Sejarah Singkat Perkebangan Hindu
Awal
Perkembangan
- · Periode Pra-Weda
Ras manusia
pertama yang menduduki India (40.000–60.000 tahun yang lalu adalah ras
Australoid yang mungkin memiliki hubungan dengan penduduk asli Australia.
Kemudian ras Kaukasoid (bangsa
Elamo-Dravida dan Indo-Arya dan Mongoloid
bermigrasi ke India. Peradaban lembah sungai Indus (2600–1900 SM)
mengandung titik pangkal perkembangan
Hindu. Saat ini dikenal pemujaan kepada air dan api
2· Periode Weda (2)
Setelah 1100
SM, seiring ditemukannya besi, suku-suku penganut Weda berpindah ke dataran
India Utara sebelah barat. Bentuk-bentuk wilayah berdaulat yang belum sempurna
mulai muncul, dan yang paling menonjol atau berpengaruh adalah kerajaan suku
Kuru. Abad ke-9 dan ke-8 SM terjadi penyusunan kitab-kitab Upanishad tertua à
Bhagawadgita .
- Hindu Klasik (1)
Mulai muncul
pengaruh ajaran Buddha dan Jainisme. Untuk menekan berkembangnya ajaran baru
para brahmana memodifikasi dan menyerap perkembangan baru yang muncul
dimasyarakat agar lebih mudah diterima. Ajaran disampaikan dengan cerita –
cerita seperti Ramayana dan melalui Bhagawatgita. Kedudukan para brahmana
diperkuat kembali dan kuil-kuil Hindu mulai didirikan sebagai dedikasi untuk
dewa-dewi Hindu.
- Hindu Klasik (2)
Muncul
banyak sekte – sekte. Para brahmana menyebar ke berbagai penjuru India,
berinteraksi dengan warga lokal yang menganut kepercayaan dan ideologi berbeda.
Para brahmana menggunakan Purana untuk mengajak berbagai klan menjadi
masyarakat agraris, serta mengikuti agama dan ideologi para brahmana.
- Masuknya Islam Ke India
Islam sudah
datang ke India sejak awal abad ke-7 (seiring dengan kedatangan para pedagang
Arab dan penaklukan Sindhu). Agama Buddha memudar secara drastis, dan banyak
umat Hindu pindah agama ke Islam
B. Sejarah Agama Hindu Di Indonesia
Masuknya
Agama Hindu
Dari lembah
sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke
India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia.
Teori Penyebaran Agama Hindu di Indonesia:
1. Krom (ahli – Belanda), dengan teori
Waisya.
Dalam
bukunya yang berjudul “Hindu Javanesche Geschiedenis”, menyebutkan bahwa
masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan
damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
2. Mookerjee (ahli – India tahun 1912).
Menyatakan
bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang
India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka
mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan
usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India.
Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di
Indonesia.
3. Moens dan Bosch (ahli – Belanda)
Menyatakan
bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama
Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang
dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
·
Peninggalan Sejarah
1. Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari
India ke Indonesia. Data ini ditemukan pada beberapa prasasti di Jawa dan
lontar-lontar di Bali, yang menyatakan bahwa Sri Agastya menyebarkan agama
Hindu dari India ke Indonesia, melalui sungai Gangga, Yamuna, India Selatan dan
India Belakang. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya, maka banyak istilah yang
diberikan kepada beliau, diantaranya adalah: Agastya Yatra, artinya perjalanan
suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya untuk Dharma.
Pita Segara, artinya bapak dari lautan, karena mengarungi lautan-lautan luas
demi untuk Dharma. Oleh karena begitu besar jasa Rsi Agastya dalam penyebaran
agama Hindu, maka namanya disucikan dalam prasasti-prasasti seperti:
2. Prasasti Dinoyo (Jawa Timur). Prasasti
ini bertahun Caka 628, dimana seorang raja yang bernama Gajahmada membuat pura
suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud memohon kekuatan suci dari Beliau.
3. Prasasti Porong (Jawa Tengah) Prasasti yang bertahun Caka
785, juga menyebutkan keagungan dan kemuliaan Rsi Agastya.
·
Agama Hindu di Indonesia
Masuknya
agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui
dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi
denngan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur. Dari tujuh
buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu
yang menyatakan bahwa: “Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan
yadnya oleh Mulawarman”.
Keterangan
yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat
suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan “Vaprakeswara”. Masuknya
agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya
berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam
kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan
juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah.
Agama Hindu
juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5. Prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak à Sansekerta, huruf Plawa. Raja
Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai
manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa
Agama Hindu
berkembang pula di Jawa Tengah. prasasti Tukmas: di lereng gunung Merbabu,
mnggunakan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga
Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
prasasti
Canggal: memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma
sebagai Tri Murti. Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng
dekat Wonosobo. Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang
didirikan pada tahun 856 Masehi. Agama Hindu berkembang pula di Jawa Timur
Prasasti
Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang: pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh
Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para
Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. 929-947 munculah Mpu Sendok
dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja
yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti
Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa.
Selanjutnya
munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang
juga adalah penganut Hindu yang setia. Agama Hindu
berkembang pula di Jawa Timur (2) Muncul
kerajaan Kediri (1042 – 1222). Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya
sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka,
Wrtasancaya dan kitab Kresnayana.
Muncul
kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini
didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai
peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari. Abad 13
muncul kerajaan Majapahit, meliputi seluruh Nusantara, masa kejayaan. Dibangun
candi candi Penataran dan disusun buku Negarakartagama
Agama Hindu
di Bali
Pada abad
ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga
adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini
bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali
pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana.
Pengaruh Mpu
Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman
sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan
Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad
inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang.
Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Ekspedisi
Gajahmada ke Bali (tahun 1343) sampai
akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran
agama. Pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman
keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad
ke-16.
Jasa beliau
sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang
bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu
(Klungkung). Setelah
runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat
mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan
adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja.
Sara
Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja,
Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung,
Paruman Para Penandita tahun 1949 di Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di
Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar. Pada tanggal 23 Pebruari
1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu. Pada tahun
1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan
Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada
Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
0 Response to "Sejarah Singkat Perkebangan Hindu"
Post a Comment