu-ragu dan kecewa. Nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai material hanya akan dapat ditumbuhkan oleh manusia yang berjiwa tentram.

b) Mengatasi Perbudakan Materi

Orang yang rajin dan tekun sembahyang akan dapat melihat dengan tenang nilai mana yang lebih tinggi dan nilai mana yang lebih rendah. Materi dalam hal ini berupa harta benda memang sangat dibutuhkan setiap orang untuk melangsungkan kehidupannya. Hanya saja tidak boleh sampai membuat manusia diperalat atau diperbudak harta benda yang bersifat material. Suratan kitab Brahma Purana 221, 16 meinyatakan, bahwa “Dharma bertalian erat dengan artha dan dharma tidak menentang artha tetapi mengendalikannya”. Sedangkan dalarn Santi Parwa 123, 4 disebutkan “artha dikatakan alat untuk kama tetapi artha selalu sebagai sumber untuk dharma” (Punyatmadja, 1989: 18). 

c) Menumbuhkan cinta kasih

Rasa dekat dengan Tuhan yang ditumbuhkan oleh ketekunan sembahyang, akan meningkatkan rasa cinta kasih kepada sesama. Karena jiwatman yang ada pada semua makhluk adalah satu, bersumber dari Tuhan. Dengan rutin, rajin dan disiplin sembahyang akan dapat menumbuhkembangkan rasa cinta kasih kepada siapapun. Karena akan melihat semua makhluk adalah sama sebagai sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih.

d) Melestarikan alam

Sebagaimana diketahui, dalam persembahyangan membutuhkan sarana yang berasal dari alam. Melalui sembahyang umat dimotivasi untuk memelihara, merawat atau melestarikan alam yang diantaranya menyediakan keperluan ritual, seperti daun (patram), bunga (puspam), buah (phalam), air (toyam) dam lain-lain. Secara langsung ataupun tidak langsung terjadi proses pendidikan dalam bentuk menanamkan rasa cinta alam pada umat Hindu. Intinya melalui sembahyang, umat dapat mencintai Tuhan dengan cara mencintai dan melestarikan alam lingkungan beserta segala isinya (Wiana, 1992: 105)

e) Memelihara kesehatan

Persembahyangan sudah tentu dilakukan dengan beberapa sikap yang dalam agama Hindu di sebut Asana. Diantaranya sikap Padmāsana, yaitu sikap sembahyang dengan duduk seperti teratai. Padmāsana ini dilakukan dengan menempatkan kaki kanan di atas paha kiri dan kaki kiri di atas paha kanan, tulang punggung sampai kepala menjadi satu garis tegak, sekujur tubuh dilemaskan. Setelah keadaan pikiran tenang barulah sembahyang dilakukan. Kalau sikap ini secara tekun dilakukan tiap hari, maka sembahyang akan membawa manfaat bagi kesehatan jasmani. Sikap Padmāsana juga menjaga keseimbangan jamani dan rohani, sehingga dapat dikendalikan. Bahkan bisa membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti rematik kaki, paha dan punggung, dan juga melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh. 

Setelah menentukan sikap sembahyang (Asana), dilanjutkan dengan melakukan pranayama yaitu mengatur pernafasan dengan menarik nafas, menahan nafas, dan mengeluarkan nafas dengan perbandingan: 1: 4 : 2. Ini minimal dilakukan dalam tiga putaran. Dari segi arti, ”prana” adalah tenaga hidup yang alami atau energi hidup. Sedangkan ”yama" mengendalikan. Menarik, menahan dan mengeluarkan nafas dalam pranayama ini dilakukan melalui hidung. Melakukan sikap (asana) dan pranayama dalam sembahyang sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan tentunya baru dapat dirasakan apabila dilakukan dengan penuh ketekunan dan berkesinambungan (Wiana, 1992: 107) 

Referensi

KETUT WIDANA, I GUSTI. 2020. ETIKA SEMBAHYANG UMAT HINDU . Denpasar: Pers UNHI

0 Response to "Arti, Makna dan Manfaat Sembahyang Bagi Umat Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel